27. Terbakar Api

768 162 30
                                    

Rasanya sudah lama sekali Adinda tidak merasakan kebahagiaan seperti ini. Ia tertawa, ia memekik ketakutan sekaligus bersemangat, dan ia benar-benar merasakan seluruh adrenalin berpacu dalam dirinya, seiring bertambah cepatnya Honey berlari di padang rumput yang luas itu.

Sebelum ini, ia selalu mengira jika menaiki kuda adalah sesuatu yang mengerikan. Hewan itu sangat besar, tinggi, dan ketika berada di atasnya, seakan tanah sangat jauh dari kakimu. Namun, saat ia merasakan sendiri menaiki punggung Honey, semua ketakutan itu perlahan sirna. Terutama, karena Adinda tahu jika Honey adalah kuda yang baik.

Hewan itu tampaknya mengerti jika ia adalah seorang amatir. Langkah kaki Honey mantap, tegas, tetapi sama sekali tidak berbahaya. Saat ia menepuk bagian tubuh kuda itu dengan kakinya, seperti yang Jesse ajarkan untuk menambah kecepatan, Honey berlari kecil hingga membuat Adinda memekik riang.

Dan kini, setelah entah berapa lama berputar-putar, Adinda seperti sudah berada di atas punggung kuda seumur hidupnya. Rasanya seakan di tempat inilah ia seharusnya berada. Di tengah orang-orang yang peduli padanya, di tengah lingkungan yang nyaman dan menyenangkan, juga di samping Jesse, pria yang ia cintai.

Kepala Adinda berputar menatap Jesse yang sedang berdiri di tengah-tengah padang rumput dan memperhatikannya. Pria itu tersenyum dan melambai saat melihat Adinda memandangnya. Adinda ikut tersenyum meskipun jaraknya dengan Jesse cukup jauh.

Ia masih duduk di atas punggung Honey, tetapi membiarkan kuda itu beristirahat sejenak untuk merumput. Dan itu memberikan kesempatan bagi Adinda untuk mengamati Jesse. Pria itu tampak seperti dewa keindahan yang seksi dan sempurna di bawah sinar matahari musim panas yang hangat. Juga sangat panas.

Adinda masih bisa mengingat dengan jelas, panas yang dipancarkan tubuh Jesse padanya saat tubuh mereka saling menempel. Ini memang bukan yang pertama kalinya mereka berkuda bersama, tetapi saat itu, rasanya tidak seperti ini.

Apa karena pakaian yang mereka kenakan sangat tipis? Baju berkuda jelas berbeda dengan kemeja flannel atau celana jins. Dan demi Tuhan, Adinda bersumpah, ia bisa merasakan gairah pria itu yang membesar di bokongnya. Terlebih, ketika Jesse mendekatkan kepalanya di telinga Adinda.

Tubuh Adinda memanas seketika saat merasakan kekuatan tubuh Jesse di belakangnya. Dan untuk pertama kalinya selama dua puluh dua tahun ia menghirup udara di dunia ini, Adinda tahu apa itu yang dinamakan terbakar api gairah.

Selama ini, teman-temannya sering bercerita bagaimana rasanya saat gairah itu datang dan menyulut semua api yang ada dalam tubuhmu. Namun, karena Adinda tidak pernah merasakan itu sebelumnya, ia tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya. Bahkan ketika membaca novel yang menampilkan adegan erotis pun, Adinda merasa biasa-biasa saja.

Namun, hari ini, akhirnya ia tahu bagaimana api itu merayap dengan cepat dari puncak kepalanya, turun ke kedua payudaranya yang tiba-tiba terasa sangat kencang dan tegang, lalu berputar-putar di perut dan pusat inti tubuhnya dalam pusaran yang memabukkan dan membuatnya pusing.

Adinda bahkan hampir mengerang saat Jesse mengencangkan tali kekang, dan tangan pria itu menyenggol payudaranya. Sentuhan pria itu di tubuhnnya menimbulkan jejak yang begitu panas, dan Adinda merasakan keinginan kuat untuk melucuti pakaian Jesse.

Beruntung saat itu mereka sudah sampai di padang rumput atau Adinda akan melakukan hal memalukan seperti misalnya merasakan kewanitaannya menjadi lembab dan basah hanya dengan membayangkan hal itu.

Seperti saat ini. Adinda merasa sekujur tubuhnya memanas walaupun Jesse berada jauh darinya. Ia bisa merasakan tatapan pria itu menembus ke dalam lapisan pakaiannya yang tipis dan melucutinya. Ia membuka mulut untuk mengambil udara sebanyak mungkin dari mulutnya yang terbuka. Hawa panas merayapinya meskipun angin bertiup sepoi-sepoi.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang