˚。⋆12. where's my bf? ⋆。

40 20 6
                                    

annyeonghaseyo
gimana hari selasanya?
gimana nisfu sya'bannya?
semoga semua baik-baik aja yaa

Happy Reading 💞

Lunna melangkah pelan mendekati mereka. "Ayah," panggilnya dengan cukup keras.

Seketika mereka menghentikan adu mulut yang tadi sangat sengit. Kedua orang dewasa itu kompak menoleh ke arah Lunna yang berdiri dengan tatapan kosong di belakang mereka.

"Lunna? Ngapain kamu di sini?"

"Ayah juga ngapain di sini?"

Wanita dewasa itu tersenyum smirk. "Oh, jadi ini, anak yang lahir dari rahim wanita malam itu?" Ia memandang Lunna lekat dari bawah hingga ke atas.

"Jaga mulutmu!" Baskara membentak si wanita.

"Kenapa? Memang benar, kan? Wanita malam yang hampir merebut suami orang? Yang hampir menghancurkan rumah tangga harmonis orang lain? Dan kau, juga laki-laki bajingan."

Rasanya, Baskara ingin sekali menampar wanita itu sekeras mungkin. Tapi, tidak mungkin ia melakukan itu di depan Lunna yang masih belum tau apa-apa soal masalah ini. Lagipula, sekarang mereka juga di tempat umum.

Karena Baskara tidak menjawab apa-apa, si wanita memutuskan untuk pergi dari tempat itu.

Sebelum pergi, ia membelai rambut dan pipi Lunna.
"Cantik," pujinya.

"Jangan sentuh putriku dengan tangan kotormu itu!"

"Ternyata kau masih peduli juga dengan putrimu, ya, Baskara?" Wanita itu kembali tersenyum licik, lalu melenggang pergi dari sana.

Dengan cepat, Baskara menarik tangan Lunna untuk masuk ke dalam mobil. "Ayo pulang."

Lunna menurut. Ia tak berani membantah apa-apa, karena ia tau bahwa suasana hati Baskara saat ini sedang panas.

Sepanjang perjalanan, mereka samasama diam. Tidak ada yang berniat membuka pembicaraan.

Beribu-ribu pertanyaan berputar-putar di kepala Lunna saat ini. Siapa wanita itu? Apa maksud ucapannya?

Ia memalingkan wajahnya dari Baskara. Entah kenapa jika melihat wajah laki-laki itu, rasa ingin bertanya selalu muncul. Ia tak mau menanyakan itu untuk saat ini.

Hanya butuh waktu 10 menit untuk mereka sampai di rumah. Baskara turun terlebih dahulu meninggalkan Lunna yang masih melamun di dalam mobil.

Gadis itu memandangi punggung Ayahnya yang semakin menjauh memasuki rumah. Ia memikirkan cara dan kapan waktu yang tepat untuk bertanya.

Kepalanya benar-benar ingin meledak memikirkannya. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Lunna meneguk air mineral yang ada di dalam tasnya. Lalu keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah.

Gadis itu membersihkan diri dan mengganti bajunya. Lalu membuat secangkir kopi dan membawa kopi tersebut ke ruang kerja Baskara. "Ayah."

"Hm." Baskara menjawab tanpa menoleh.

Lunna melangkah pelan mendekat. Ia meletakkan kopi tersebut di meja kerja Baskara, lalu duduk di samping Ayahnya yang sedang membaca koran.

Baskara melihat Lunna membawakan kopi untuknya. "Makasih."

Lunna mengangguk. "Hm, Ayah."

"Kenapa lagi?"

"Lunna boleh tanya sesuatu?"

Rafaelluna's Diary (silent love) Where stories live. Discover now