chapter 26

78.7K 2.1K 119
                                    

gak lama kan updatenyaaa? author cuma ngutang epilog yaaaa lalu tamat sudah hehe.

selamat membaca, ada yang ngira ceritanya seperti ini gak yaaaa? hehehe. maaf kalau masih ada yang kurang, author coba untuk menyusupkannya di epilog nanti ^^

***

“Yang lo liat dari luar itu bukan apa yang ada di dalem hati Nalani, Rad...”

Kata-kata Agung itu membuat Radina membayangkan apa yang ada di hati Nalani.

“Mas, mau makan?” tanya Nalani.

Radina melenguh, ia takut kalau Nalani bertanya hal itu pada orang lain. Empat tahun. Empat tahun ia hidup dengan rasa yang tidak tenang. Akankah perasaan Nalani berubah padanya? Akankah Nalani lupa padanya? Perasaan Radina tidak berubah sedikitpun sejak mereka dipaksa berpisah.

Radina hanya mendengar cerita dari Adnan dan Agung tentang Nalani. Betapa sakit hatinya Radina saat Adnan bilang Nalani terlihat bahagia bersama ‘pacarnya’ sementara Agung menyuruhnya untuk percaya bahwa perasaan Nalani tidak pernah berubah sejak ia meninggalkan Radina.

Bukan sekali dua kali Radina menemukan Nalani sedang berkencan dengan Iyan. Ditambah dengan rasa cemburunya yang tinggi, Radina langsung emosi dibuatnya. Hal yang pertama ia lakukan tentu saja mencari pelampiasan dan justru rasa sakit semakin menderanya. Apa saja yang telah Nalani lakukan dengan Iyan? Ia tidak pernah mau berbagi perhatian Nalani apalagi tubuhnya. Ia membayangkan hal-hal yang ia belum lakukan dengan Nalani sementara dengan Iyan sudah. Semakin ia membayangkan hal-hal romantis antara Iyan dan Nalani maka perutnya semakin mual.

“Dia bilang wangi Iyan sama kayak lo,” kata Agung.

Radina mendesah. Kenapa wangi tubuh mereka harus sama?! Terlebih lagi Radina cemburu karena Nalani bercerita sendiri kepada Agung, sementara Nalani bahkan tidak pernah menceritakan hal-hal pribadinya kepada Radina. Hasilnya? Radina semakin cemburu buta.

“Rad, kalo lo emang cinta nih ya, setidaknya lo tau apa aja yang disukain Nalani. Bukan maksud gue artinya gue cinta Nalani atau sebaliknya, hubungan kita gak seperti yang lo bayangin itu. Lo tau gak sih, makin lo cemburu, lo makin keliatan konyol,” begitu kata Agung.

Radina mendengus kesal ketika Agung berkata demikian. Ingatan Radina kembali ke  masa lalu, saat Agung menceritakan bagaimana sakitnya Nalani menahan diri.

“Tapi mungkin itu juga yang bikin Nalani lebih ngehargain lo sebagai suaminya, bapak dari anaknya, orang yang paling disayangi dia selain keluarganya sendiri,” kata Agung.

Radina merenungkan kata-kata Agung tersebut. Kemudian ia sadar apa maksud Agung.

“Lo ngerti, Rad? Bagi Nalani, secinta-cintanya dia sama lo, lo bukan suami sahnya. Lo bukan siapa-siapa selain ayah dari anaknya. Sementara dia? Dia cucu neneknya, cucu kandung, ibu dari orang tuanya. Lo ngerti kenapa Nalani rela ngelepasin lo? Untuk apa Nalani rela nahan sakit hatinya sendiri demi nenek yang baru muncul di depan neneknya setelah sekian lama ilang dari hidupnya?! Karena kasih sayangnya sebagai cucu, Rad. Gak ada alasan lain selain itu,” kata Agung.

Radina kehabisan kata-kata saat mendengar hal tersebut, satu tahun yang lalu.

“Gue pikir Nalani udah lupa sama lo. Dia keliatan baik-baik aja waktu ketemu gue. Gue gak pernah bahas lo sedikitpun di depan dia. Tapi waktu dia di samping Iyan, dia gak sebahagia di samping lo dulu,” jelas Agung sambil bersandar di kursinya.

Radina menunduk, ia kira hanya ia yang menahan sakit selama ini.

“Percaya atau nggak, Nalani terlalu sempurna. Dia rela ngorbanin dirinya demi pengabdian kepada orang tua. Dia gak bisa ngabdi sama lo, lo cuma ‘mantan suami’ dan gak pernah ada kata ‘mantan nenek’ kecuali ‘mantan nenek mertua’. Gue gak tega liat dia sendiri, Rad. Gue gak pernah tega. Dia selalu nahan perasaannya sendiri dan gak pernah nunjukin ke orang lain sampe gue tebak aja pikiran dia dan dia ngaku. Sama kayak dia ke gue, dia nebak dan gue ngeiya-iyain aja. Dan dari sebelum kenal lo kita udah gitu sih,” tambah Agung.

faster than a weddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang