30. One fine day under the sky

6.5K 1.6K 1.2K
                                    

"Kak Jaemin, hari ini pertama kalinya aku mancing dan langsung makan ikan bakar dari hasil mancing. Makasih ya udah ajak aku kesini. Oh iya, kak Jaemin dari tadi kenapa diem? Kak Jaemin marah ya karena aku nggak bilang dari dulu kalau sebenernya aku sakit? Percaya deh, sakitku emang kelihatannya serem. Tapi aku baik-baik aja kok. Aku sekuat banteng PDI."

Kak Jaemin berhenti. "Nat." Panggilan itu terdengar sedih.

Gua berhenti juga akhirnya. Perasaan gua nggak enak. Firasat apa ini?

"Kamu mau pacaran sama aku?" Kak Jaemin natap gua tanpa kedip. "Tapi aku belom suka sama kamu. Kalau kamu mau dan jadi seneng karena itu, ayo."

"Ayo pacaran, Nat."

Air mata gua jatuh saat itu juga. Gua nggak tau apa ini perasaan sedih atau bahagia. Tapi, yang jelas, air mata gua nggak bisa berhenti ngalir walau udah sekuat tenaga gua tahan.

"Nat? You okay? Maaf kalo aku cuman sampah yang jahat. Aku cuman mau jujur, aku nggak mau bikin kamu seneng dengan kebohongan."

Tanpa berpikir, gua ngangguk. Ngangguk sambil menghapus air mata gua. Dengan senyum selebar mungkin, gua kemudian merespon pertanyaan kak Jaemin. "HUWAAAA SENENG BANGET. INI MIMPI YA? KAK CUBIT AKU CEPET."

"Kirain sedih." Gumam kak Jaemin yang kemudian menyodorkan jempolnya untuk mengusap air mata gua.

"Aku nggak sedih kok. Kenapa harus sedih saat nerima perlakuan baik dari orang lain." Gua senyum lagi. Kak Jaemin perlahan narik sudut bibirnya juga. Cowok itu ngelus pucuk kepala gua.

"Meskipun kak Jaemin belum suka, aku seneng banget dengernya. Tapi,"

"Tapi?" Ulang kak Jaemin. Seolah pengen tau kalimat selanjutnya.

"Tapi boleh aku jawabnya setelah liburan semseter berakhir?"

"Kenapa, Nat?"

"Kalau ditembak, sebagai cewek aku harus gantungin kak Jaemin dulu. Hehehehe, sok cantik ya aku. Eh tapi beneran, aku juga mau kasih waktu buat kak Jaemin mikir. Karena aku, jauh... dari tipe kak Jaemin. Dengan bikin aku seneng tapi jadi beban buat ka Jaemin, aku nggak mau. Karena aku sayang kak Jaemin. Aku nggak mau kak Jaemin terbebani. Pokoknya, asalkan masih bisa lihat kak Jaemin, aku udah seneng. Nggak pacaran juga nggak apa-apa. Kak Jaemin pikir dulu ya, aku juga mau mikir. Apa aku pantes buat jawab iya dengan kondisiku yang seperti ini."

"Aku.... takut..... nggak bisa bikin kak Jaemin bahagia."

Kak Jaemin meluk gua tiba-tiba. Dan hal itu bikin gua mau nangis lagi. "Natasha, pikirin juga buat bahagiain diri sendiri. Kamu juga penting dan berhak bahagia. Sesekali, kamu boleh jadi egois."

Masalahnya cuman... aku bahagia kalo orang-orang disekitarku bahagia.

Setelah itu kita berdua lanjut jalan di bawah langit biru yang mulai berwarna sore dan pepohonan yang rindang. Kilau dari air danau membuat mata gua silau, tapi tinggi kak Jaemin menghalangi gua dari pantulan sinar matahari yang terkena air tersebut.

"Nat, lo tau, kenapa tipe gua itu orang yang sehat?" Kak Jaemin memulai pembicaraan lagi.

"Karena kak Jaemin punya banyak hal yang mau dilakukan sama dia?"

"Karena kehilangan itu sakit."

Gua dongak. "Wah, awannya bagus ya yang besar itu. Kayak bentuk banteng bukan sih kak?"

Kak Jaemin dongak juga. Dia kemudian tersenyum. "Sebenernya gua punya kakak."

"Waaah, seru dong punya saudara? Aku pengen deh punya saudara. Tapi papaku nggak bisa melahirkan."

When I Hate You | Jaemin [✓]Where stories live. Discover now