chapter 23

57.9K 1.9K 53
                                    

halo semuanya :) terima kasih sudah menyempatkan diri untuk baca Faster Than a Wedding. Author kasih bocoran dikit ya, mungkin cerita ini akan tamat dua chapter lagi, sama seperti A Thousand Origami yang tamat di chapter 25 :) tolong vote sama comment yaaa. makasih semua terutama untuk para followers. cium sayang dari Radina.


***


Hening. Lama.

“Adnan, ayo sini sama Baba,” kata Radina, akhirnya berbicara setelah tercengang cukup lama.

“’A mau!” tolak Adnan.

“Adnan, ayo sini, Bubu lagi sibuk,” kata Radina.

“’A mau, Baba! Bubuuuu,” kata Adnan sambil memeluk ibunya lebih erat.

“Lani, kok lo lama banget sih?! Dicariin tau,” kata Iyan yang menyusul Nalani.

“Radina! Radina! Adnan sudah ketemu?” tanya ayah Radina sambil berlari mendekati Radina.

“Bapak...” Nalani tidak menyangka bahwa ia bertemu dengan ayah Radina.

“Nalani...” ayah Radina terkejut melihat Nalani di hadapannya.

“Sini, Adnan,” kata Radina dan mengambil Adnan dari ibunya.

“Mama pingsan lagi,” kata ayah Radina.

“Ibu?!”

“Mama?!”

Nalani dan Radina berkata secara bersamaan.

“Ayo pergi,” kata ayah Radina.

Radina dan ayahnya segera meninggalkan Nalani.

“Yan, aku...” Nalani langsung terlihat ling-lung.

“Lo pergi aja, nanti gue yang bilang kalau nyokap lo sakit,” kata Iyan.

“Iyan, makasih banget. Nanti aku hubungi lagi ya,” kata Nalani.

“Hati-hati, Lan,” kata Iyan.

Nalani mengangguk lalu mengejar Radina yang sudah pergi terlebih dahulu.

“Bubuuu, Bubuuuu,” panggil Adnan sambil menangis.

“Udah, Adnan, Eyang lagi sakit. Ayo pergi,” kata Radina sambil berlari.

“Mas, tunggu!” seru Nalani.

Radina menghentikan langkahnya. “Nal, kamu gak boleh ikut aku,” katanya tegas.

“Aku mau, Mas...”

“Nggak, Nalani.”

“Iya, Mas. Aku gak mau terjadi apa-apa sama Ibu.”

“Tapi, Nal...”

“Sudah, Radina. Biar Nalani ikut saja,” kata ayah Radina.

Radina tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Ia harus bisa menerima kalau Nalani ikut dengannya dan itu membuatnya sengsara.

Tidak ada yang berbicara ketika di mobil kecuali Adnan yang mengoceh sepanjang perjalanan. Ayah Radina menyetir dengan cepat ke bandara Husein Sastranegara dan berusaha mendapat penerbangan secepatnya menuju Surabaya karena ibu Radina sedang mengajar di kota tersebut. Penerbangan tercepat harus menunggu dua jam lagi karena mereka tertinggal penerbangan barusan.

Ayah Radina melihat Nalani yang terlihat begitu kotor karena baru beraktivitas berat.

“Lani, mandi gih sekalian ganti baju,” suruh ayah Radina.

faster than a weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang