6. Si Seksi Yang Kasar

3K 661 80
                                    

REPOST

Kata-kata Chase itu kembali membuat Adinda bergidik, dan ia bangkit dengan cepat dari samping pria itu. Ia mencari-cari Clara yang masih asyik bermain poker bersama para pria lainnya. Ketika gadis itu mendongak, Adinda memberi kode akan pergi ke kamar lebih dulu.

Ia tidak bisa berada di sini lebih lama lagi. Sikap Chase semakin membuatnya risih. Adinda benar-benar harus bilang pada Clara agar memperingatkan sepupunya itu untuk menjauhinya.

Sampai di kamar, Adinda duduk di depan jendela dan melihat ke arah permainan poker sedang berlangsung. Matanya langsung tertuju pada Jesse yang sekarang bangkit dari duduknya dan mengatakan sesuatu dalam bahasa isyarat, lalu menyingkir dari tengah permainan.

Pria itu berjalan menjauh dari halaman, menuju bagian belakang rumah. Apa Jesse tinggal di salah satu dari dua rumah lainnya? Apa istri pria itu menunggu di sana?

Seharusnya, Adinda tidak terlalu usil seperti itu. Seharusnya, ia tetap di kamar dan menunggu Clara. Namun, sebelum ia menyadari apa yang dilakukannya, Adinda sudah meraih lagi syalnya, melingkarkan di leher, lalu keluar dari kamar. Ia hanya akan melihat sebentar ke mana pria itu pergi, dan setelah itu kembali ke kamarnya.

Di dapur, ada pintu yang mengarah ke halaman belakang di mana rumah lain itu berada. Ia bisa melewati pintu itu agar orang-orang yang tengah bermain kartu tidak melihatnya keluar lagi. Adinda membuka pintu kamar dengan pelan, lalu berjingkat-jingkat menuruni tangga agar Gram dan dua wanita lainnya tidak mendengarnya keluar.

Begitu menutup pintu dapur, Adinda menarik napas lega karena tidak ada yang melihatnya pergi. Ia melihat Jesse masih terlihat pandangan matanya, tetapi pria itu melewati rumah pertama. Jadi di rumah kedua? Pikir Adinda sambil mulai mengikutinya. Namun, rumah kedua juga dilewati oleh Jesse. Ke mana pria itu akan pergi?

Pertanyaan Adinda terjawab ketika langkah kaki pria itu semakin mendekati istal. Untuk apa pria itu sendirian di istal malam-malam begini? Apa mengecek kuda-kuda juga bagian dari tugasnya sebagai seorang pemilik peternakan ini?

Penasaran akan apa yang Jesse lakukan, Adinda membuka pintu istal yang terbuka sedikit dan mengintip ke dalam. Seperti yang ia lihat siang tadi, istal itu begitu besar dengan puluhan kuda yang ada di sana. Bangunan itu lebih mirip lapangan bola daripada kandang. Bahkan mungkin dari seluruh bangunan di peternakan ini, istal adalah yang terbesar.

Clara bilang, kuda-kuda mereka adalah yang terbaik di Kentucky. Beberapa sering disewa untuk pacuan atau berburu. Beberapa lagi, memang sengaja di kembangbiakkan untuk dijual. Clara memberitahunya harga satu kuda yang paling kecil, dan Adinda tidak menyangka bahwa satu kuda bisa berharga sangat mahal. Semakin baik ras kuda itu, maka harga yang ditawarkan akan semakin tinggi.

Kaki Adinda melangkah masuk melewati pintu, dan melihat Jesse menuju ke kandang yang terjauh dari pintu. Pria itu mendatangi kandang seekor kuda berwarna hitam yang sangat besar. Surai kuda itu tampak panjang dan halus ketika Jesse membelainya dengan lembut. Pria itu tersenyum sementara si kuda menundukkan kepalanya ke arah kepala Jesse.

Kuda itu pasti milik Jesse karena pria itu tampak bahagia ketika hewan itu menyundul kepalanya dengan pelan. Seandainya bisa bersuara, pria itu pasti akan terkekeh dengan senang.

Seindah apa suara Jesse dulu? Pria setampan itu pasti memiliki suara yang indah. Seandainya ia sempat mendengar suara pria itu. Seandainya ia bertemu Jesse sejak dulu. Seandainya...

Lamunan Adinda terputus saat mendengar suara langkah kaki, dan terlambat menyadari jika Jesse tahu ia mengikuti pria itu. Jesse sudah mendekat padanya sebelum Adinda sempat kabur. Jadi, ia hanya berdiri di tempatnya dan menunggu pria itu memarahinya.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang