chapter 12

70.4K 2.4K 45
                                    

Baik Nalani maupun Radina tidur di kamar mereka masing-masing. Selain mereka tidak berminat untuk tidur sekamar, ayah Radina juga sudah mewanti-wanti Radina untuk ekstra hati-hati dalam memperlakukan Nalani. Mereka berdua dipantau oleh seisi rumah.

Keesokan harinya setelah menikah, Nalani tidak menemukan kedua orang tuanya. Mereka pergi lagi tanpa pamit pada Nalani.

“Kamu sudah harus ikut suamimu, Nalani,” kata ibu Radina selagi memakaikan stagen pada Nalani saat Nalani selesai mandi setelah menemukan kedua orang tuanya pergi.

“Iya, Bu,” kata Nalani.

“Udah kenceng?” tanya ibu Radina.

“Kenceng sekali, Bu,” jawab Nalani.

“Biar bagus nantinya. Jangan lupa minum jamu,” kata ibu Radina.

Nalani mengangguk. Ia sebenarnya sulit bernapas tapi apalah daya, ia harus mengikuti tradisi perempuan jawa. Kamarnya juga jadi wangi rempah-rempah dan terasa begitu hangat untuk menyiapkan kehadiran anaknya nanti.

*** 

Sudah hampir sebulan si mungil tanpa nama itu mendekam di rumah sakit. Berat badannya belum bertambah hingga ke batas minimal berat bayi di rumah sakit agar bisa dibawa pulang. Nalani hanya bisa bolak-balik ke rumah sakit untuk melihat perkembangan anaknya.

Hari ini Radina sedang libur sehingga bisa mengunjungi anaknya bersama Nalani. Mereka berdua dijelaskan mengenai penyakit anak mereka sehingga anaknya sulit sembuh.

“Harapannya tipis sekali,” kata Dokter Kelly.

“Nggak bisa ditolong sama sekali, Dok?” tanya Radina.

“Kami berusaha sebaik mungkin. Mungkin banyak gangguan yang akan ada di tubuh anak kalian,” kata Dokter Kelly.

Tubuh Nalani melemas begitu mendengar penjelasan Dokter Kelly. Radina berterima kasih pada Dokter Kelly dan menggenggam tangan Nalani saat ke luar dari ruangan dokter.

“Nal, masih ada harapan,” kata Radina.

Nalani tidak bicara. Mereka berdua berjalan menuju ruang bayi dengan perlahan sampai ada seseorang yang menyapa Radina.

“Rad! Cewek baru?” tanya Fadel.

“Eh, Del, iya,” jawab Radina.

Nalani menatap Fadel lalu tersenyum tipis padanya.

“Ngapain lo di sini?” tanya Radina.

“Nengok sodara,” jawab Fadel.

“Ayo,” kata Nalani.

“Del, sorry ya. Ini cewek gue pengen nemuin dede bayi dulu,” kata Radina.

“Oke deh,” kata Fadel.

Radina langsung bernapas lega ketika ia meninggalkan Fadel. Untung saja refleksnya cukup bagus ketika bertemu dengan salah satu temannya. Ayahnya sudah merencanakan semua dan menyatakan kalau bayi Nalani dinyatakan sebagai saudara sepupunya.

“Nal, tanganmu dingin,” kata Radina.

Nalani tidak bilang apa-apa, ia hanya terdiam dan menuju ruang bayi. Begitu seorang suster melihat Nalani, ia segera mengeluarkan si mungil dari inkubator dan mengizinkan Nalani untuk menggendongnya.

Si mungil menggeliat ketika berada di pelukan ibunya. Kulitnya menempel langsung pada kulit Nalani. Radina sendiri hanya melihat dari belakang ketika si mungil sedang berusaha menyusu pada ibunya.

faster than a weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang