19

1.9K 189 2
                                    

*Cit.. Cit.. Brakk..

Beberapa orang tengah sibuk latihan basket dilapangan in-door sekolah. Pertandingan hanya tinggal beberapa hari lagi. Mereka harus berlatih keras dan tekun agar dapat memenangkan pertandingan yang begitu berarti bagi mereka.

Tae masih begitu sibuk dengan latihannya. Kookie heran melihatnya, tidak biasanya kakaknya itu begitu serius seperti itu.

*Brak.. Duk!.

"Tae?! " teriak teman setim nya.

Kookie yang hendak keluar untuk membeli minum mengurungkan niatnya dan berlari menuju tempat latihan. Dilihat semua timnya berkumpul di tengah lapangan.

" Ada apa?! Apa yang terjadi?! " dia mulai panik dengan keadaan seseorang.

" Jangan mengerumuni! " teriak Kookie yang cukup membuat rekan-rekannya kaget. Jarang - jarang Kookie seperti itu. Kookie berjalan menghampiri seseorang yang masih dengan setia duduk di lantai lapangan itu.

" Kak Tae?  Kau tak apa? Ada yang sakit? Katakan kak. Jangan diam saja kak! " Dia benar-benar panik. Tae masih setia menundukkan kepala. Dia menghela napas pelan dan tersenyum tipis Kookie dan teman setimnya.

" Ahh..  Kau benar-benar cerewet Kook. Aku hanya tersandung kakiku saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Jadi kalian kembalilah berlatih. Aku akan beristirahat sebentar " ucapnya

Kookie bukan anak kecil yang mudah dibohongi. Dia paham. Setelah anggota tim mereka bubar. Baru dia membantu kakaknya berdiri.

"Kau tak kak? Katakan jika itu tadi sakit" ucap Tae sembari terus memapah Tae ke pinggir lapangan.

"Tak apa Kook, hanya tiba-tiba kakiku mti rasa tadi " lirihnya. Dia mulai cemas, apa secepat itu kaki kakaknya berulah lagi.

" Nanti sore, kita kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaanmu lagi kak" jelasnya. Tae menggeleng pelan, menolak karena merasa tak enak dengan adik kelinci nya itu.

"Aku tak menerima penolakan kak, beristirahat dulu disini. Aku akan membeli air dan beberapa makanan" ucap Kookie sembari melenggang keluar dengan wajah di tekuk.

...

"Jadi bagaimana perkembangannya dok? " tanya Kookie cemas.

" Sebelum membahas ke inti, aku ingin bertanya. Apa setelah kemo seminggu yang lalu kakimu sering merasa kebas Tae? " tanya dokter

Tae mengangguk mengiyakan. Setelah acara kemo seminggu lalu, beberapa kali kakinya merasa aneh tapi dia tak menghiraukannya. Dia pikir mungkin itu hanya efek setelah kemo saja.

Dokter yang mendengar tuturan Tae kembali menghela napas.

" Hah.. Begini Kook, kurasa komplikasi sendi kaki Tae kembali bermasalah. Sudah kubilang untuk beristirahat untuk pemulihan tapi kau justru melakukannya untuk latihan. Kau bisa saja tiba-tiba terjatuh jika kakimu kambuh Tae. Multiple Sclerosis bukanlah yang sepele Tae. Apa kau juga kesulitan untuk tidur setiap malamnya? " tanya dokter yang hanya di jawab anggukan kepala.

" Kusarankan untuk tidak memasukkannya dalam tim utama Kook, itu akan berakibat fatap bagi kakinya " ucap dokter tiba-tiba yang jelas membuat dua orang disana.

" T-tapi dok, aku leader dalam tim ini. Tidak mungkin aku duduk di kursi cadangan " ucap Tae yang masih kaget

" Ini untuk kebaikan mu Tae. Kau akan mendapatkan hal yang lebih buruk lagi jika kau memaksakannya"

Tae menunduk diam. Dia sedikit kesal dengan keputusan dokter yang sekaligus sebagai pamannya itu. Ini impiannya. Tinggal selangkah lagi dia meraih mimpinya tapi mengapa ditahan?. Tae kesal, dia marah. Jika saja dia berhenti berlatih dihari itu. Jika saja dia mendengarkan nasihat sahabatnya itu. Jika saja dia tak keras kepala. Dia mulai menyalahkan diri dan keadaannya.

"Pikirkan saranku baik-baik Tae. Ini demi kebaikan mu juga" ucap dokter yang kemudian pergi meninggalkan dua sahabat itu.

.

.

.

.

.

.

.

So? (The END)Where stories live. Discover now