Those Sweet Times Chapter 4 Part 1

393 53 9
                                    

Pagi berikutnya, Lin Chuyan tiba di auditorium. Anggota dewan mahasiswa sedang mempersiapkan acara penyambutan siswa baru malam ini. Saat ini, mereka sedang melakukan gladi resik.

Sang direktur pelaksana program tersenyum dengan puas saat ia melihat Lin Chuyan. "Lin Chuyan, kau cukup tampan malam ini!"

"Terimakasih." Lin Chuyan menunduk untuk menatap pakaiannya sendiri. Ia memakai kemeja putih dengan jas hitam; jas hitam itu agak kebesaran dan celananya agak pendek. Ia berpakaian seperti seorang pegawai magang miskin yang baru saja mendapat pekerjaan di perusahaan asuransi. Pemuda itu sama sekali tidak paham bagaimana pakaian itu bisa membuatnya terlihat tampan.

Ia telah meminjam pakaian itu untuk acara hari ini.

Untungnya, sangat jarang melihat siapapun mengenakan jas di kampus. Mahasiswa biasanya tidak terlalu diharuskan untuk memakai pakaian seformal itu, namun itu lebih seperti kostum bagi mereka....... jadi sang direktur pelaksana program tidak melihat ada yang salah dengan pakaian Lin Chuyan.

Sang direktur pelaksana berkata, "Ada sedikit perubahan acara. Acaramu dijadwalkan paling akhir. Grand Final."

Lin Chuyan terkejut, "Permainan piano solo sebagai grand final?"

"Itu benar. Tolong lebih percaya diri pada dirimu sendiri."

Lin Chuyan tidak terlalu peduli, dia berada di sini benar-benar hanya untuk mendapatkan kredit layanan masyarakatnya.

Karena ia adalah penampilan terakhir yang akan tampil di panggung, pemuda itu meminta sang direktur pelaksana untuk berfoto bersamanya untuk membuang waktu sembari menunggu.

Sang direktur pelaksana tampaknya bisa menjadi seorang fotografer yang hebat. Pria itu mengambil foto dari sudut bawah hingga atas, memperlihatkan kaki Lin Chuyan yang panjang. Meskipun begitu, foto itu membuat celananya yang pendek semakin terlihat jelas di foto keseluruhannya.

Sang direktur pelaksana menggelengkan kepalanya saat memeriksa foto, "Kau tampak seperti pengungsi dengan ekspresi seperti ini. Aku akan mengambil satu foto lagi untukmu."

"Tidak perlu. Ini sudah bagus." Lin Chuyan merasa cukup puas dengan foto itu dan mengirimkannya kepada ibunya.

Ibunya langsung menelepon setelahnya. Suara wanita itu langsung terdengar begitu telepon tersambung, "Ayahmu bertanya apakah kau sudah ditipu dengan modus piramid?"

"Tidak, aku akan tampil malam ini. Apa kalian akan datang dan menyaksikannya?"

Sisi seberang terdiam cukup lama, lalu suara Ny. Lin terdengar penuh nada minta maaf, "Kami....... tidak bisa datang. Hari ini hari ulang tahun pernikahan kami."

Lin Chuyan tentu saja sudah tahu bahwa hari itu adalah hari ulang tahun pernikahan orang tuanya.

Pemuda itu sengaja mendesah dan terdengar seperti sedikit kecewa, "Kalau begitu kudoakan agar kalian mendapatkan hari ulang tahun yang bahagia."

Sisi seberang terdiam lagi. Lin Chuyan menduga bahwa kedua orang tuanya pasti sedang mendiskusikan sesuatu. Sesuai perkiraannya, Ny. Lin bicara lagi setelah hampir satu menit, "Ayahmu bilang dia bisa memberimu amplop merah hari ini."

"En." Lin Chuyan menjawab dan bulu matanya yang tertunduk berjingkrak perlahan.

Ny. Lin merendahkan suaranya, "Aku akan memberitahumu bahwa amplop merah itu hanya akan berisi 1000 paling banyak. Ibu sudah mengusahakan yang terbaik."

"Terima kasih, Bu."

Jika saja Lin Chuyan menawar sedikit lagi, maka ibunya mungkin akan curiga. Tetapi Lin Chuyan bersikap begitu penurut, sehingga ibunya merasa kasihan kepadanya dan bertanya setelah satu keheningan lagi, "Dari mana kau mendapat pakaian itu?"

"Aku meminjamnya dari ketua kelasku."

"Kau akan memakai pakaian ini untuk tampil di atas panggung?"

"Ya."

"Kapan acaranya dimulai?"

"Acaranya akan dimulai jam 7 malam."

"Pakaian itu tidak cocok untukmu. Sebaiknya kau kembalikan saja pada ketua kelas. Aku akan mengirim seseorang untuk membawakan pakaian untukmu."

"Baiklah, Bu. Kalau begitu bisakah kau mencocokkan semuanya untukku, bersama aksesorisnya juga?"

"Uhm?" Ny. Lin menjawab dengan nada kecurigaan yang tersirat di balik suaranya.

Lin Chuyan berhenti sebentar seolah-olah ada sesuatu yang agak sulit dikatakannya kepada ibunya. Lalu pemuda itu merendahkan suaranya, "Nanti akan ada gadis-gadis yang menonton di antara penonton."

"Ha!" Ny. Lin terkejut, "Apa kau punya pacar?"

"Tidak." Meskipun ia menyangkalnya, pemuda itu berbicara sangat pelan seakan ia tidak benar-benar mengatakan yang sebenarnya.

"Ok. Aku mengerti. Jangan khawatir, putraku sangatlah tampan sehingga gadis-gadis akan menundukkan kepala mereka untukmu bahkan jika kau berpakaian biasa sekalipun."

"Aku tidak mau berpakaian biasa saja. Aku ingin semuanya bagus, jasnya, jamnya, semuanya."

"Baiklah, baiklah, aku tahu. Aku akan mengurus semuanya untukmu." Ny. Lin terdengar begitu bahagia. "Kirimkan foto gadis itu padaku kalau kau punya waktu."

Lin Chuyan tidak memberi ibunya jawaban pasti.

Ny. Lin memang bisa diandalkan. Sore itu, Lin Chuyan menerima sebuah tuksedo buatan khusus yang pernah dipakainya sebelumnya dan sebuah jam tangan Bvlgari.

Lin Chuyan meletakkan jam tangan itu di telapak tangannya dan menatapnya. Kemudian, pemuda itu mulai tersenyum.

Pemuda itu duduk di sudut dan tampak seperti sebuah lukisan dengan senyuman itu. Sang direktur pelaksana merasa bahwa ia tak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan betapa indahnya lukisan itu terlihat. Pria itu berjalan mendekat dan bertanya, "Lin Chuyan, apa kau seorang gay?"

"Pergi sana......"

........


To be continued


Bahasa Inggris diterjemahkan oleh Tim DHH di http://dhh-workshop.blogspot.com

Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Ryururiver

Those Sweet Times by Jiu Xiao Qi [时光微微甜(Shi Guang Weiwei Tian)]Where stories live. Discover now