40.

1.6K 161 12
                                    

Ayah berhenti sejenak di depan kamar Tae. Menghapus pelan jejak air mata yang sempat keluar meski hanya sedikit itu. Tidak ingin terlarut dalam kesedihannya mengingat sang anak.

Berjalan perlahan menuruni tangga kamar sembari melamun. Dan...

*Brukk..

"A-ayah?.. " panggil Tae dengan pelan setelah mendengar sesuatu yang jatuh dengan keras itu.

Ayah terjatuh tanpa sengaja karena melamun, tersandung kakinya sendiri dan tak sempat untuk berpegang pada pegangan tangga. Terjatuh hingga kebawah mengakibatkan luka yang cukup parah.

"Ayah?  Ada apa? Ayah?!  Apa terjadi sesuatu?! "

Tae berusaha memanggil ayah yang tak menjawab panggilannya. Perasaannya mulai kalut takut terjadi apa-apa. Berusaha keras turun dari ranjang menuju kursi rodanya.

" Ayah?! Ya Tuhan, suamiku! "

Tae terdiam sejenak, mencoba memahami situasi yang entah apa. Mencoba menaiki kursi rodanya dengan susah payah.

Suara sang ibu mulai menjadi kacau di lantai bawah. Tae dengan segera mendorong kursi roda nya keluar kamar. Terkejut melihat pemandangan yang seharusnya tidak ia tonton.

Sang ayah tergeletak tak berdaya dengan penuh darah. Ibu masih mencoba menghubungi ambulan. Dia masih membeku. Mencoba berpikir jernih dan tak mempercayai situasi yang baru saja terjadi dengan sangat cepat itu.

"Ayah! " panggilnya yang dapat didengar Ibu.

Ibu menatap dengan tajam penuh kebencian. Setelah menyimpan ponselnya dia menaiki tangga dengan gegabah menuju Tae.

*Plak

Suara tamparan terdengar keras ditelinga. Sisi bibir Tae berdarah seketika  karena tamparan sang ibu. Masih dengan tatapan bingung nan kosongnya Tae masih tak mengerti mengapa dia mendapat tamparan itu.

"Apa kau belum puas mengambil semuanya hah? Anak pembawa sial!. "

Amarah ibu memuncak dan meninggalkan Tae begitu saja setelah mendengar sirine ambulan terdengar. Tak ada gunanya mengurusi anak yang bahkan tak ia harapkan itu, pikirnya.

Petugas ambulan membawa dengan cepat tubuh ayah diatas tandu. Berjalan cepat menuju mobil dan pergi ke rumah sakit.

Tae masih terdiam dalam posisinya. Tatapannya kosong. Seperti tak ada jiwa didalam tubuhnya.

*tes

Air matanya tanpa permisi keluar pada kedua manik cantiknya. Menangis diam tanpa isakan. Ia begitu takut dengan keadaan sang ayah yang begitu ia sayangi.

Segera dia membalikkan kursi rodanya menuju kamar. Menyambar dengan liar dan memencet nomor dial di ponselnya.

"H-halo... Chim.. C-chim, kau disana?" suara Tae bergetar

'Ada apa Tae? Kenapa suaramu seperti itu? Apa kau terjatuh? ' ucap Chim di balik panggilan itu, sedikit panik mendengar suara sang adik yang tampak kacau itu

"A-ayah Chim.. "

' Kenapa dengan ayah Tae, bicara pelan-pelan. Tenangkan dirimu' Tae menarik nafasnya dalam-dalam

" Ayah terjatuh.....dari tangga, rumah sakit. Ayah dibawa ke rumah sakit sekarang " ucapnya

Chim yang mendengar ucapan Tae mencoba menenangkan diri. Ia tak boleh ikut  panik.

'Tetap tenang Tae. Ayah akan baik-baik saja, aku akan pulang segera bersama Kookie. Tetap di kabarmu sampai aku kembali'

Tae mengangguk paham mendengar tuturan sang kakak.

'Aku segera pulang, tetap di kamar dan jangan kemana-mana okay'

"Iya Chim.. Cepatlah pulang" sambungan itu terputus.

Chim pun menyambar tasnya. Meminta ijin pada saem dan menelepon Kookie untuk ikut pulang bersamanya.

"Keparkiran segera, bawa tasmu sekalian. Ada urusan mendadak. " ucap Chim tanpa tedeng aling-aling.

Memutuskan telfon sepihak dan berlari menuju parkiran.

Dilain tempat, Kookie yang mencoba memahami situasi tersebut pun juga ikut menyambar tasnya dan keluar kelas. Bersyukur kelasnya sedang kosong.

" Dasar Chim bantet.. Main telfon, main mutusin. Untung kau kakakku" gerutunya sembari berlari menuju parkiran.

.

.

.

.

.

Uppp..  Upp..  Uppp....

Selamat Idul Adha bagi yang merayakan...  😊😊😊

So? (The END)Where stories live. Discover now