57

2.2K 147 6
                                    


double uppp...

.

.

Detik-detik menuju Endingggggg

.

.

.

Happy Reading, Good Reade^^

.

.

Mereka berempat langsung pulang tanpa mampir ke rumah makan, karena mengingat keadaan Taehyung yang dirasa tak memungkinkan itu. Beruntungnya Jimin dan Ibu Kim tak protes akan hal itu. Sesampai di rumah, Jimin membantu Taehyung menuju kamarnya diikuti sang ayah. Ibu Kim sendiri pergi ke dapur dan membuatkan minuman hangat untuk keluarganya.

"Kau benar-benar tak apa Tae? Wajahmu benar-benar pucat." Taehyung terkekeh pelan melihat raut wajah khawati Jimin.

"Aku baik-baik saja Jim, sungguh. Emm,, ayah bisa biarkan aku dan Jimin berdua sebentar? Ada yang harus aku bicarakan dengan Jimin." Ucap Taehyung lirih pada sang ayah. Tentu Ayah Kim tahu apa yang akan dibicarakan sang anak pada saudaranya. Dengan desahan pelan akhinya ayah Kim menginggalkan Kim bersaudara berdua. Jimin tampak heran sekaligus khawatir dengan tingkah aneh sang ayah dan saudaranya.

"Jim, duduklah sebentar" pinta Taehyung sembari menepuk pelan sisi ranjangnya. Jimin pun menuruti permintaan Taehyung.

"Ada apa Tae? Jangan membuatku takut." Ucap Jimin sembari membenarkan poni Taehyung yang menutupi sebagian matanya.

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Mengenai keadaanku." Ucap Taehyung sembari memandang kedua kakinya. "Katakan." Taehyung menggangguk pelan.

"Hal ini sudah diketahui ayah dan ibu, Jungkook juga. Kau pasti tahu tentang keadaan kakiku. Mereka lumpuh." Jimin mengernyitkan dahinya tak paham.

"Beberapa bulan lalu aku menemui dokter. Katanya sudah tak ada harapan lagi untuk mereka." Jimin terkejut mendengar ucapan saudaranya.

"B-Bagaimana bisa?" lirihnya

"Katanya sudah tak bisa disembuhkan, sendi dan ligamennya sudah rusak. Kalaupun dengan jalan kemo atau operasi, itu tetap sama saja."

"T-Tapi, kemo kemarin?" Jimin tentu shock bukan main. Taehyung terkekeh pelan, tubuhnya terasa ngilu.

"Tentu kau melihatku kan? Aku terjatuh banyak sekali di ruangan itu, bahkan kedua kakiku biru lebam tapi aku tak bisa merasakan sakitnya. Jika kau tak percaya, kau bisa melihatnya sendiri." Ucap Taehyung pelan. Jimin dengan pelan menarik kedua celana training Taehyung hingga selutut. Jimin meringis pelan. Kaki Taehyung benar-benar lebam sana-sini.

"Apa sakit?" Taehyung menggeleng pelan.

"Yang lebih sakit telapak tanganku karena harus susah payah menahan beban tubuhku. Aku sebenarnya sudah tak menjalani kemo lagi. Tapi setelah aku mencoba kemo untuk pertama kalinya setelah dokter berkata demikian, tubuhku berakhir kebas dan ngilu. Badanku rasanya sakit semua." Ucap Taehyung lirih

"Kenapa kau tak memberitahuku? Aku merasa sangat bersalah setelah memintamu kemo kemarin."

"Jungkook sebenarnya sangat ingin memberitahukan hal ini padamu, tapi aku melarangnya karena aku ingin memberitahukannya sendiri. Aku juga tak ingin begitu saja menolak ajakan kemo bersamamu dan membuat dirimu marah tanpa tahu alasan yang sebenarnya"

"Tapi aku membuat dirimu kesakitan seperti ini Tae, seharusnya aku.."

"Tak apa, ini sudah biasa. Dengan istirahat sebentar tubuhku akan membaik." Potongnya sembarri mengulas senyum manis pada Jimin.

"Maafkan aku Tae. Maaf karena saudaramu ini begitu ceroboh dan bodoh"

"Jangan meminta maaf Jim. Kau hanya belum tahu kebenarannya. Aku akan baik-baik saja kok" Taehyung mengelus pelan punggung tangan Jimin.

*Ceklek

Pintu kamar itu terbuka dan memunculkan Ibu sembari membawa senampan minuman hangat untuk kedua anaknya.

"Emm, Ada apa dengan suasana ini? Begitu melankolis" ucap Ibu sembari mendekati ranjang Taehyung.

"Jangan menangis Jim. Kau sudah bukan anak kecil lagi." Ejek sang Ibu yang dibalas cemberut oleh Jimin.

"Apa sudah selesai?" ucap sang ayah tiba-tiba di ambang pintu kamar. Taehyung mengangguk singkat dan melambai pada sang ayah. Ayah pun ikut bergabung. Entah mengapa suasananya begitu hangat dikamar itu. Ibu terus saja melempar ledekan pada Jimin yang tadi menangis seperti anak kecil. Ayah dan Taehyung hanya bisa memperhatikan mereka berdua.

"Apa kau bahagia Tae?" Tanya Jimin tiba-tiba yang membuat kamar tersebut terdiam. Taehyung tersenyum lembut pada anggota keluarganya.

"Dulu aku sangat takut untuk menjadi bahagia. Setiap aku merasa bahagia dan ingin sekali mengungkapkannya, aku berakhir ketakutan. Dulu aku sangat percaya, jika aku bahagia secara berlebihan keburukan akan datang setelahnya. Dan dulu memang terjadi..." Taehyung menjeda sejenak ucapannya.

"Dulu aku selalu berakhir diomeli ibu dan kadang dipukul jika aku melakukan hal sepele yang menurut beliau salah. Hingga aku pada akhirnya selalu menekan rasa bahagiaku dan selalu bingung saat merasakan hal seperti itu." ucapan Taehyung membuat ketiga anggota keluarganya terdiam. Sibuk dengan pikirannya.

Tiba-tiba tangan sang ibu menggenggam erat tangan Taehyung. Taehyung menatap sang ibu sembai mengulum senyum hangatnya.

"Maafkan Ibu, Tae. Tidak seharunya ibu melakukan hal itu padamu di waktu itu. Ibu merasa sangat bersalah." Ucap Ibu dan Taehyung menggeleng pelan.

"Tidak perlu minta maaf bu. Ibu tak salah apapun pada Taehyung. Mungkin karena Taehyung dulu begitu nakal dan ngeyel makanya wajar kalau Ibu memarahi TaeTae." Jelasnya pada Ibu yang membuat Ibu Jimin meneteskan air matanya.

"Jadi apa sekarang kau bahagia Tae?" Tanya Jimin lagi.

"Ya, sekarang aku benar-benar bahagia. Memiliki kalian dihidupku benar-benar meembuatku bahagia. Terimakasih sudah mau menerima Taehyung di keluarga ini. Terimakasih banyak."

.

.


Ending gak nih? Ending gak????


So? (The END)Where stories live. Discover now