chapter 17

58.6K 1.8K 59
                                    

updatenya gak lama kan? hahaha of course karena harusnya chapter 16 sampai di sini. I feel so sorry to you cause I made a stupid mistake like cutting my own story -____-

tunggu lanjutannya yaaa yang cantik, ganteng ya ya ya si gorgeous. yang sabar ya lanjutannya, I l.o.v.e you so much deh *yang cewek dicium radina yang cowok dicium nalani*

makasih yaa yang nyempetin baca, apalagi ninggalin jejak macam vote, comment sama fanning. *terharu mode on* enjoy ya =)

***

Oke, oke, jadi dia diem aja karena gak ada kabar dari Agung?! How good ya dia gak peduli sama ciuman gue gara-gara seseorang bernama Rayagung itu! Radina mencak-mencak dalam hati lalu mendengus. Selera makannya pun hilang begitu saja.

Selesai makan mereka berdua kembali ke apartemen, Radina menuju beranda untuk merokok sementara Nalani menonton tv setelah mengganti bajunya. Tidak ada yang bicara karena Nalani tidak berinisiatif untuk bicara sementara Radina sedang kesal.

Rayagung goblooook! Radina berseru dalam hati.

Radina segera mematikan rokoknya dan menghampiri Nalani.

“Nal,” panggil Radina.

Nalani menatapnya.

“Agung lagi sibuk, kamu tau kan dia orang penting,” kata Radina.

Nalani mengangguk, sorot sedih matanya terlihat jelas.

“Kamu udah ngehubungin dia?” tanya Radina.

Nalani mengangguk.

“Jangan-jangan dia gak mau ngehubungin kamu lagi,” kata Radina.

Nalani terlihat muram. “Aku juga mikirnya gitu,” katanya dengan begitu sedih.

Nah, yang begini ini yang butuh penghiburan, batin Radina. Radina menarik Nalani ke dalam pelukannya, mengusap punggungnya untuk memberikan kehangatan.

“Bau rokok,” kata Nalani.

BISA GAK SIH LU GAK NGERUSAK SUASANA, NAAAAL?! Radina menjerit dalam hatinya.

Nalani masih diam, pikirannya masih tertuju pada Agung yang tidak ada kabar. Ketika ia masih melamun, ia merasa ada kehangatan di keningnya, bibir Radina.

“Aku mandi dulu terus ganti baju biar gak bau rokok,” kata Radina, meski kesal sekali dengan Nalani yang merusak suasana barusan.

Nalani diam saja, di kepalanya hanya ada Agung. Rasa khawatir memang selalu menghantuinya ketika ia sedang tidak ada kerjaan seperti ini. Ketika pikirannya masih melayang jauh entah ke mana, ponselnya berdering. Muncul nama Agung di layarnya.

“Halo, Agung?!” Nalani langsung bersemangat.

“Mbak, ini saya, Bejo, Mbak inget saya?” tanya orang yang di seberang sana.

“Pak Bejo? Sopirnya Agung?” tanya Nalani.

Injih, Mbak, anu Mas Agungnya di rumah sakit...” jawab Pak Bejo.

“Lha, nang ndi?

Nang Bandung, Mbak...”

Nang rumah sakit mana toh, Pak?”

Pak Bejo memberi tahu di mana rumah sakit tempat Agung dirawat dan Nalani langsung membuka pintu kamar untuk memberi tahu Radina.

“Radina, ayo ke rumah sakit sekarang!” kata Nalani begitu pintu kamar terbuka.

faster than a weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang