41.

1.6K 163 15
                                    

Chim melajukan mobilnya cepat. Berbahaya memang tapi saudaranya yang terpenting sekarang. Kookie sampai memegang erat sabuk pengamannya, takut-takut terpental dia.

"Kak, pelan-pelan saja. Kak Tae baik-baik saja dirumah, percaya pada Kookie"

Kookie mencoba menangkan Chim yang seperti orang kesetanan itu.

*Cittt...

Suara rem terdengar nyaring ditelinga mereka. Sesampai dirunah Chim berlari menuju kamar Tae, Kookie menyusulnya dibelakang.

"Tae! " panggil nya Chim. Tae menengok siapa yang memanggilnya. Dengan tatapan kosong nya, dia mencoba tersenyum. Chim mendekati Tae, memeluknya pelan menyalurkan kehangatan. Kookie terdiam di ambang pintu tak berniat untuk menganggu.

" Semua akan baik-baik saja. Jangan khawatir, okey? " Tae masih terdiam.

Pelukan itu merenggang. Ditatapnya Tae dengan lekat oleh Chim. Terkejut melihat luka disisi bibir saudaranya. Bagaimana bisa Chim baru menyadarinya.

" Kook, bisa kau ambilkan kotak obat untukku? " pinta Chim dibalas anggukan Kookie.

" Kita obati dulu lukamu ya, setelah ini kita pergi kerumah sakit. Okey? " Tae mengangguk pelan.

" Ini kak, kotak obatnya. Apa yang terjadi? " tanya Kookie yang melihat luka dibibir kakaknya itu.

" Kurasa aku paham situasinya Kook"

Kookie yang mendengar ucapan Chim itu perlahan paham. Namun ia memilih diam tak menanggapi dan fokus memandang kakak Tae nya.

"Nah selesai, apa kau sudah makan? " Tae menggeleng pelan.

" Kalau begitu kita makan dulu, baru ke rumah sakit ya? "

" Tidak Chim. Aku ingin ke rumah sakit sekarang. Aku ingin melihat ayah. Aku ingin tau keada-"

"Baik, baik..  Kita ke rumah sakit sekarang"

"Kak Chim" protes Kookie tak setuju

"Tak apa Kook, setelah itu kita makan ya Tae " bujuknya Chim dibalas anggukan Tae.

...

Sesampai dirumah sakit, mereka bertiga menuju ruang rawat sang ayah.

" Benar kau tak apa Tae? "

Mereka bertiga masih di ambang pintu. Ragu untuk masuk ke dalam, mengingat kejadian beberapa saat yang lalu.

" Tak apa Chim. Aku hanya ingin melihat ayah sebentar" jelasnya.

"Baiklah, hanya sebentar. "

Kookie pun mengetuk pintu rawat itu lalu membuka pelan sebagian. Dilihatnya sang ayah yang terbaring di brankar dengan balutan perban di kepalanya. Sedangkan sedang sibuk menelepon.

" Ibu" panggil Chim memasuki ruang rawat itu. Sang ibu yang merasa terpanggil pun mematikan panggilannya sejenak dan mendekati anaknya. Memeluk sejenak dengan perasaan khawatir.

"Chim..  Ayah.. "

" Tak apa bu, ayah akan baik-baik saja" tenangnya Chim.

"Ibu.. " ucap seseorang diambang pintu.

" Mengapa anak ini disini Chim! " ujar sang ibu yang kembali terbawa emosi.

" Tenang bu,  Tae hanya ingin melihat ayah"

"Pergi kau! Aku tak ingin melihatmu disini! " dorong ibu pada kursi roda Tae. Kookie mencoba mencegah sang bibi melukai kakaknya. Chim pun ikut merengkuh sang ibu.

" Bawa Tae keluar Kook, cepat! " pinta Chim yang tengah berusaha menenangkan sang ibu.

" Pergi kau! Anak pembawa sial!   Ahhhh...  Kau sudah menghancurkan keluargaku..  Pergi!! " berontak sang ibu.

Tae yang masih terdiam ditempatnya sembari memandang jauh sang ayah yang terbaring di ranjangnya pun ditarik pelan oleh Kookie menjauh ke ruang rawat itu.

Chim masih berusaha menenangkan sang ibu. Perlahan sang ibu pun mulai tenang.

"Tenangkan dirimu Bu, ibu harus tenang" sang ibu mengangguk pelan. Didudukkannya sang ibu di sofa dan memberikan segelas air padanya.

"Ibu istirahat sekarang ya? Nanti sore Chim akan menjaga ayah. Tapi untuk saat ini Chim akan keluar menemui Tar dan Kookie" jelasnya

"Aku tak ingin melihatnya ada disini Chim" ucap sang ibu lirih.

"Ibu, Tae hanya ingin melihat kondisi Ayah saj-"

"Aku tak ingin melihatnya! "

.

.

.

.

.

. Karena author sedang dalam mood yang baik. Makanya up semua ceritanya😅😅

So? (The END)Where stories live. Discover now