2. Pria Bermata Indah

4.3K 772 118
                                    

REPOST

Setelah empat jam penerbangan melalui Dallas, pada akhirnya Adinda dan ketiga sahabatnya menjejakkan kaki mereka di Lexington, Kentucky. Tempat di mana para peternak kuda terbaik di dunia tinggal.

Wilayah yang lebih dikenal dengan sebutan Bluegrass yang seolah menjadi surga bagi para pecinta kuda. Tempat ini adalah tempat yang sempurna untuk melatih dan juga membesarkan para kuda.

Siapapun yang jatuh cinta pada kuda dan dunia peternakan akan dengan sangat senang hati menghabiskan tiga bulan liburan musim panas di tempat ini. Dan itu tidak termasuk Adinda karena jelas ia kemari hanya untuk melihat para koboi yang seksi bekerja.

Namun, jika liburan itu terlalu membosankan, ia akan mengajak Clara untuk pulang ke Austin. Lebih baik menghabiskan tiga bulannya di apartemen daripada di peternakan.

"Siapa yang menjemput kita?" tanya Vic sambil membetulkan letak kacamata hitamnya yang melorot dari hidungnya yang panjang.

"Pop bilang ia menyuruh sepupuku, Chase." Clara mengaduk-aduk tasnya untuk mencari ponsel. "Di mana ponsel sialan itu?" gerutunya saat tidak juga menemukan benda yang ia cari tersebut.

"Kantong celanamu, dear." Adinda tersenyum mengingatkan. Entah mengapa, Clara selalu saja lupa di mana ia meletakkan ponselnya.

Clara tersenyum dan meraba kantong celana pendeknya lalu meraih benda itu dan menghubungi seseorang yang tadi ia sebutkan bernama Chase.

"Apa ia tampan?" tanya Britt dengan mata berbinar.

"Dan seksi?" Vic menyahut dengan antusias.

Clara mengangkat bahu. "Bagi gadis-gadis remaja di sekitar peternakan, mungkin. Dia masih sembilan belas tahun."

"Tidak apa-apa. Anak-anak muda sekarang selalu terlihat jauh lebih dewasa dari usianya. Dia tidak akan tampak jauh lebih muda dariku."

Adinda melirik Vic yang bicara dengan santai. "Seakan dia mau dengan wanita tua seperti kita saja."

"Abimanyu! Kita belum tua!!"

Mereka bertiga berteriak bersamaan hingga membuat Adinda tergelak. Menggoda para gadis yang selalu peduli pada penampilan seperti mereka memang sangat menyenangkan. Itulah enaknya memiliki sahabat yang satu frekuensi seperti ini.

Seumur hidupnya, Adinda akan selalu bersyukur memiliki mereka semua di hidupnya. Orang-orang asing yang jauh lebih seperti saudaranya sendiri daripada orang yang benar-benar berhubungan darah dengannya.

"Well, hello, ladies."

Suara berat itu membuat mereka menoleh dan mereka bertiga, kecuali Clara, terkesiap. Pria itu tidak tampak seperti anak berusia sembilan belas. Namun, meskipun terlihat dewasa, pria yang berdiri di hadapan mereka memang benar-benar...lezat.

Tubuhnya tinggi besar, gagah, kulitnya cukup bersih meskipun tinggal di peternakan, dan amat sangat seksi. Bisep terlihat dari lengan kemejanya yang tergulung hingga ke siku.

Rambutnya yang panjang dan pirang diikat asal-asalan meskipun hal itu justru menambah kadar keseksiannya, dan mata birunya juga tampak sangat ramah. Siapapun akan mengira pria ini berusia dua puluh tiga atau dua puluh lima dan bukannya sembilan belas.

"Chase!" Clara memekik dan menghambur ke pelukan sepupunya itu.

Tidak mungkin. Pria ini jelas tidak mungkin berumur sembilan belas tahun. Tubuhnya terlalu besar untuk ukuran anak remaja. Janggutnya bahkan berhias rambut-rambut halus yang membuat para gadis menelan ludahnya karena gatal ingin menciumnya. Clara pasti berbohong soal umur sepupunya ini.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Where stories live. Discover now