chapter 19

57.5K 1.9K 44
                                    

Radina menutup telinganya dengan bantal. Suara tangisan bayi yang memuakkan.

“Sssssttt, Adnan, maunya apa?” tanya Nalani dengan pelan pada anaknya. Ia takut membangunkan Radina. Kalau pun Adnan menangis, jarang sekali tangisannya sekeras ini.

“Naaaaal, Adnan nangis tuh,” keluh Radina di tengah tidurnya yang terganggu.

Tangis Adnan semakin menjadi dan Radina jadi benar-benar terbangun.

“Naaaaal, Adnan maunya apa sih? Kasih susu gih,” kata Radina.

“Nggak mau. Kalau kamu keganggu, pindah aja ke kamar kamu,” kata Nalani.

Radina menggaruk kepalanya lalu meminum air yang ada di atas nakas. Ia menghampiri Nalani yang sedang menggendong Adnan.

“Sini aku aja yang gendong,” kata Radina.

Nalani membiarkan Radina menggendong anaknya dan ternyata sepertinya Adnan sedang ingin digendong ayahnya. Tangisnya mereda begitu Radina mengelusi punggung anaknya itu.

“Dia ingin aku yang gendong, Nal,” kata Radina.

Nalani duduk di sofa dan menatap Radina yang sedang menggendong Adnan. Matanya terasa berat sekali sehingga ia harus mengerjap-ngerjapkan matanya.

“Tidur aja, Nal. Giliran aku yang bangun malem-malem gini setelah gak kamu gak pernah ganti shift malem. Tidurnya di tempat tidur jangan di sofa. Nanti yang ada kamu sakit badan,” kata Radina.

Nalani langsung pindah ke ranjang dan ia pun terlelap begitu saja begitu berbaring.

“Kamu sengaja bangunin Papa ya biar Mama istirahat?” tanya Radina pada anaknya.

Adnan mangap-mangap seperti biasa kalau diajak bicara.

“Anak pinter,” kata Radina.

*****

Satu tahun kemudian...

“Mas, bangun,” panggil Nalani dengan perlahan.

“Mana ciuman selamat paginyaaaa?” Radina mengeluh.

Nalani mengecup bibir Radina dan Radina pun langsung bangun.

“Wah, anak Papa udah bangun ternyata,” kata Radina sambil mencubit pipi anaknya.

Adnan yang sedang bermain dengan mainannya memukul tangan Radina.

“Yeeee yang gak mau diganggu!” kata Radina lalu mengambil handuk yang disodorkan oleh Nalani.

Nalani menggelengkan kepalanya. Ia sudah terbiasa membangunkan Radina yang super manja dan tidak akan bangun sampai Nalani memberikannya ciuman selamat pagi.

“Ayo, Nan, kita ke bawah,” kata Nalani sambil menggendong Adnan.

Adnan mengigiti mainannya ketika digendong Nalani.

“Mbak, sini sama aku aja deh daripada seragamnya kusut,” kata Madina yang seragamnya berupa kaus polo.

“Titip ya,” kata Nalani sambil memberikan Adnan kepada Madina.

Nalani berlari ke kamar karena ia lupa menyiapkan pakaian Radina. Begitu ia membuka pintu kamarnya, Radina sudah berganti pakaian.

“Telat. Aku udah ganti baju dulu,” kata Radina.

“Maaf,” kata Nalani yang merasa bersalah.

“Sini aku cium dulu baru aku maafin,” kata Radina sambil menarik lengan Nalani dan mengecup bibirnya beberapa kali baru melepaskannya.

faster than a weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang