47

1.3K 156 13
                                    

Author kembali lagi..

.

.

.

.

Rencananya cerita ini akan segera berakhir...  Dan juga bakal ada beberapa editing atas nama-nama mereka.

Makst author biar kalian juga enak bacanya...,

Apa Good reader setuju??.

.

.

.

Langsung saja ya...  

.

.

.

Happy reading....

Seharian ini Taehyung berdiam diri di kamarnya. Setelah bersusah payah menaiki ranjang. Dia terbaring dengan mata yang masih sembab dan terbuka.

Pandangannya menatap jauh entah kemana. Seolah jiwa pergi berkelana dan berniat untuk tak kembali saja.

Tubuh itu masih terdiam. Masih memandang kearah langit-langit kamar.

*Cklek

"Tae "

Suara panggilan yang begitu Taehyung hapal itu memanggilnya. Namun dia memilih diam. Dia lelah.

" Tae..  Kau baik-baik saja? "

Jimin bertanya dengan nada yang kelewat khawatir. Karena melihat kursi roda saudaranya yang terlewat jauh dari letak sang adik berbaring. Ditambah lagi mata sembabnya begitu terlihat kentara.

" Tae... Apa yang baru saja terjadi, hm? Katanya pada Chim"

Jimin mencoba bertanya selembut mungkin. Tapi Tae masih saja terdiam.

Melirik Jimin sejenak kemudian menutup matanya lekat.

"Chim" lirihnya. Jimin mendehem lembut.

"Aku...sakit Chim" Jimin terheran

"Disini sangat sakit... "

Taehyung memegang dada kirinya. Jimin tersadar dan langsung memeluknya.

" Chim...kenapa Ibu seperti itu. Aku sudah menjadi anak yang baik Chim" ucapan Taehyung terdengar mulai ngelantur kemana-mana.

"Chim... Hiks.. Chim.. Hiks.. Ibu... Aku ingin bertemu ayah Chim.. Hiks... Hiks"

Dia mulai meraung dalam tangisnya. Jimin hanya bisa memeluknya erat. Memberikannya sedikit kehangatan untuk sang adik. Meski dia tau itu tak akan benar-benar membantunya.

"Aku ingin melihat ayah Chim..hiks.."

"Tae.. Kim Taehyung .. Dengan aku"  Chim mencoba menenangkannya.

"Hei..  Dengarkan kakakmu ini... Ayah baik-baik saja. Dia juga merindukanmu. Sebentar lagi ayah akan pulang. Bersabar ya. Chim akan membantu Tae untuk bertemu ayah"

Jimin benar-benar pembual yang hebat. Demi menenangkan sang adik dia harus rela berbohong lebih banyak.

"Sekarang kau tenanglah. Ayah sudah membaik. Kau akan segera melihatnya"

Tangisan Taehyung masih terdengar jelas. Masih tersedu dan berniat untuk segera berhenti.

Jimin tanpa hentinya mengusap punggung sang adik dengan pelan. Tangisan itu mulai mereda dan diganti dengkuran kecil dari sang adik.

Jimin tersenyum pelan. Bahkan sedingin dan sebesar apapun Tae, dia tetaplah adik kecilnya yang perlu ia jaga. Perlu ia lindungi.

.

.

.

Di dalam kamar rawat itu, terlihat sepasang paruh baya yang memadu mesra. Mereka ada Ayah dan Ibu Kim.

"Aku bersyukur kau sudah membaik, sayang" ucap Ibu Kim yanh dibalas anggukan kecil dari suaminya.

"Dalam beberapa hari lagi kita bisa segera kembali ke rumah"

"Bagaimana kabar Tae dirumah sayang" air muka Ibu Kim seketika berubah.

"Jangan membahasnya. Karena dia kau jadi seperti ini" ucap Ibu Kim tak suka.

"Sayang, bisa kau dengarkan aku untuk kali ini? " Ayah Kim berucap dengan lembut namun juga serius. Ibu kim terdiam tanda mengiyakan.

"Kau tau? Tae itu anak yang kuat. Dia benar-benar kuat..."  Ayah Kim berhenti sejenak lalu memandang sang istri yang terdiam. Dia tau istri itu tengah mendengarkannya dengan seksama.

"Sejak kecil kita selalu menomor duakan dia. Kita tak benar-benar memberi cinta dan kasih sayang padanya. Tapi lihat dia, dia justru memberikan kita apapun..."

"Memberikan kita gelar sebagai orangtua yang hebat, memberikan kita rasa bangga memilikinya, memberikan kita kasih sayang yang begitu besar hingga kita rasa....  Kita tak cukup pantas untuk mendapatkannya" Ayah Kim kembali terdiam

"Dia anak yang hebat sayang. Bahkan disaat impiannya tak lagi bisa tercapai. Disaat kedua kakinya tak lagi bisa berjalan. Kau lihat apa dia sedikitpun mengeluh pada kita? Dia justru mencoba membuat kita agar tak kerepotan karena keadaannya. Hahaha..  Saat itu pula aku merasa tak cukup baik untuk menjadi ayahnya"

"Kumohon, buka hatimu sedikit untuknya. Aku tau kau sebenarnya juga menyayanginya, sama seperti kau menyayangi Chim. Hanya saja kau tak ingin mengakuinya"

"Apa karena kejadian di masa lalu? Tapi sungguh, itu adalah kesalahanku. Sepenuhnya adalah kesalahanku dan aku benar-benar menyesalinya untuk seumur hidupku..." Ayah Kim berhenti mengambil nafas dalam. Entah mengapa dadanya terasa sesak mengatakan itu semua.

"Kumohon sayangi dia. Hanya kita seorang yang ia punya sekarang ini"

.

.

.

.

.

.

Dipersilahkan untuk berkomen ria.. 

Biar author tau, gimana perasaan good reader selama membaca cerita yang tanpa sadar twrlalu panjang ini. Sampe lupa di stop 🤦🤦

.

.

Sampai bertemu di up yang selanjutnya..

.

.

So? (The END)Where stories live. Discover now