14. Makasih

8.2K 1.8K 1.6K
                                    

"Mba, aku mau pergi. Bilangin ke Papa ya nanti."

"Tapi kan hari ini jadwalnyaㅡ"

"Aku udah bilang suster Eunbi buat ganti jadwalnya jadi besok. Aku juga udah bawa obat. Aku buru-buru Mba. Tolong bilang Papa."

"Tapi Nanㅡ"

Gua nggak mau berhadapan sama Mba Anna lama-lama. Pasti Mba Anna nggak bakal setuju gua pergi tanpa ijin dari Papa. Gua beneran harus pergi demi apapun. Menunda jadwa kontrol ke dokter Mino beberapa jam aja nggak akan berdampak fatal gua yakin. Lagi pula akhir-akhir ini nggak ada keluhan.

Begitu sampai halaman, kak Minju lagi di depan main HP. Cewek itu natap heran ke arah gua dan tanya "Mau kemana, Nat? Tumben ambis maghrib gini keluar?"

Dan karena gua buru-buru, gua cuman jawab "Pergi sebentar. Dadah kak Minju," dan lari keluar komplek perumahan.

Sampai sana gua berhenti sejenak buat lihat dimana mobil merah yang katanya dikendarain sama Chenle. Iya, gua minta tolong Chenle jemput. Gak langsung mau sih, tadinya Chenle bilang mau ke Hongkong jam tujuh malam dan Chenle pikir gua bakal percaya sama kebohongnya yang gak bermutu itu? Jelas aja enggak!

Ditengah seriusnya memerhatikan sekitaran, HP gua berdering. Itu Chenle, tanpa membuatnya nunggu lebih lama gua angkat telpon dari dia.

"Anya sekitar sepuluh detik gua nyampe."

"Iya iya MasyaAllah, Chenle kalau nyetir itu jangan sambil telfon. Nanti kecelakaan. Bahaya. Tutup gak? Anya gak mau ngomong lagi sama orang yang lagi nyetir. Tutup gak? Kalo gak di tutup tiba-tiba Chenle buka mata di UGD Anya gak ikut-ikutan ya?!"

Tin!tin!

Suara klakson berbunyi dan rasanya mobil itu tepat di belakang gua banget. Gua noleh. Ternyata bener, mobil merah mengkilat Mercedes Benz berhenti di belakang gua tepat. Suara mesinnya sama sekali nggak kedengaran, pasti harganya dua kali lipat mobil standart menengah ke atas.

"Jesus christ." Chenle bergumam pelan seperti nyaris berbisik kemudian melanjutkan kalimatnya. "Gua udah sampe. Gua gak lagi nyetir. Lo cepetan masuk anjir. Ngapain lo ngeliatin mobil gua?"

"Chenle kok berubah wujud?"

"Gua yang di bangku belakang anyahaseo. Yang di depan itu Driver gua."

"Oh, gitu ya Chenle-juseo. Gua duduk di depan apa di belakang sebelah lo?"

"Kok pake tanya sih? di atap sana. Lo duduk di atas mobil gua."

"Naiknya gimana?"

Sambungan telepon terputus. Driver Chenle keluar dari mobil dan membuka pintu jok belakang. "Silakan masuk nona."

"Eh jangan gitu, panggil Anya aja. Aku bukan golongan darah bangsawan karena golongan darahku B."

Driver Chenle tersenyum canggung. Gua melangkahlan kaki untuk naik ke mobil Chenle.

"Hoi Chenle, ciluk ba!" Sapa gua ke Chenle begitu gua meletakkan pantat gua ke jok mobil Chenle.

"Lo gak pakai celana Nya?" Kaget Chenle.

"PAKE LAH." Gua menaikkan kemeja oversized gua yang panjangnya hampir selutut untuk menunjukkan celana jeans pendek yang gua kenakan. "Nih."

"Apa motivasi lo pakai celana ini? Lo udah ga dibeliin celana lagi ya sama bokap lo semenjak TK?"

"Pakai celana pun harus ada motivasi nya jaman sekarang?"

"Terserah. Lo mau ngapain jam segini ke Mall sendirian?"

When I Hate You | Jaemin [✓]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon