21 || Kepikiran

40.2K 5.3K 2.3K
                                    

Assalamualaikum....

Selamat malam. Semoga masih ada yang baca

Sebelum baca aku mau ngucapin terimakasih, entah untuk apa pokonya terimakasih🙃

Jangan lupa vote komen
.
.
.

"Soal apa? Pekerjaan?"

"Tentang Zainab."

"El!" geram Zayden.

"Kenapa?" heran Elvano. Alara hanya geleng-geleng kepala.

"Istri gue namanya Zaina, bukan Zainab. Nama bagus-bagus jangan lo ubah-ubah, Elvano," balas Zayden.

"Heh, Zainab itu juga nama bagus. Menurut lo nama Zainab itu jelek? Istri Rasulullah namanya Zainab kalo lo lupa," sewot Elvano.

"Anaknya," koreksi Alara.

"Iya, maksudnya anaknya. Mulut aku typo, Sayang," balas Elvano merangkul pundak Alara.

Zayden memutar bola matanya melihat itu.

"Kenapa? Iri? Mau sayang-sayangan juga? Makanya cepat bangun rumah," ejek Elvano.

"Minggu depan, liat aja," balas Zayden.

Elvano dan Alara saling tatap.

"Maksud lo ... lo udah berhasil ngumpulin uangnya?"

"Belum semua, tapi ada jalan keluarnya setelah dirundingkan," jawab Zayden.

"Alhamdulillah kalo gitu. Gue ikut senang," jawab Elvano.

"Ayah, senang apa?" tanya Kia yang sudah duduk di pangkuannya Zayden.

"Senang kalo liat Kia tersenyum," jawab Elvano kemudian tersenyum.

"Ayah, boong, kan?"

"Boong itu dosa, Sayang," jawab Elvano.

"Okiiiii, Kia senyum, nih, hiiiiiiii," ucap Kia tersenyum lebar, lebih tepatnya menyengir lucu.

Elvano dan Alara terkekeh, sedangkan Zayden langsung menguyel-uyel pipi gembul Kia.

"Gemes banget kamu, Nak," ujar Zayden gereget.

"Anak gue," sahut Elvano cepat.

"Iya, lo bapaknya. Dia ponakan gue yang berarti anak gue juga," balas Zayden.

"Buat sendiri makanya," cibir Elvano.

"Tunggu aja," balas Zayden dengan santai.

"Ide bagus, nanti kalo cewek jodohin sama Zafi. Lumayan, Zay, gen lo, kan, pinter," ujar Elvano.

"Kak," peringat Alara.

"Bercanda," ralat Elvano cepat dan menyengir ke arah istrinya itu.

"Jadi kalian mau ngomong apa tentang Zaina?" tanya Zayden.

"Ke taman samping aja, di sini berisik," kata Elvano menunjuk tiga orang yang masih berdebat.

"Okay," jawab Zayden. "Kia, tunggu sama om-om itu atau sama Tante Nila aja, ya. Om mau ngomong sama Bunay, ya," Zayden memberi pengertian kepada Kia.

Kia mengangguk, lalu turun dari pangkuan Zayden. "Ante Nila," panggil Kia sambil berjalan ke arah Nila.

Melihat itu Nila langsung antusias.

"Hallo, sayangnya ante. Sini-sini," jawab Nila.

"Sama om aja, Kia," tawar Eki.

"Ndak mauuuu, nanti pipi Kia abis kalo sama, Om Eko," balas Kia cemberut. Mendengar itu Eki ikut cemberut.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang