25. Getaran Yang Semakin Menguat

767 164 9
                                    

Jesse merasa bias. Ia seakan tidak percaya jika gadis yang ada di hadapannya ini adalah manusia. Adinda jauh lebih cantik daripada itu. Gadis itu tampak seperti seorang dewi kecantikan dalam balutan pakaian berkuda yang seksi, dan Jesse harus menahan diri sekuat tenaga untuk tidak menerjang gadis itu, lalu menciuminya habis-habisan hingga mereka berdua berguling di tanah.

Bagaimana seseorang bisa terlihat begitu menarik seperti itu? Jesse telah melihat banyak wanita cantik sejak usia mudanya, bahkan pernah sangat jatuh cinta kepada salah satu dari mereka, tetapi ia tidak pernah melihat gadis seperti Adinda sebelumnya.

Kecantikannya bukan jenis seperti yang biasa ia temui di sini. Rambut dan mata yang berwarna, riasan yang mencolok, pakaian yang kelewat terbuka, juga kadang, tindikan dan tato di mana-mana.

Adinda tidak seperti itu. Bola matanya gelap seperti rambutnya yang hitam pekat dan sangat halus. Harum juga, sekarang ketika Jesse duduk di belakangnya. Keharuman itu bahkan masih sangat memabukkan meskipun rambut Adinda terikat rapi dan tertutup di bawah topi berkuda.

Pakaian sehari-hari Adinda selalu sopan. Celana panjang, atau sebatas lutut, kaus longgar, juga gaun yang meskipun tanpa lengan, tetap terlihat elegan. Wajahnya selalu polos tanpa riasan, seperti hari ini, tetapi itupun tidak mengurangi kecantikan alami yang gadis itu pancarkan.

Adinda adalah keindahan, dan Jesse tidak pernah merasa sangat ingin memiliki sesuatu seperti yang ia alami sekarang dengan Adinda. Bahkan tidak pada...

Jesse menggelengkan kepala untuk menghilangkan pemikirannya tentang wanita itu. Ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan masa lalunya. Bahkan seharusnya, ia sudah melupakan itu bertahun-tahun silam. Akan tetapi, bagaimana ia bisa melupakannya ketika ada Chase yang setiap hari ditemuinya? Ketika mereka berdua terlalu mirip satu sama lain?

"Apa kau akan mengijinkanku menaiki Honey sendirian nanti?"

Suara merdu Adinda membuyarkan semua pikiran Jesse. Ia mengganguk, kemudian mendekatkan bibirnya di telinga gadis itu. Jesse ingin menggigit dan menjilat telinga itu, menciuminya hingga Adinda mengerang penuh kenikmatan.

Sialan! Ini pasti karena mereka duduk terlalu dekat. Tangannya melingkupi tubuh Adinda untuk memegang tali kekang. Punggung Adinda menempel dengan sangat tepat di atas dadanya seakan gadis itu adalah potongan puzzle yang selama ini ia cari. Paha mereka saling berdekatan, dan Jesse bisa merasakan kehangatan yang memancar dari tubuh kecil dan indah ini. Ia sangat ingin menelanjangi Adinda sekarang.

"Honey akan berlaku baik padamu," bisiknya tepat di telinga gadis itu. "Sudah kubilang dia gadis yang manis."

Selama bertahun-tahun memutuskan untuk tidak menggunakan alat bantu bicara, baru kali ini Jesse merasa menyesalinya. Ia tidak pernah merasa menemukan alasan untuk membuatnya bicara lagi setelah operasi itu. Namun sekarang, dengan adanya Adinda di sini, alasan itu muncul bersamaan dengan penyesalannya.

Jesse menoleh saat merasakan Adinda tersenyum. Dari jarak sedekat ini, Jesse bisa melihat kulit gadis itu yang tanpa cela. Rasanya, ia ingin mendekatkan bibirnya dan mencium pipi yang halus itu. Ia sudah tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan gadis itu walaupun alasannya lebih kepada karena ia marah melihat Adinda dan Chase bergenggaman tangan.

"Kenapa kau tersenyum?" bisik Jesse lagi di telinganya.

Suaranya begitu lirih hingga ia sendiripun tidak bisa mendengarnya. Itu adalah suara terbesar yang bisa dihasilkan oleh pita suaranya yang telah rusak, dan Jesse merasa sangat malu. Ia adalah pria cacat. Tidak seharusnya ia menyukai gadis sempurna dan tidak bercela seperti Adinda.

"Aku suka mendengar suaramu." Adinda ikut berbisik dan menoleh padanya.

Jarak mereka begitu dekat. Jesse hanya butuh memajukan bibirnya, dan mereka akan kembali berciuman. Rasanya udara di sekitar mereka memuai saat mata birunya bertatapan dengan mata gelap milik Adinda. Gadis itu menghela napas dan Jesse menghirup aroma hangat yang baru saja Adinda embuskan.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Where stories live. Discover now