15

2.2K 208 2
                                    

Minggu ini entah kenapa ayah tiba-tiba pulang. Padahal kata ibu ayah masih ada beberapa hari mengurusi pekerjaannya. Kami semua berkumpul di meja makan dan saling bercanda. Aku senang melihat Tae yang berangsur-angsur ceria.

"Oh iya, hari ini ayah dan Tae akan pergi ke toko sepatu sebentar. Apa Chim mau ikut? " ajak ayah.

" Emm? Ahh..  Tidak yah, aku dirumah saja dengan ibu. Ayah bersenang-senanglah dengan Tae. Belikan hal yang ia sukai ya yah" tolakku halus.

"Jangan terlalu memanjakannya, sayang" kata ibu tiba-tiba. Aku mendengus mendengar ucapan ibu. "Ibu benar yah, Tae hanya ingin sepatu setelah itu kita pulang" Ucap Tae. Bisa ku lihat ayah menghela pasrah.

"Ya sudah, ayo pergi sekarang Tae. Kami pergi dulu " pamit ayah dan diikuti Tae. Aku melambaikan tangan sebagai ucapan perpisahan yang sebentar itu. Ibu masih sibuk dengan makanannya.

" Kenapa ibu selalu seperti itu dengan Tae?" tanya ku. Ibu menghentikan acara makannya. "Apa? Memang ibu melakukan apa Chim?". " Aku ingin ibu jangan membedakan aku dengan Tae. Dia juga anak ibu" jelasku. "Ya, anak dari jalang itu juga".

Aku terkejut mendengar tuturan ibu. Bagaimana bisa ibu berbicara seperti itu. "Ibu" lirihku. "Benarkan sayang? Apa ibu salah? Ibunya yang jalang telah menghancurkan keluarga kita. Seharusnya dia beruntung karena ibu masih merawat seperti anak sendiri, tapi maaf Chim. Ibu tetap tak bisa menyayangi nya seperti ibu menyayangimu"  ucap ibu sembari pergi berlalu.

Luka lama itu kembali terbuka. Terkadang aku ingin sekali tak mempercayai setiap apa yang dikatakan ibu kepadaku. Namun nyatanya memang benar. Tae adalah hasil perbuatan bejat dari ayahku.

Tapi ayah sudah menjelaskan jika itu adalah kecelakaan. Ayah tidak sengaja menyetubuhi ibu Tae karena mabuk berat yang saat itu tengah bertengkar hebat dengan ibu. Ibu Tae adalah sahabat dari ayahku sendiri.

Hebatnya ayah mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Disaat proses bersalin, ibu Tae meninggal dan hanya Tae yang selamat.

Aku tak pernah mempermasalahkannya karena memang itu sepenuhnya adalah kesalahan Ayah. Tapi Ibu tak pernah mempercayainya bahkan sampai sekarang ini.

...

"Bagaimana sekolahmu Tae? " tanya ayah disela-sela menyetirnya." Baik yah,  beberapa minggu kemarin timku memenangkan pertandingan lagi" jelasnya. "Wah..  Selamat ya Tae. Ayah bangga padamu" ucap ayah sembari mengelus surai coklatnya Tae dengan lembut.

"Sebagai ucapan selamat ayah, ayo kita bersenang-senang". "Tak perlu yah, itu sudah lama jadi ayo membeli seperlunya saja" tolak Tae halus. Ayah menghela napas. Heran dengan anaknya itu.

"Tae, jangan pikirkan perkataan ibumu itu". "Tidak yah, ibu benar. Tae memang harus berhemat. Meskipun ayah sering mengirimkanku uang. Tae harus tetap berhemat. Rasanya tidak enak jika menghamburkannya"  jelasnya. "Tapi setidaknya belilah hal-hal yang kau sukai itu Tae. Ayah lihat kau bertambah kurus dan ini, dimana pipi chubby mu, nak?"  sentuh ayah pada pipi Tae.  Tae tersenyum tipis. "Tae tak apa kok yah"

...

Katakan jika Tae itu anak yang baik dan penurut. Dia cukup tau diri sebagai anak yang memang tak seharusnya hadir ditengah-tengah keluarga yang harusnya harmonis semestinya. Tapi takdir berkata lain, dia lahir sebagai anak yang sehat dan tampan. Sebagai anak yang baik dan bisa menjaga saudaranya. Meskipun ibu dari saudaranya sendiri tak menyayanginya. Setidaknya Ayah dan Chim tak melakukannya.

.

.

.

.

.

So? (The END)Where stories live. Discover now