25

1.9K 176 6
                                    

Entah kenapa, tapi mendengar tuturan panjang Tae membuatku sakit. Bagaimana bisa dia menyembunyikan hal ini padaku. Aku benar-benar tak habis pikir dengannya.

Kata paman Tae sudah bisa pulang ke rumah dan kakinya sudah membaik. Paman menyarankan untuknya kemo setiap seminggu dua kali. Aku menyanggupinya meskipun Tae sempat menolak.

Seminggu ini Tae hanya duduk dirumah, acara sekolah sudah selesai. Festival nya sukses dan tim basket kami menang. Tentu aku senang tapi mengingat Tae dengan kondisinya aku mencoba bersikap seperti biasanya.

Kakinya masih suka kebas. Terkadang dia tiba-tiba terjatuh saat hendak berjalan. Dan kemarin ketika dia hendak menuruni tangga rumah, dia hampir saja tersandung kakinya sendiri jika aku tidak segera menahannya.

Dia hanya tersenyum lebar saat aku mencoba menasehatinya. Benar-benar keras kepala.

...

"Chim.. Chim... "

" Ada apa Tae? "

Aku keluar dari kamarku, kulihat Tae dengan pakaian tebalnya. Aku mengernyit heran.

" Bisa kau temani aku ke taman belakang? "

" Tapi ini sudah malam Tae, udara sedang dingin"

Dia ingin ke taman? Malam ini? Padahal udara sedang dingin-dinginnya mengingat ini sudah bulan Desember.

" Itulah kenapa aku memakai pakaian ini Chim.. Ayoo..  Bintangnya sedang banyak di sana"

Tae menarik ku paksa, benar-benar keras kepala. Aku pun terpaksa mengiyakan ajakannya dan kembali ke kamar untuk mengambil jaket ku.

...

"Kenapa kau suka sekali memandang bintang Tae? Memang apa bagusnya? " tanya Chim sembari ikut melihat ke atas langit

" Cantik"

"Hanya itu? "

" Kau lihat itu Chim? Itu bintang utara, Big Dipper, aku biasa memanggil nya Beruang besar" tunjuknya ke arah rasi bintang

"Bintang juga ada namanya ya? "

" Tentu Chim. Rasi itu penunjuk arah. Dia itu sangat penting untuk para pelaut. Aku suka melihatnya. Karena terkadang rasi itu suka sekali menghilang, atau mungkin aku saja yang lupa letak nya" jelasnya sembari terkekeh pelan.

"Apa cita-cita mu Chim? " tanya Tae tiba-tiba

" Emm? Cita-cita ku? Menjadi seperti ayah, mungkin"

" Itu hebat sekali Chim, aku juga ingin seperti ayah tapi aku tak pandai soal bisnis..  Hehehe.. "

" Bukannya kau ingin menjadi pemain basket handal"

Tae seketika menggeleng pelan. Air mukanya berubah tenang namun sendu. Dia melihat ke atas langit kembali. Menatap dalam rasi beruang besar itu seolah rasi itu akan segera hilang ditempatnya. Chim masih setia dengan diamnya.

"Tidak lagi, aku terlalu sadar diri dengan keadaanku" ucapnya lirih

"Kita bisa mengusahakannya Tae"

"Tidak Chim... Sungguh rasanya benar-benar menyiksa. Kemo itu benar-benar menyakitkan "

" Kau bisa melakukannya Tae"

"Tidak Chim. Aku tidak bisa melakukannya "

" Tae.. "

" Aku akan menyera-"

"Kim Tae! "

Chim sudah tak tahan dengan pikiran saudaranya itu. Sungguh bagaimana bisa Tae berpikir untuk menyerah semudah itu. Chim akan berjalan bersamanya. Membantunya menopang tubuhnya yang tak lagi bisa diajak kerjasama itu.  Dia akan selalu disampingnya. Tapi kenapa Tae justru memilih menyerah. Chim tak suka itu.

"Kau tak tau rasanya menjadi aku Chim" ucapnya lirih

"Aku tau Tae."

"Kalau begitu, mau kah kau menjadi diriku untuk sehari saja? " tawarnya dengan mata yang teduh itu. Chim terdiam sejenak. Tae terkekeh dengan sikap Chim yang tak menjawab tawaran itu.

" Tidak ya? "

" Tae ak-"

"Tidak perlu Chim. Tak perlu memaksa diri hanya karena ku. Ibu akan marah dengan sikapmu itu. Aku tak ingin kau mengecewakan Ibu. Cukup aku saja yang dibencinya. Aku tak ingin kau ikut di dalamnya" ucapnya panjang lebar.

"Tae.. " Chim mulai geram dengan saudaranya

" Aku memang hanya anak pembawa sial Chim. Benar kata Ibu. Aku seharusnya tak berada dikeluarga ini. Aku hanya akan membebani keluarga ini saja. Seharusnya Ayah tak mengajakku kemari. Seharusnya aku di panti asuh-"

"Hentikan Tae. "

" Apa Chim? Apa aku salah mengatakan ini semua? Aku benar bukan? Aku tak diinginkan disini"

"Aku dan ayah masih ada untukmu"

"Tidak Chim, pada akhirnya yang menjadi fokus mereka hanyalah dirimu Chim. Aku tau itu . Aku sudah bukan anak kecil yang mudah dibohongi Chim"

Chim terdiam dengan semua tuturan Tae. Sungguh dia tak bisa membalas perkataan saudaranya itu.

"Kembalilah ke dalam Chim. Udara mulai dingin. Aku akan disini sebentar " usirnya

Chim menggeleng cepat. Menolak mengusiran halus saudaranya itu.

" Tidak Tae.. Kita yang akan masuk ke dalam"

"Aku akan disini sebentar "

" Kalau begitu aku juga"

Tae mendengus kesal. Saudaranya itu benar-benar keras kepala.

"Ayo kembali Tae, udara sudah benar-benar dingin" ajak Chim lagi. Tae masih setia dengan posisinya. Ditariknya tangan Tae itu untuk segera berdiri. Di sempat menolak tapi Chim memaksa.



Dan...









Bruk...










.

.

.

So? (The END)Where stories live. Discover now