40 || Zaya?

31.4K 4.2K 3.2K
                                    

Assalamualaikum hai haiiiiiiii

Gak kerasa udah part 40 ZINNIA😊
Ayo tumpengan di rumah Zayden wkwk

Apa kabar kalian? Semoga selalu sehat.

Typo tandain
.
.
.

"Bukain, Batu!" suruh Sabil pada Rayyan.

Cowok itu pun dengan malas membuka gerbang rumah Zayden yang menjulang.

Saat gerbang terbuka, mereka bertiga dibuat melongo karena pemandangan yang menyambut kedatangan mereka.

Dengan spontan Rayyan dan Sabila menutupi mata Zaya.

"Kalian!"

Suara Sabila yang cukup melengking membuat Zayden menjauhkan jaraknya dengan Zaina.

"Ih, lepas!" Zaya menyentak tangan Rayyan dan Sabila dari matanya. "Telat tau nggak! Zaya juga udah liat," lanjut remaja itu memberengut sebal.

Zayden salah tingkah, sedangkan Zaina diam membeku.

"Aaaaaaa so sweet! Ray, gue mau kayak gitu! Ayo nikah!" pekik Sabil.

Rayyan berdecak.

"Dia ngajak nikah kayak ngajak beli gorengan," desis Rayyan.

Tidak sekali dua kali Sabila mengajaknya menikah, tapi setiap kali gadis itu melihat orang yang bermesraan di depan matanya. Sabila selalu saja mengajaknya menikah.

"Kalo mau mesra-mesraan cari tempat yang sepi," tegur Rayyan untuk Zayden dan Zaina.

"Apa salahnya? Ini rumah kami, Ray," jawab Zayden berusaha untuk terlihat biasa saja. "Lagian ini tertutup, kalo kalian nggak masuk nggak akan ada yang liat juga," lanjut Zayden mengelak.

"Sama aja kalian," cibir Rayyan.

"Kalian? Siapa yang lo maksud?" tanya Zayden.

"Bang Elvano sama istrinya, lah," ketus Rayyan.

Zayden menoleh ke arah istrinya. Pipi istrinya itu masih merona.

"Ay," panggil Zayden.

"I-iya?'

"Enggak usah malu," ucap Zayden.

🌼🌼🌼

"Zaya lagi nyari si Zona, jangan nangis, Ay," ujar Zayden dengan lembut.

"Aku nggak mau nangis, tapi air matanya keluar sendiri," jawab Zaina mencebik.

Zayden langsung terkekeh.

"Mau peluk?" tawar laki-laki itu. Zaina langsung menggeleng.

"Sini ...." Zayden merentangkan kedua tangannya.

"Kan jawabannya nggak, Kak," cicit Zaina.

"Kalo ini perintah seorang suami apa kamu mau menolaknya, hm?"

Zaina langsung terbungkam.

"Sini," ulang Zayden.

Dengan ragu Zaina melingkarkan tangannya di pinggang Zayden. Wajahnya bersembunyi di depan dada laki-laki itu.

"Anak pinter," puji Zayden mengusap puncak kepala Zaina.

"Istri pintar, Kak Zayden, aku bukan anak kamu," koreksi Zaina di sela pelukan mereka.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Where stories live. Discover now