09 || Harapan Yang Kandas

49.3K 5.8K 1.1K
                                    

.

.
"Rahmat (kasih sayang-Ku) meliputi segala hal." (QS. Al-A'raf:156)
.
.
≪•◦ ❈ ◦•≫


Sepasang kaki beralaskan flatshoes sedang melangkah dengan anggun. Berjalan dengan semestinya tanpa dilebih-lebihkan alias berlenggak-lenggok mencari perhatian.

Abaya hitam dengan sedikit motif di bagian pinggang kiri terlihat sangat pas dengan tubuh idealnya.

Setelah hampir 20 menit berkeliling, ia pun duduk di salah satu kursi yang terdapat di taman kampus. Ini adalah hari pertamanya.

"Setelah sekian lama," gumamnya. Segaris senyuman indah terpatri pada bibirnya.

"ALARA!"

Perempuan yang baru saja duduk itu langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia terkejut melihat dua orang itu. Ia masih mengenali dua orang itu.

"Nami? Kavin?" beonya.

Gadis yang diketahui bernama Namira itu langsung berlari menghampirinya, lalu memeluk Alara dengan erat.

"Gue kangen banget!" serunya, lalu melepaskan kembali pelukan mereka.

"Aku juga kangen," jawab Alara.

Namira dan Kavin adalah teman Alara semasa ia masih kuliah dulu.

"Demi apa? Gue nggak nyangka banget lo ngampus lagi! Gue kira setelah lo hamil waktu itu berhenti dan milih jadi ibu rumah tangga," heboh Namira.

"Iya, betul! Kavin juga kira gitu," imbuh cowok sedikit gempal di samping mereka.

"Niat awal memang gitu, tapi suami aku bilang aku harus lanjut pendidikan aku yang sempat tertunda," jawab Alara menjelaskan.

Memang benar, Elvano yang paling keukeuh menginginkan Alara untuk lanjut kuliah. Laki-laki itu tidak mau istrinya menyesal. Ia tau Alara memimpikan itu, ia tau istrinya itu haus akan ilmu. Itu sebabnya Elvano menginginkan hal itu. Untuk si kembar, dengan berat Alara titipkan kepada mertuanya. Dengan sangat senang hati Tari--Mamanya Elvano menjaganya.

"Berarti lo ngulang lagi, dong?"

"Iya," jawab Alara tersenyum tipis.

"Kamu nggak apa-apa ngilang jauh banget, Ra?" tanya Namira lagi.

"Nggak masalah sama sekali. Menuntut ilmu gak pandang umur," jawabnya tersenyum.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Alara duduk sendiri di pojok kantin. Sayang sekali ia belum menemukan teman. Dan yang membuatnya sedikit cemberut adalah ia sangat merindukan kedua kesayangannya. Siapa lagi kalau bukan Kia dan Zafian, anak-anaknya yang lucu.

Fyi Alara ngambil kuliah non-reguler. Dulu ia masuk jurusan kedokteran, tapi sekarang ia justru masuk ke pendidikan. Itu keinginan hatinya. Dulu ia ambil fakultas kedokteran ingin melanjutkan mimpi Elvano yang bercita-cita menjadi dokter. Tentu saja Elvano yang memaksanya untuk mengikuti kehendak hati, bukan kehendak suami.

"Assalamualaikum ...." Suara lembut itu membuyarkan lamunan Alara. Ia mendongak lalu tersenyum.

"Waalaikumsalam," jawab Alara.

"Boleh aku duduk?" tanya gadis yang memakai Abaya coklat tua dengan khimar senada.

"Boleh, silahkan," jawab Alara mempersilakan.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang