32. Di bully di depan kamar mandi

6.6K 1.7K 1K
                                    

"Semua orang tau lo suka bang Jaemin. Tapi, nggak ada yang tau kalau bang Jaemin juga suka sama lo. Bahkan bang Jaemin sendiri juga ngga tau. Cuman gua yang tau soal itu."

"Lo penasaran, kenapa gua bisa bilang begitu?" Lanjut Chenle. "Karena gua memperhatikan lo, Nya. Gua merhatiin bang Jaemin juga. Gua suka sama lo. Salah. Gua sayang sama lo. Gua nggak mau ada yang nyakitin lo."

"Gua beneran sayang sama lo. Kayak sayang sama hewan peliharaan.."

Gua menggoyang-goyangkan tubuh Chenle, bersiap nyemplungin Chenle ke kolam ikan. "Kaget banget tau gak! Jantung aku hampir keluar dari zona nyamannya. Aku tau dan sadar kalo selama ini sifatku lembut dan dewasa. Itu bikin salah paham kalau ada yang bilang suka sama aku. Ah aku takut banget nggak bisa temenan sama Chenle. Meskipun Chenle kalo pegang apa-apa suka rusak dan suka ribut rebutan barang sama Jisung sampai ganggu konsentrasiku tapi tidak mengurangi nilai akademikku, tetep aja aku nggak mau kehilangan Chenle. Duh. Chenle, demi ikan koi yang berenang di dinginnya air kolam, Anya KAGET."

"Satu tarikan nafas bisa ngucapin kalimat sebanyak itu.." Gumam Chenle sambil ketawa nyaring. "Ayo ke kelas, kayaknya upacaranya udahan tuh."

"Kuy kuy kuy kuyy~" respon gua kemudian lari kecil mengekor Chenle.

🌟


Sampai kelas, semua orangㅡbahkan ada yang dari kelas lain, heboh mengililingi meja paling belakang di kelas gua.

Gua sama Chenle saling natap satu sama lain dengan kening berkerut. Chenle kemudian menaikkan kedua bahunya.

Kita memutuskan untuk melangkah lebih dekat. Yang terdengar dari sini cuman suara batuk tanpa tau siapa itu yang dari tadi batuk-batuk.

"Ewww," begitu kita mendekat, beberapa cewek reflek mundur tanpa liat sekitar dan menunjukkan ekspresi kaget. Yang cowok juga gitu. Mereka ngusap muka pakai kedua tangannya terus pergi menjauh.

"Duh, sumpah, lo kenapa ga ke toilet aja si." Ketus salah satu cewek yang juga teman sekelas gua sambil nutup hidung dan menyingkir.

Satu persatu orang yang tadi berkerumun pergi menjauh. Sampai akhirnya, gua bisa lihat dengan jelas kalau Luna duduk lemes di lantai sambil megangin perutnya. Ujung matanya berair. Mukanya mulai memerah. Cewek itu kelihatan kesakitan tapi nggak ada yang peduli karena baju dan lantai di depan luna ada muntahan dia.

Somi kelihatan bingung. Dia mau nolong tapi ragu. Luna nunduk aja, badannya makin bergetar.

Chenle menarik pergelangan tangan gua pas gua mau maju selangkah. Gua noleh ke arahnya. "Nggak usah. Jijik tau nggak sih. Biar gua hubungin cleaning service yang biasa bantu kita piket."

"Ck, nggak boleh gitu tau! Kalo nunggu mereka dateng, kasian Luna."

"Tapi, Nya."

"Percaya sama aku."

Gua mengambil tissue basah dan tissue biasa yang selalu gua bawa di tas. Setelah itu, gua jongkok di hadapan Luna.

Cewek itu menegakkan kepalanya. Pelahan air matanya turun. Mungkin Luna malu banget hari ini. Gua tau kok, hal kayak gini sama sekali nggak direncanakan dan nggak bisa dihindari.

Mengambil satu lembar tisue basah, gua ngelap mulut Luna dan baju seragamnya yang kotor. "Badan Luna panas banget. Luna sakit?"

Luna diem aja. Ah iyaya, kan Luna sakit, pasti buat ngomong juga susah. Apalagi baru muntah. Pasti perutnya nggak enak banget rasanya.

"Anya lo ngapain!" Teriak Minhee pas gua ngelap lantai bekas muntahan Luna pakai tissue.

"Nya, plis, lo yang mau ngelap, gua yang pengen muntah." Teriak Herin.

When I Hate You | Jaemin [✓]Where stories live. Discover now