12

2.2K 206 3
                                    

"Hai, Kak!" seseorang memanggil Tae. Ya, Kookie si kelinci bongsor itu tengah mengobrol dengan teman setim nya sebelum akhirnya berjalan mendekati Tae.

"Kau sudah sarapan, Kak? " tanyanya sembari merangkul pundak Tae. Tae mengangguk iya.

" Apa terjadi sesuatu? ". Skak mat.

Si kelinci bongsor itu terlalu paham dengan lawan bicaranya yang masih tetap diam itu.

" T-tidak, Bukan it.."."Apa soal kak Chim? Katakan saja Kak. Akan kudengarkan" ucapnya menawarkan.

"Emm.. Ibu pulang." ucapnya lirih tapi masih bisa didengar Kookie. Dia mulai paham sekarang. Ibu sahabatnya ini pulang. Itu berarti dia harus siap dengan 'semuanya'.

"Hahh.. Begitu ya. Ya sudah, kita bahas ini nanti. Atau jika kau tak ingin membicarakan nya juga tak apa. Sekarang ayo kita berlatih, setelah ini pelatih akan mentraktir kita ayam karena kemenangan kita" jelasnya panjang lebar.

Tae yang melihat tingkah lucu sahabatnya ini hanya bisa tersenyum. Entah kenapa moodnya yang hancur itu mulai menghilang perlahan.

......

"Bu, apa masih lama? " ucapku mulai jengkel. Bagaimana tidak, aku sudah membawa beberapa kantong penuh isi belanjaan. Tanganku tak kuat lagi. Ini sama saja penyiksaan anak. Chim tak terima ini.

" Sebentar lagi Chim. Kita harus membeli mantel untuk musim dingin besok". Ibuku masih sibuk memilah mantel untukku. Padahal mantel musim dinginku masih ada banyak.

"Kenapa kita harus beli lagi sih, bu? Dirumah masih banyak. Ayo pulang, bu. Tae pasti mencemaskanku" aku mulai jengkel sekarang.

"Sebentar, Chim ".

" Ibu! "

" Apa? "

" Belikan dua untuk, Tae ya? " bujukku pada ibu. Mendengar hal itu, ibu langsung terdiam." Dia sudah punya banyak baju, Chim. Ayahmu baru mengirimkannya bulan lalu untuknya".

"Tapi bu. Pakaian yang dikirimkan ayah bulan lalu itu Chim yang pakai. Katanya kekecilan untuk Tae. Ayo belikan ya bu, ya? " jelaskan sembari bertingkah imut pada ibu.

" Huh.. Baiklah pilihlah sesukamu". "Yey... Terima kasih bu. Aku menyayangi mu". Akhirnya ibu luluh juga. Aku langsung saja memilihkan baju untuk Tae. Kurasa dua mantel, satu syal, tiga sweter, dan dua beanie sudah cukup.

"Ibu, aku memilih ini" kuangkat semua barang yang kupilih tadi. "Chim, kenapa banyak sekali?" ibu terkejut melihat nya.

"Biar adil bu. Karena ibu membelikanku baju lebih banyak dari ini. Jadi paling tidak, aku harus membelikan yang sepadan untu Tae" jelas ku.

"Terserah kau, pergi lah ke kasir dan bayar semua itu" ucap ibu sembari memberiku kartunya. Aku pun tersenyum lebar dan membayar semuanya. Sebenarnya bisa saja aku membeli sendiri dengan uangku. Tapi, aku berencana menggunakan ibu untuk alasan kalau yang membelikan semua ini adalah ibu. Kau jenius, Chim.

"Dengan ini, setidaknya kau tak merasa sedih Tae" gumamku sembari melihat semua pakaian yang kupilih tengah dibungkus rapi oleh pegawai kasir.

.

.

.

.

.

So? (The END)Where stories live. Discover now