24. Tipe

6.1K 1.7K 952
                                    

"Itu rumah kak Nada." Dari kejauhan, gua nunjuk rumah sederhana yang tidak begitu besar dengan cat kombinasi antara biru dan putih. Kalau nggak salah mengira-ngira, mungkin ukuran rumah kak Nada hanya sekitar 20X20.

Dari jendela yang terbuka, kita bertiga bisa melihat dengan jelas Kak Nada duduk di depan mesin jahit dengan muka lebam di bagian ujung mata dan pipi kiri.

Kak Haechan diam nggak berkutik melihat Kak Nada yang serius nunduk natap kain di hadapannya. Dari raut muka cowok itu, gua tau dia kasihan.

"Sebenernya dia kenapa?"

"Aku juga nggak tau kak. Aku nggak mau tanya karena menurutku kak Nada nggak akan suka ditanyai masalah ini. Ketika aku tau orang lain punya masalah, aku nggak akan tanya kecuali dia mau cerita sendiri. Karena aku tipe orang yang nggak suka bahas masalahku sendiri juga."

Mendengar jawaban gua, kak Jaemin menoleh ke arah gua. Mungkin dia bangga orang yang bercita-cita jadi pacarnya ini semakin dewasa dan lebih mengenal dunia. Natasha, Natasha, hebat banget sih. Dasar muda, pintar dan bertalenta.

"Bener, Chan. Gimanapun ini masalah keluarga. Mending lo jangan terlalu kepo." Sahut kak Jaemin.

Kak Haechan ngangguk setuju. Beberapa waktu berdiri dari kejauhan tanpa ada niat mampir ke rumah kak Nada membuat kak Haechan menghela napas besar melihat gimana muka cewek itu kelihatan lelah. "Mungkin lebih baik kita pulang aja." Final kak Haechan.

Belum juga kita berpindah tempat, seseorang dengan sepeda dan keranjang besar di bagian belakang sepedanya nyapa kita. "Temennya Nada ya? Eh, ini bukanya..... Tasya?"

Iya, perempuan itu ibunya kak Nada. Mata sayu, pakaian sederhana dan merah merah kebiruan di lengan serta lehernya membuat perempuan itu kelihatan menyedihkan. Keadaan itu tampak jelas menceritakan tanpa kalimat kalau kak Nada dan Ibunya baru mendapat perlakuan kekerasan.

Berhenti mengamati tubuh perempuan paruh baya di hadapan gua, gua tersenyum lebar. "Iya tante, Ini Natasha. Tante baru dari mana?"

"Ambil laundry-an pelanggan. Kalian kenapa berdiri disini?? ayo mampir! Nadaaa, ada temen kamu." Ibu kak Nada menuntun sepedanya memasuki halaman rumah. Kak Nada kelihatan berhenti dari aktifitasnya dan melihat kita bertiga dari dalam jendela ruang tamunya.

Singkat cerita kita udah duduk di kursi ruang tamu kak Nada tanpa bicara sepatah katapun. Ibu kak Nada sibuk melanjutkan pekerjaannya di belakang sana. Kedengeran suara keran air menyala sih, mungkin beliau nyuci pakaian laundryan tadi.

Kak Nada nunduk, kelihatan banget kalau dia mau menyamarkan lebam di ujung mata dan pipinya dengan rambut panjangnya yang dia biarkan terurai.

"Sebentar lagi ujian," kata kak Haechan. Entah kenapa tiba-tiba membahas ujian. Bukannya malah tanya kak Nada kenapa atau bagaimana keadaanya.

Kak Nada mengangkat mukanya sedikit. "Iya tau."

"Gua denger lo udah beberapa hari nggak masuk sekolah. Jadi gua kira lo sakit. Bagus deh kalau lo ga apa-apa."

"Gausah basa basi. Gua tau kok, kalo lo kesini karena penasaran. Gua juga tau kepala lo mikir banyak hal setelah liat muka gua. Kenapa nggak langsung tanya aja? Orang kaya gua nggak perlu di hargai, lo tau itu." Kak Nada senyum tipis setelahnya. Senyum itu jelas aja nggak kelihatan senyum baik-baik. Sisi yang seperti ini sama sekali belum pernah ditunjukkan sama kak Nada. Kenapa sikap kak Nada ke cowok gini banget?

"Emang. Tapi gua berhak kan buat nggak tanya dan jaga perasaan lo?" Kak Haechan menjawab tebakan kak Nada dengan cepat. Seolah jawaban itu emang udah dipersiapkan. Seolah kak Haechan tau kak Nada bakalan tanya gitu.

When I Hate You | Jaemin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang