˚。⋆34. our past⋆。

25 5 15
                                    


sippp 3 part beneran😻
happy reading💘

"Alur lo bisa kenal akrab sama Dika gimana, sih? Padahal Om Rizal itu sahabatannya sama Papa gue. Tapi kenapa gue malah nggak pernah kenal Dika sama sekali? Baru ketemu sebulan lalu tuh," tanya Rafael.

"Soalnya dulu kan katanya Papanya Dika dinas pindah-pindah, ya?"

Rafael mengangguk. "Terus?"

"Nah, waktu itu gue baru dateng dari Korea dan tinggal di komplek perumahan dan rumah gue sebelahan sama Dika. Dari kecil tuh gue udah hobi melukis, karena gue belum punya temen, gue ngelukis sendirian di halaman sambil liatin kelinci gue main. Eh ada anak asing yang nyamperin ngajak kenalan."

"Tunggu, kenalannya pakai bahasa apa?"

"Indonesia."

"Lo udah ngerti?"

"Nenek gue asli Indo kalo lo lupa, Kakek asli Korea, dan di Korea dulu, Bunda juga ngajarin gue bahasa Indonesia dikit-dikit biar bisa komunikasi di keluarga Nenek atau pun Kakek. Jadi gue ngerti dikit-dikit yang sering dipakai sehari-hari aja."

Rafael mengangguk. "Oke, lanjut."

Flashback on

Lunna masih fokus melukis sambil memangku kelincinya.
Tak jauh dari sana, seorang anak laki-laki keluar dari rumahnya membawa sepeda kecil. Awalnya ia ingin bersepeda keliling komplek. Tapi niat itu ia urungkan ketika melihat seorang tetangga baru seusianya.

Akhirnya, ia menghampiri Lunna.

"Hai," sapanya.

Lunna menoleh. "Annyeong."

"Loh, bahasa Korea?"

"Ne."

Anak itu mengulurkan tangannya. "Aku Dika. Nama kamu siapa?"

"Eum, Lunna."

"Salam kenal, Lunna."

Lunna hanya membalas dengan senyuman. Karena ia tak tau apa yang harus ia katakan. Di saat bersamaan, Laras keluar dari rumahnya menghampiri Lunna dan meminta anak itu untuk sarapan.

Dika sudah diajari attitude yang baik oleh orang tuanya. Jadi, ia langsung menyalami Laras.
"Pagi, Tante. Aku Dika."

"Pagi, aduh Dika lucu banget."

"Makasih, Tante. Oh iya, Tante pindahan dari mana?"

"Dari Korea."

"Oh, pantesan tadi Lunna ngomongnya pakai bahasa Korea, dan agak terbata-bata sama bahasa Indonesia."

Laras terkekeh ringan. "Iya, dia masih belajar bahasa Indonesia dikit-dikit."

"Dika boleh temenan sama Lunna, kan, Tante? Nanti Dika ajarin Lunna ngomong bahasa Indonesia sampai lancar."

"Dika bisa bahasa Korea?"

Dika mengangguk. "Mama sama Papa dulu kuliah di Korea, ketemu di sana sampai menikah dan Dika lahir. Jadinya dari kecil kami ngomong campuran. Dika bisa deh bahasa Korea."

"Wah, keren. Kalau Tante asli Korea dan kuliah di Indonesia karena Ibu Tante asli Indonesia."

"Kebalikan, ya, Tan."

"Iya, nanti kalau ngomong sama Lunna, kasih bahasa campuran dulu aja."

"Siap, Tante."

Rafaelluna's Diary (silent love) Where stories live. Discover now