02 || Status

67.9K 6.6K 559
                                    

Assalamualaikum.....
Jangan bosan untuk vote dan komen, ya.
Untuk yang masih bingung sama alur, ikuti aja. Nanti bakal paham sendiri kok.

≪•≪•◦ ❈ ◦•≫•≫


"Istri?" gumam Zayden. Ia menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke atas kasur.

Satu fakta yang sulit dipercaya dan selalu menghantuinya setiap hari, jam, menit bahkan detik. Fakta bahwa ia telah memiliki istri. Istri yang tidak pernah ia temui lagi setelah hari pernikahan.

Mungkin sampai sekarang gadis yang ia nikahi waktu itu belum mengetahui statusnya yang sudah menjadi seorang istri. Bagaimana bisa?

Seluruh keluarga akan merahasiakan hal itu sampai saat Zayden berhasil membangun sebuah rumah tanpa bantuan orang tua.

Mungkin orang berpikir, bisa saja Zayden membeli rumah sekarang dengan hasil tabungannya selama ini, tapi laki-laki itu tidak bisa.

Zayden punya janji. Lelaki sejati tidak akan mengingkari janji. Itu prinsipnya.

"Gue cuma hafal namanya, tapi enggak dengan wajahnya," gumam Zayden lagi.

"Walau waktu itu cuma sebagian wajahnya yang bisa gue liat, tapi kenapa gue bisa serindu ini sama dia," lanjutnya lagi menggeram frustasi.

"Rindu? Benarkah?" gumamnya.

"Zayden ...."

Suara Zena mengagetkan Zayden. Laki-laki itu langsung duduk.

"Kenapa, Ma?"

"Ada kabar baik," jawabnya tersenyum.

"Kabar apa?"

"Dia udah sadar. Mantu mama udah sadar setelah hampir enam bulan matanya tertutup," jawab Zena dengan binar mata yang sangat bahagia.

Zayden sangat terkejut.

"Kalau gitu mama mau ke rumah sakit," ucap Zena.

"Aku boleh ikut?"

"Enggak bisa. Dia baru sadar dan jangan membuatnya berpikir dengan kehadiran kamu. Mama mengenal gadis itu, dia nggak akan berhenti bertanya sebelum rasa penasarannya terjawab."

Zayden pasrah. "Oke," jawabnya singkat.

Zena pergi meninggalkan Zayden yang kembali termenung. Namun, beberapa saat kemudian bibirnya melengkung ke atas membentuk senyuman manis.

"Syukurlah. Setelah enam bulan, akhirnya matanya kembali terbuka. Walau gue belum pernah liat iris matanya itu," gumam Zayden.

"Zaina Alayya," ucap Zayden. Ia terkekeh sendiri entah karena hal apa.

"Memang takdir mungkin. Zayden Zaina, Abdijaya Alayya, jadinya ...."

"ZAZA." Laki-laki itu mengusap kasar wajahnya sendiri.

"Arrgghh! Sial!" umpatnya. "Gue ini kenapa?"

"Gue harus bisa dapatin uang itu dalam minggu ini. Apapun bakal gue lakuin."

Setelah itu ia langsung mengambil jaketnya, lalu meraih kunci mobil yang berada di atas nakas.

Zayden akan meminta bantuan kepada sahabatnya. Ia tidak bisa melakukanya sendiri.

Laki-laki itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

Sekarang ia sudah berada di halaman rumah sahabatnya. Suasana rumah itu sangatlah nyaman, dan rumah seperti itu yang Zayden idam-idamkan. Tidak perlu besar, tapi mampu membuatnya nyaman.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang