20. ABC LIMA DASAR

7.5K 1.8K 1.2K
                                    

"HELLOOO??? ADA ORANG GAK DI LUAR??!!! YANG DENGER INI PLIS JAWAB."

"HELLOOO???"

Kak Nada menghela napas gusar. Raut wajahnya kelihatan capek dan putus asa. Ini udah jam setengah enam petang dan nggak ada tanda-tanda kami selamat dari ruang BP. Alhamdulillah.

"Nggak capek lu?" Kak Haechan yang kini duduk bersila sambil nyender meja guru menanyai kak Nada dengan nada heran. Masalahnya, itu perempuan yang dari tadi paling gigih gedor-gedor pintu ruang BP. Minhee, gua dan kak Jaemin juga berusaha tadi. Cuman, kita capek. Kak Haechan juga udah berusaha ngedobrak. Hasilnya?

Pintu kebuka enggak, badan kak Haechan mental iya.

Bukannya menjawab kak Haechan, kak Nada malah duduk disampingnya. Nggak berdekatan kok. Kak Nada kayaknya males banget sama Kak Haechan gitu soalnya.

Cewek itu kemudian menengadahkan kepala. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Kak Nada kenapa? Kok kayaknya mukanya full unlimited masalah gitu?"

"Bahasamu, Nyong." Kaki Minhee menendang sepatu gua. Karena Chenle manggil gua Anyong. Anak-anak sekelas termasuk Minhee ikutan. Ada-ada saja cara unik orang-orang memanggil yang mulia.

"Nggak apa-apa kok."

Kak Haechan meluruskan salah satu kakinya sambil memalingkan mukanya yang tadi menatap kak Nada sekilas. "Nggak ada apa-apa tapi keliatan panik. Dasar cewek. Takut ya lo karena mulai gelap?"

Kak Nada hanya melirik. Nggak menjawab. Cewek itu malah memeluk badannya karena angin malam mulai kerasa dingin. Mana kita duduk tanpa alas lagi.

Gua juga kedinginan. Maka dari itu, gua ngesot satu kali kesotan mendekat ke arah kak Jaemin.

Kak Jaemin menoleh sambil senyum. "Kenapa, kok duduknya mepet-mepet?"

"Di dorong Minhee, Kak. Asli. aku juga nggak pengen mepet-mepet. Tapi di dorong. Minhee jangan dorong dong!"

Minhee ngesot satu kali kesotan juga ke arah gua. Kita bertiga jadi dempetan kayak kembar 3 siam. "Aduh, jangan di tarik dong, guanya. Nya."

Gua memutar kedua bola mata malas. Kemudian fokus melihat pundak kak Jaemin. "Kalau diliat-liat pundak ini lebar juga. Apa cukup ya buat wajahku yang kecil ini bertumpu?"

"Kecil? Bahkan kita berempat bisa sholat berjamaah di kening lo, Nya."

"MINHEE KENAPA SIH?! Dulu Minher cuek loh sama Anya. Kayak kayak gak suka gitu? Sering manggil Anya kuburan. Gangguin Anya. Tapi lama-lama, Minhee kenapa gini? Kenapa makin peduli sama Anya? Kenapa chat chat Anya? Kenapa misscall misscall juga pas malem? Pas sekolah libur juga ngajak video call? Kenapa? Oh, Anya tau alesannya. Pasti Minhee merasakan perasaan perasaan sesuatu gitu kan ke Anya!!"

Minhee memalingkan muka setelah menelan saliva kasar. "Heleh perasaan apa."

"Ya perasaan dendam lah. Karena Minhee selalu ketangkap sama Anya kalo mau gacul bulpen. Karena Minhee selalu kegap sama Anya pas ketiduran di kelas. Karena Minhee selalu Anya cari pas Anya gak punya temen. Minhee dendam kan?"

Minhee menghela napas. "IYAA!"

"Kak Jaemin! Sepupunya nakal!"

Kak Jaemin berdecak, "Jangan gangguin dia lagi, lu." Terus bilang gitu ke Minhee. "Minhee emang anaknya jail. Tapi kalo dirumah anak mamah banget dia."

"Apaan banget si lo, Bang. Jangan sebar hoax." Gerutu Minhee

Kak Jaemin terkekeh ngeliat reaksi Minhee. Walau ruangan BP gelap, kita bisa ngeliat dengan jelas raut sebel Minhee.

When I Hate You | Jaemin [✓]Where stories live. Discover now