25. Rahasia

6.6K 1.6K 615
                                    

Karena mencium bau pewangi ruangan yang sangat khas, gua mulai sadar dari tidur gua. Pelan-pelan, gua membuka mata, melihat sekitar dan merasa bingung. Kenapa gua ada disini? Sekarang tanggal berapa? Tahun berapa? Kenapa gua nggak inget apa-apa?

Kepala gua rasanya ringan. Tenggorokan serasa kering. Dengan gerakan kecil, gua nyoba duduk karena punggung rasanya kaku semua.

"Anya, kamu udah bangun? Bentar Mba panggil suster." Mba Anna menuju ke meja telepon yang ada di ruangan gua buat menghubungi suster. Gua tau yang akan datang pasti suster Eunbi.

"Mba? Kenapa aku disini? Sejak kapan?" Tanya gua. Jujur gua merasa ada banyak hal yang terjadi beberapa hari ini, tapi gua bahkan nggak tau itu nyata atau mimpi.

Mba Anna mengambil satu botol aqua dan menuangkan air mineralnitu ke gelas yang udah ada sedotan stainless nya. Gua meneguk air itu pelan pelan.

"Kemarin sore kamu pingsan di sekolah. Papa sama dokter udah ngingetin berapa kali sih? Kalai kecapean jangan maksa sekolah. Nggak apa-apa libur walau ujian. Guru udah memaklumi, kalau kamu maksa, kamu nyakitin diri sendiri." Mba Anna mengomel. Mba Anna emang suka gitu kalau khawatir.

Melihat keluar jendela, gua menyadari kalau langit udah gelap. Mata gua ngelirik ke arah jam dinding digital di tembok rumah sakit yang menunjukkan pukul delapan malam. Gua udah pingsan satu hari lebih ternyata.

Gua bersyukur makan bareng kak Jaemin kemarin itu ternyata bukan hanya mimpi.

"Maaf mba. Sebenernya aku nggak ngerasa sakit atau kecapean. Tapi aku banyak kegiatan jadinya secara nggak sadar kurang istirahat."

Pintu kamar gua terbuka. Suster Eunbi masuk dengan membawa beberapa perangkat kesehatan.

"Tuhkan, kalau bandel dan keras kepala, kamu makin habisin waktu kamu yang berharga itu buat tiduran di kamar mahal ini. Emangnya suka tangannya di tusuk tusuk pakai jarum terus?" Suster Eunbi memeriksa tekanan darah gua.

"Maaf suster. Aku kira-kira boleh pulang kapan? Aku ada kerja kelompok dan temenku butuh aku buat ngerjain tugas itu."

"Kamu harus di rawat Natasha. Berat badan kamu turun. Kali ini kamu nggak bisa pulang cepet."

"Tapi aku mau ujian juga sus. Ini ujian semester pertama di hidupku. Aku pengen ujian dan kasih temenku contekan."

"Ini akibatnya kalo keras kepala dan nggak dengerin omongan Papa kamu buat terus istirahat. Mulai hari ini, berhenti mikirin orang lain. Hidup kamu lebih penting buat kamu. Buat Papa kamu. Buat temen-temen kamu. Kamu mau terus sekolah sampai lulus nanti kan? Kamu mau kuliah dan ngerasain gimana kehidupan orahg dewasa kan?"

"Iya."

"Makanya, kamu nurut. Kamu banyak istirahat. Setidaknya untuk satu minggu ini."

Kalau selama itu nggak masuk sekolah dan nggak ketemu kak Jaemin, kak Jaemin pasti bakalan curiga. Gua nggak mau kak Jaemin sedih setelah tau keadaan gua.

"Aa suster Eunbi,"

"Apa?"

"Setelah dua hari aku mau pindah kamar. Cuman orang orang tertentu aja yang boleh jenguk. Tolong bantu atur ya. Di kamar yang biasa juga nggak apa-apa."

"Anya, kamu nggak bisa ambil keputusan tanpa persetujuan Papa kamu." Mba Anna memperingati.

"Papa pasti setuju kok. Tolong ya sus. Aku nggak mau ada temen lain yang tau aku sakit parah. Aku nggak mau di perlakukan dengan sangat baik dan dibedakan setelah mereka tau aku sakit. Aku mau menjalani hidup yang normal." Gua menjeda ucapan gua. "Aku nggak suka dikatain caper karena sakit." Lanjut gua lirih. Bohong kalau gua nggak sakit hati sewaktu ada orang yang menganggap gua haus perhatian karena gua sakit-sakitan dan nggak punya Mama.

When I Hate You | Jaemin [✓]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora