35. Akhir yang benar.

6.9K 1.8K 1.6K
                                    

Di pagi yang mendung disertai angin yang lumayan kencang ini, gua sampai sekolah dengan keadaan nggak begitu bertenaga.

Hari ini adalah hari dimana Papa ketemu orang tua Luna. Terus terang gua sedikit takut. Bukan takut menghadapi Luna, gua takut dan sedikit nggak rela harus keluar dari sekolah ini. Meskipun baru sebentar, tempat ini menciptakan banyak kenangan buat gua. Banyak hal yang baru 'pertama kali gua lakukan', gua lakukan disini.

Begitu mau memasuki kelas, gua papasan sama Minhee yang mau keluar kelas. Gua ke kanan, Minhee ke kanan, gua ke kiri, Minhee ke kiri, gua berhenti, Minhee berhenti juga. Apa maksud?????

"Ck, lo duluan deh!" Bentaknya.

Tanpa menjawab, gua main nyelonong masuk. Tapi lagi-lagi di tahan sama Minhee dengan cara di hadang-hadangi.

"Apa?"

"Lo kenapa rambutnya dicepol gitu sih? Lepas gak?!"

"Emangnya kenapa? Sejelek itu ya aku? Tadi pas dari gerbang aku diejek sama kakak osis kayak pisang berjalan karena pake jaket kuning, tas kuning dan ikat rambut kuning. Sekarang apa lagi? Minhee mau ejek Anya kayak gimana lagi? Salah ya orang suka dan pakai outfit warna kuning ke sekolah? Aku tuh emang suka warna kuning. Dan yang warnanya kuning bukan hanya pisang. Jangan pernah color shaming atau fruit shaming ya! Kalau mau hina, hina Anya! Jangan hina warna atau buah!"

"Iya, lo jelek! Terlalu imut! Kayak bocah TK! Lepas gak!"

Gua nabrak pundak Minhee dengan keren kayak gangster di drama-drama.

"Heh Anyong! Dengerin kata-kata gua!"

Sesampainya bangku, gua merebahkan kepala diatas meja sambil nutup telinga rapat-rapat pakai kedua tangan.



🌟



Baru aja bel pergantian dari jam pertama ke jam kedua berbunyi, guru yang saat ini ngajar kelas gua menerima telepon.

Ini udah jam 8 lebih 10 menit, pasti ini udah waktunya. Duh, jadi deg-deg-an.

"Kalau boleh tau ada apa ya, Pak? Minggu depan materi ini ulangan harian soalnya."

"Oh, pembully-an? Aah, gitu ya, Pak. Baik. Ya. Sama-sama, Pak."

Tuhkan!

Verin mukul paha gua karena gua dari tadi menghentak-hentakan kaki terus. Dia mungkin terganggu.

Guru PPKN berdiri dari bangkunya dan menuju ke pusat kelas. "Alluna Syakilla sama Natasha Kanaya, kalian ke ruang kepala sekolah sekarang! Apa apaan ini, baru kelas 10 udah bikin masalah sampai dipanggil orang tuanya. Inget ya, kalau poin sampai 50 kalian bisa dikeluarkan! Cepet sana keluar, meresahkan aja siswa kayak kalian ini." Semua siswa menatap ke arah gua dan Luna karena perkataan guru tadi. Mereka bertanya-tanya ada apa. Tapi perhatian itu nggak lama terganti jadi menatap cowok yang tiba-tiba nyeletuk ini,

"Baru kelas 10 nggak boleh bikin masalah. Emang kalo udah kelas 11 atau 12 boleh bikin masalah, Bu?" Setelah asal nyeletuk, sebuah spidol mendarat di kepala Minhee.

"MAAF nih, Bu, sekedar mengingatkan, jangan melukai fisik kalau mau negor muridnya!" Juno membela Minhee yang kayak kesakitan gitu megangin bagian kepalanya.

"Gimana saya diem aja kalau murid saya kurang ajar? Saya bisa-bisa gagal jadi guru!"

"Tapi gak harus pakai kekerasan, Bu! Kalau orang tua Minhee nggak terima, ibu bisa dituntut loh?!" Chenle ikut bicara.

"Oke. Nggak pakai kekerasan kan? Kalian kerjain soal latihan bab ini terus salin 50 kali. Dikumpulkan besok!"

Setelah dari tadi cuman berani ngeremes ujung rok, gua akhirnya memberanikan diri buat berdiri. "Bu, tolong maafin mereka. Mereka cuman mau bantu temen sekelasnya. Tolong banget Bu, tarik hukuman mereka. Saya udah siapin surat pengunduran diri kok. Tolong banget Bu, saya nggak mau karena saya mereka jadi dihukum."

When I Hate You | Jaemin [✓]Where stories live. Discover now