55 || Pemintaan Maaf

19.4K 2.2K 2.1K
                                    

Assalamualaikum semuanyaaaa💗
alhamdulilah aku bisa update lagi, dan udah jauh lebih baikan. Terima kasih doanya.

Doa dan semangat dari kalian yg bikin aku  buru-buru mau sembuh dan nulis lagi.

Selamat membaca, tandain typo-nya ya.

.
.
.

Sekarang ini Zaina sudah berada di depan pintu rumah sederhana, tapi teramat nyaman milik keluarga Elvano. Jika diukur mana yang lebih besar dengan rumah Zayden dan Zaina, maka rumah Zayden Zaina lah yang lebih besar.

Rumah Zayden Zaina berlantai dua, sedangkan rumah keluarga Elvano hanya berlantai satu yang hanya mempunyai dua kamar tidur, dan beberapa ruangan, tapi luas.

Lupakan tentang hal itu.

Di belakang Zaina ada Zayden yang tengah berdiri.

"Mau aku yang ketuk?" tawar Zayden.

Zaina menggeleng, "biar aku aja," jawabnya. Zayden pun mengangguk.

Bertepatan dengan Zaina yang hendak mengetuk, pintu rumah itu justru terbuka dengan sendiri.

Tidak, bukan terbuka sendiri, melainkan ada Alif—adiknya Alara yang membukanya.

"Ning Zaina?" Alif terkejut dengan keberadaan anak dari almarhum Kyai di pondoknya.

Zaina menoleh ke Zayden yang sudah berdiri di sampingnya. Wanita itu terlihat bertanya pada suaminya.

Zayden langsung paham maksud tatapan Zaina.

"Ini Alif, adeknya Alara. Dia santri di pondok kamu tau, Ay," jelas Zayden.

"Alif?" Zaina kembali melihat ke arah remaja yang berdiri di depan pintu.

Zaina terlihat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Alif adeknya Kak Alara, yang dulu masih TK nangis mau tinggal di pondok, ya?"

Alif menunduk dan terkekeh.

Zaina semakin takjub. Anak laki-laki itu sudah remaja sekarang. Pantas saja dia tidak tau. Dia memang tidak tau menahu perihal siapa saja santri abahnya, bahkan ke asrama putra saja Zaina tidak berani.

"Iya, ini Alif, Ning. Alhamdulillah biidznillah sekarang udah jadi santri di sana."

"Masyaallah tabarakallah, Alif."

"Ayo masuk dulu, Ning, Bang," ucap Alif mempersilahkan tamu masuk.

Setelah mereka duduk di sofa, Alif melihat ke arah Zayden seperti menuntut penjelasan.

"Apa, Lif?" tanya Zayden kemudian terkekeh.

"Hm, kalian kenapa bisa berdua ke sini?" tanya Alif dengan hati-hati karena takut menyinggung Ning-nya. Kalo Zayden tidak masalah, pikirnya.

"Emang kalo suami istri nggak bisa datang berdua?" jawab Zayden dan balik bertanya.

"Suami istri? Jadi Abang?" tanya Alif sungguh terkejut.

"Biasa aja reaksinya, Alif, memangnya kenapa kalo abang suaminya?" jawab Zayden.

"Nggak kenapa-kenapa. Alif cuma dengar kabar burung dari teman-teman, kalo putri bungsu Kyai Fathar sudah menikah."

"Kabar burung?" celetuk Zaina tidak paham.

"Kabar yang belum jelas kebenarannya, Ay." Zayden menjelaskan.

"Oo, itu aku tau, tadi belum ngeh," balas Zaina terkekeh.

"Kak Alara sama suaminya di mana, Lif?" sambung Zaina bertanya.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang