42

1.6K 164 1
                                    

Setelah pengusiran paksa di ruang rawat itu, kini Tae dan Kookie duduk di taman rumah sakit. Menunggu Chim yang katanya sebentar lagi menyusul mereka.

Mereka saling diam tenggelam dalam pikiran masing-masing. Kookie merasa cemas dengan sang kakak yang entah mengapa tatapannya begitu kosong melihat ke jauh entah kemana.

Mengingat bagaimana sang Ibu yang begitu marah karena kedatangan kakaknya itu.

"Kook" panggil Tae lirih

"Iya kak?  Kau butuh sesuatu? " Tae menggeleng pelan.

" Ayah akan baik-baik saja kan? Ayah akan segera bangunkan? " tanyanya tanpa melihat lawan bicaranya.

" Tentu kak.. Ayahmu akan baik-baik saja. Percaya pada Kookie. Semua akan baik-baik saja"

"Benarkah Kook?  Tapi kenapa ibu seperti itu tadi? Aku hanya ingin melihat ayah sebentar. Mengapa tidak diijinkan barang sedikitpun? Aku anak nakal ya Kook? Tae ini anak pembawa si-"

"Kak Tae! " potong Kookie yang mulai geram dengan lanturan sang kakak.

Sungguh hatinya sakit melihat kakaknya yang dulunya ceria menjadi seperti tak bernyawa itu. Dipeluknya pelan, dielusnya perlahan punggung sang kakak agar merasa nyaman dan tenang itu.

" Semua akan baik-baik saja kak. Percaya pada Kookie ya? "

" Kookie! " panggil seseorang yang ternyata kak Chim.

" Apa terjadi sesuatu? " Chim cemas karena Kookie yang tengah memeluk Tae.

" Ayo pulang kak. Kau harus istirahat kan? " ajak Kookie pelan. Tae masih terdiam.

" Kak Tae.. Kau belum makan dari pagi, ayo pulang ya? " ajaknya lagi. Kali ini Tae mengangguk pelan. Chim tersenyum tipis karena Tae sedikit penurut.

....

Mereka pun kembali ke rumah. Bersyukur maid dirumah sudah membuatkan bubur untuk Tae. Dengan begitu Chim tak perlu repot membeli diluar.

Disuapi Tae perlahan. Masih dengan tatapan kosongnya mulut itu mengunyah perlahan setiap sendok bubur yang diberikan Chim. Sedangkan Kookie dia harus ke supermarket untuk membeli beberapa buah yang ternyata sudah habis di kulkas.

"Cha..  Ini sendok terakhir"

Tae membuka mulutnya perlahan. Buburnya habis. Chim senang melihatnya.

"Sekarang tidur ya Tae. Kakak akan disini sampai kau tertidur "

" Kau akan pergi Chim? " tanyanya lirih.

" Iya nanti sore, menjaga ayah. Tak apa kan aku tinggal sendiri bersama Kookie? " Tae terdiam sejenak. Dia juga ingin menjaga ayah.

" Aku juga ingin menjaga ayah, Chim" pintanya. Chim menggeleng menolak permintaan adiknya.

"Tidak Tae. Kau dirumah bersama Kookie. Nanti kakak akan kasih kabar tentang ayah jika sudah disana. Sekarang kau istirahat ya?" bujuknya.

Mau tidak mau Tae hanya bisa pasrah. Dia sadar diri jika dia tak bisa melakukan apapun sendirian sekarang. Dan dia juga sadar diri sudah terlalu banyak merepotkan kakaknya. Pasti sangat lelah mengurus dirinya, pikirnya pada sang kakak.

Tae perlahan mulai tertidur. Chim tersenyum hangat melihat adiknya mulai membaik setelah insiden di rumah sakit itu.

"Tidur yang nyenyak ya Tae, maafkan kakakmu yang tak bisa berbuat banyak" dielusnya surai itu perlahan, terasa halus dan wangi pastinya.

*tring tring

Ponsel Chim berbunyi, menampilkan nama Yoongi dilayarnya.

"Halo kak? "

'...... '

" Aku dirumah. Iya. Ada apa? "

'.......'

" Baiklah, aku kesana segera"

*tut

Setelah panggilan itu diputus Chim segeran menelepon Kookie.

"Halo..  Kook? Sudah selesai belanjanya? "

'....... '

" Aku akan pergi ke komite sebentar. Segeralah pulang dan jaga Tae. Aku akan segera kembali dalam satu jam"

'.......'

"Hmm.. Hati-hati"

.....

Chim bergegas kembali ke mobilnya menuju Komite sekolah.

"Ck..  Merepotkan sekali. Bagaimana bisa mereka melakukan ini pada komite " gerutunya.

.

.

.

.
.

.

So? (The END)Where stories live. Discover now