8. Misi Perdamaian Untuk Ayah dan Anak

2.9K 577 94
                                    

REPOST

Pagi itu, Adinda terbangun dengan sebuah tekad yang kuat di dalam dirinya. Ia ingin lebih mengenal pribadi Chase dan Jesse lebih dalam lagi. Juga, Adinda ingin tahu apa yang membuat kedua orang itu tidak bisa dekat. Di keluarganya, Adinda adalah anak yang paling tidak diperhatikan dan ia tidak ingin ada anak lain yang mengalami itu.

Mungkin, Pop dan Gram menyayangi Chase. Juga semua orang di peternakan ini. Akan tetapi, Adinda tahu jika Chase akan lebih bahagia jika hubungannya dengan Jesse membaik. Begitu juga dengan Jesse. Pria itu harus berdamai dengan masa lalunya dan lebih dekat dengan Chase. Mereka hanya saling memiliki satu sama lain.

Tidak adil rasanya jika sebuah kesalahan di masa muda Jesse membuat pria itu tidak menerima anaknya. Begitu pun Chase, ia tidak seharusnya malu dengan keadaan ayahnya. Toh, hal itu tidak membuat Jesse menjadi pria yang tidak bisa diandalkan. Justru, yang Adinda lihat, semua orang bisa menerima keadaan Jesse, dan pria itu juga bekerja dengan baik di sini.

"Clara."

Adinda mengguncang tubuh Clara ketika gadis itu hanya menggumam tanpa membuka matanya. Hari memang masih terlalu pagi, tetapi Adinda sudah mendengar suara aktivitas di sekitarnya. Suara sapi yang melenguh, kuda-kuda yang meringkik, ayam yang berlarian dengan suara ribut, juga suara-suara tawa pria yang melengkapinya.

Senyum terkembang di bibir Adinda. Mengapa ia merasa begitu damai berada di tempat ini? Semua orang tampak saling dekat satu sama lain dan saling memiliki. Jauh berbeda dengan masyarakat perkotaan di Austin ataupun negara bagian lain yang individualis.

Tempat ini hampir terasa seperti di sebuah desa di Indonesia yang hanya pernah ia kunjungi satu kali. Adinda lupa nama tempatnya, tetapi semua orang di sana hidup berdampingan, damai, dan juga akrab satu sama lain.

"Clara! Bangunlah!" Ia kembali mengguncang tubuh Clara, kali ini dengan begitu kuat hingga gadis itu membuka matanya.

"Kenapa kau bangunkan aku sepagi ini?" Tanya Clara sambil menguap dan menggeliat. Matanya melirik jam. "Ya Tuhan, ini masih pukul enam, Adinda! Kita tidak pernah bangun sepagi ini."

"Tetapi ini bukan di Austin."

Clara terdiam seakan mencerna setiap kata yang Adinda ucapkan. Ia menatap langit-langit kamarnya dan bangun dalam sekejap.

"Sialan! Aku lupa kita di sini!" Clara menyibak selimut dan turun dari tempat tidur dengan tergesa-gesa.

"Kenapa kau terburu-buru? Aku tadi ingin bicara denganmu."

Clara menoleh dan berhenti melangkah menuju kamar mandinya. "Tentang apa?"

"Ajari aku bahasa isyarat."

Gadis itu membelalak mendengar apa yang Adinda katakan. "Kau...kau serius?" Clara keluar dari kamar mandi dan kembali duduk di tempat tidur. "Kau benar-benar jatuh cinta pada pamanku!"

Kalimat terakhir diucapkan Clara dengan sangat yakin dan bukan sebuah pertanyaan yang harus Adinda jawab atau ingkari. Lagipula, sudah terlambat untuk mengelak karena Adinda memang tidak ingin mengelak lagi.

Mungkin, itu terlalu cepat jika disebut jatuh cinta. Ia hanya...simpati mungkin? Ya, itu jauh lebih cocok untuknya daripada jatuh cinta.

"Aku hanya ingin Chase dan Jesse berdamai. Tidak seharusnya ayah dan anak saling tidak peduli seperti itu." Adinda mencoba menjawabnya dengan diplomatis.

Mata Clara menyipit. "Dan kau pikir orang-orang di sini tidak melakukannya? Semua cara sudah dilakukan untuk membuat mereka lebih dekat dan tidak ada yang berhasil."

"Itu karena bukan aku yang mendamaikan mereka," ucap Adinda dengan jumawa.

"Dan cara apa yang akan kau pakai untuk mendamaikan mereka? Chase jatuh cinta padamu, dan kau malah menyukai ayahnya. Bukannya berdamai, mereka tidak saling membunuh saja sudah beruntung." Clara bersedekap dan menatapnya dengan sinis.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Where stories live. Discover now