68. Semua Orang Layak Dicintai (An Open Ending)

498 142 23
                                    

Kelanjutan part tersedia di Karyakarsa dan Playstore yaa.. Ending sampai part 80 plus bonus 8 extra chap.. Makasih yang selalu setia sama Jesse dan Adinda.. 😚😚😚

...

Beberapa saat lamanya, tidak ada yang bisa Adinda lalukan selain hanya berdiri mematung di tempatnya berada sambil menatap nisan yang masih berjarak beberapa langkah jauhnya itu. Ia tahu jika ibunya telah meninggal jauh sebelum dirinya tahu mengenai keberadaan wanita itu. Namun, mengapa rasanya sulit sekali untuk mempercayai hal itu?

Jika ini adalah cerita dongeng yang selalu berakhir bahagia, seharusnya ketika Adinda tahu bahwa dirinya hanyalah anak hasil selingkuhan, ia akan bertemu dengan ibu kandung yang menyayanginya. Bukannya hanya batu nisan yang tidak akan pernah bisa menjawab saat ia bertanya.

Sentuhan pelan di bahunya, membuat Adinda menoleh. Matanya Jesse menatapnya dengan penuh rasa percaya, bukan hanya prihatin atas apa yang ditemuinya.

'Temuilah ibumu. Dia pasti sudah lama sekali menunggumu datang,' kata pria itu tanpa suara.

Adinda menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya ia mengangguk dan melangkah mendekati satu-satunya makam di bukit itu. Jesse tidak bersamanya. Pria itu tetap berdiri di tempatnya, dan Adinda tahu jika Jesse melakukannya untuk memberi waktu pribadi baginya.

Detak jantung Adinda semakin cepat berdentam seiring langkahnya yang semakin mendekat. Seakan menyambut kedatangannya, semilir angin pagi yang sejuk menerpa wajahnya dengan lembut. Embusan angin itu tidak membuatnya menggigil. Malah, tiba-tiba saja keyakinan dirinya muncul dan langkahnya semakin cepat saat mendekati makam tersebut.

Napas Adinda tersekat sementara matanya kembali berkaca-kaca saat melihat tampilan makam ibunya yang cantik dan terawat. Ada tiga tangkai tulip kuning yang masih cukup segar. Mungkin baru diletakkan di sana kemarin oleh Oma atau Opa. Selain itu, foto wajah cantik Marion terpampang di batu nisan itu. Di bawahnya terdapat 'pesan cinta' untuk siapa saja yang mengunjunginya.

Di tempat yang indah ini, bersemayam jiwa yang cantik dan dicintai begitu banyak orang.

Marion Ivanka Janssen. Seorang putri termanis, kakak terbaik, dan ibu terhebat bagi putri kecilnya.

Tangis Adinda pecah ketika ia jatuh berlutut di hadapan foto ibunya. Tidak hanya foto sang ibu, di samping foto besar itu, ada dua pigura yang berisi foto Marion saat tengah mengandung dan berpose bersama anggota keluarganya. Di sisi lain, ada foto Marion dengan baju rumah sakit, duduk di atas kursi roda sambil menggendong Adinda yang masih merah.

Walaupun wajahnya terlihat pucat dan jauh lebih kurus dari foto lainnya, Adinda bisa merasakan kegembiraan Marion yang begitu besar saat menggendongnya.

Adinda menangis dengan suara keras, memecah kesunyian di atas bukit itu. Hanya dengan melihat semua ini, Adinda tahu dan percaya betapa ia sangat dicintai oleh sang ibu. Kini, seluruh pertanyaan di dalam hatinya seakan lenyap. Ia tidak akan ragu lagi bagaimana sang ibu begitu mencintainya. Benar, Marion adalah ibu terhebat baginya.

Setelah puas menangis, Adinda menghapus air matanya, lalu mendekat ke nisan itu dan tersenyum menatap foto sang ibu.

"Hai, Mom, aku datang," bisiknya dengan suara serak. Ia meletakkan bunga yang dibawanya di sebelah tulip yang sudah lebih dulu ada.

"Maafkan aku karena butuh waktu yang sangat lama sebelum mengunjungimu," sambungnya lagi sambil mengusap wajah cantik ibunya.

"Kau bahagia di sini?" Adinda melanjutkan monolognya.

Kepalanya memandang sekeliling tempat itu. Di bawah bukit, ada sungai yang mengalir indah. Berlekuk-lekuk seperti ular raksasa. Matahari mulai muncul di balik pepohonan, menyemburkan warna jingga yang indah di sekelilingnya.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang