chapter 22

56.2K 1.9K 29
                                    

halo, saya kembali. maaf ya kalau singkat. saya masih belum terbiasa untuk menulis panjang lebar. terima kasih doanya, tangan saya sudah lebih baik ^^. jangan lupa vote dan comment ya, makasih juga udah ngefollow *hug*. saya berusaha untuk tidak update lama-lama, kalau lama mohon maklum ya.

*******

Nalani berbaring lemas di kamarnya. Ia ingin bertemu anaknya, sangat ingin bertemu.

“Nalani,” panggil Agung.

“Ya,” sahut Nalani.

“Aku punya kejutan untuk kamu,” kata Agung.

“Apa?” tanya Nalani.

“SELAMAT ULANG TAHUUUUUN!” seru Agung.

Nalani mengerutkan keningnya. Jadi dia berulang tahun hari ini?!

“Nah, tiup lilinnya!” kata Agung yang membawa kue.

Nalani berdoa di dalam hatinya, semoga ia bisa disatukan kembali dengan Adnan dan Radina. Nalani meniup lilinnya.

“Saatnya aku kasih kado untuk kamu. Tutup mata kamu ya,” kata Agung.

Nalani menuruti perintah Agung dan Agung meninggalkan Nalai di kamarnya. Tidak lama kemudian Nalani mendengar ocehan bayi.

“Sekarang buka mata kamu,” kata Agung.

“Adnan...” Nalani melihat anaknya sedang bermain dengan mainannya.

“Adnan,” Nalani langsung banjir air mata dan memeluk Adnan erat-erat.

“Nan, ini Bubu,” kata Nalani.

“Bubu?” Adnan terlihat bingung.

“Bubu, ini Bubu,” kata Nalani.

“Gyahahaha,” Adnan tertawa.

Nalani rindu anaknya. Rindu sekali.

“Nalani, kata keluarga Radina, lebih baik Adnan tinggal sama kamu,” kata Agung.

“Eh?” Nalani bingung.

“Kehangatan seorang ibu lebih diperlukan, Nalani. Ayah Radina sendiri yang bilang. Karena itu, biar setiap akhir minggu Adnan tinggal di rumah Radina. Tapi kamu gak boleh ketemu mereka, Lan, itu perjanjiannya,” kata Agung.

Nalani masih merasa sedih. Tapi dengan kehadiran Adnan di sisinya, setidaknya sakit di hatinya berkurang.

“Bubuuuuuu,” panggil Adnan sambil menggeliat di pelukan Nalani.

“Iya, Sayang, ini Bubu,” kata Nalani lalu menciumi kening anaknya.

Agung tersenyum ketika melihat wajah Nalani kembali merona. Sudah terlalu lama Nalani tidak tersenyum seperti ini.

“Nah, sekarang makan kuenya,” kata Agung.

Nalani mengangguk dan memakan kue yang Agung suapkan.

“Nah, foto dulu ya. Satu dua ti... ga!” Agung mengambil foto Nalani dan anaknya yang sedang dipangku sedang tersenyum bahagia.

***

Radina melihat foto yang ia terima dari Agung. Nalani terlihat sangat kurus namun tersenyum sumringah ketika memangku anaknya. Radina tidak punya pilihan lain selain mendekatkan Nalani dengan anaknya sendiri. Agung sudah memohon kepadanya beberapa kali agar Adnan bisa tinggal bersama Nalani saja karena Nalani sudah benar-benar seperti mayat hidup. Radina bersedia menyerahkan Adnan kepada Nalani dengan syarat ia juga boleh dipertemukan dengan anaknya.

faster than a weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang