54 || Cicak

17.7K 2K 1.4K
                                    

Assalamualaikum apa kabar kalian semuaaa?

Alhamdulillah ya hari ini bisa update😭

Mau cerita sebelum buat cerita, tadi pagi aku habis jatuh dari motor😭 gak sakittt, tapi malunya luar binasa😭
Ke comberan gitu ya Allah, malu bangetttt😣 berharap dikirimkan seorang seperti Zayden untuk jadi pahlawan kepagian😂

skipp, kita lanjut mengarungi kisah Zayden dan Zaina.

Happy Reading

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Kamu kenapa nangis?" tanya Zaina.

"Aku nggak pantas jadi suami, kan, Ay?"

Deg

"A-apa maksud kamu, Kak?"

"Aku nggak pantas jadi suami kamu, Zaina Alayya," jawab Zayden.

Zaina yang sekarang memang mudah negatif thinking langsung takut.

"Aku terlalu buruk, ya, Kak—"

"Bukan kamu, tapi aku ...."

"Aku terlalu buruk untuk kamu," lanjut Zayden.

Dengan mudah mata Zaina kembali berkaca-kaca. Didekapnya Zayden dengan erat, kemudian ia menggeleng di dada laki-laki itu untuk meredam tangisnya.

"Kamu sempurna untuk aku," lirih Zaina.

"Sempurna apa, Zaina?"

"Jangan panggil aku Zaina, kamu kayak lagi marahin aku kalo manggil Zaina, Kak,"  protes Zaina.

"Maaf, Ay .... Sempurna apa yang kamu maksud? Bahkan aku udah buat kamu nangis. Nggak cuma nangis, tapi kamu sampai sakit," jelas Zayden.

Zaina mendongak. "Siapa yang sakit? Aku nggak sakit, cuma luka dikit... di hati."

Sebelum Zayden menjawab, Zaina kembali menyela, "Tapi itu wajar. Nggak mungkin suatu rumah tangga manis terus, kan? Pasti ada pahitnya, dan kemarin itu kita baru melewati satu hal yang pahit. Aku nggak yakin itu yang terakhir ...." Zaina menjeda ucapannya untuk menarik napas.

"Kamu sendiri yang bilang, kita hadapi badainya sama-sama," lanjut Zaina.

Zayden mengangguk.

"Maaf, Ay."

"Maaf karena berpikiran yang buruk-buruk."

"Berani lawan badainya sama-sama?" tantang Zaina.

Zayden tersenyum, kemudian mengangguk.

"Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah," ucap Zayden. Ia menyesal karena sempat terlintas di pikirannya tadi ingin melepas Zaina. Laki-laki macam apa dia? Diberi ujian ringan saja hampir menyerah, bagaimana dengan ujian yang lebih berat?

Zayden terus beristighfar dan berdoa untuk tidak mengulanginya lagi walau hanya memikirkannya.

Ia terlalu takut Zaina mengalami hal buruk karena dirinya, untuk itu otaknya sampai berpikir yang tidak-tidak.

"Tadi kamu mengigau ... takut banget sama Eki?"

Zaina menunduk dan tidak mau menjawab.

Punggung tangan Zayden hinggap di kening Zaina. "Alhamdulillah panasnya udah menurun," ucapnya. Ia tidak akan membahas tentang Eki lagi.

"Memangnya tadi panas?" tanya Zaina.

"Hm, kamu tadi sempat demam. Kamu demam karena terlalu berat berpikir, Ay ... aku mohon sekarang untuk jangan terlalu banyak berpikir. Aku takut kamu lebih sakit," jawab Zayden.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang