56-(ekstra part)

9.9K 400 88
                                    

Flashback

Sebenarnya Gus Zafi sudah merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya, terlebih Gus Zafi sering kali batuk berdarah secara diam-diam. Merasa batuk itu sangat menggangu aktivitas nya. Gus Zafi memutuskan untuk periksa ko dokter tanpa memberitahu Fira dan keluarnya.

Di rumah sakit Gus Zafi menunggu hasil pemeriksaan dengan perasaan gugup dan berharap penyakitnya tidak begitu parah. Namun, harapan Gus Zafi seketika langsung patah saat melihat hasil pemeriksaan itu.

"Ya Allah, hamba tidak takut mati, tapi bagaimana dengan orang yang bakal saya tinggal? Terlebih lagi istri saya yang sudah sangat rapuh, "

"Saya masih ingin membahagiakan nya Tuhan, sudah banyak luka yang ia terima, hamba harap kau memberikan hamba waktu yang sangat lama untuk hidup di dunia ini, karena saya tidak ingin menambah luka istri hamba, "

"Tapi jika ini sudah takdir hamba, maka kuat kan lah hati istri hamba untuk menerima kepergian saya Tuhan, " Gus Zafi duduk di salah satu kursi taman rumah sakit sambil tertunduk.

Tanpa Gus Zafi sadari, air matanya langsung jatuh membasahi kertas hasil pemeriksaan nya. Gus Zafi menangis sendirian di sana dengan tubuh bergetar.

Sungguh Gus Zafi tidak takut akan mati, Gus Zafi hanya memikirkan perasaan Fira yang sudah sangat rapuh dan hanya memiliki nya sebagai penguat, tapi jika memang sudah takdir, gus Zafi juga tak bisa melawan.

Gus Zafi sudah kembali ke rumah. Surat hasil pemeriksaan itu Gus Zafi simpan di tempat yang sangat rahasia.

"Beruang, " ucap Fira mengagetkan Gus Zafi dari arah belakang.

"Astaghfirullah, kaget tau! " sahut Gus Zafi yang tadi sempat terperanjat karena ulah Fira.

"Hehehe, maaf Beruang, " ucap Fira meminta maaf dengan senyum manisnya.

"Btw, kamu habis dari mana? " tanya Fira lagi sambil duduk di sofa.

"Ada urusan sebentar tadi, biasa lah urusan pondok, " sahut Gus Zafi yang sebenarnya habis pulang dari rumah sakit.

"Ohh, " Fira menganggukkan kepalanya.

Saat ini Fira tengah duduk di sofa kamar sambil melihat televisi dan mengemil makanan.

"Saya tidak tau dengan umur saya akan berapa lama lagi, itu sebabnya saya ingin menghabiskan waktu bersama mu, setidaknya kamu bisa merasakan kebahagiaan Fira, " batin Gus Zafi sembari menyunggingkan bibirnya.

"Ka, " panggil Fira yang melihat Gus Zafi yang melamun di sampingnya.

"Hmm? Ada apa sayang? " sahut Gus Zafi langsung saat ia tersadar dari lamunannya sembari tersenyum canggung.

"Bosen, main game yok! " ajak Fira dengan antusias.

"Boleh, game apa? " dengan senang hati Gus Zafi menuruti permintaan Fira.

"Gunting batu kertas? "

"Ayok! Yang kalah harus cium pipi yang menang ya, " ucap Gus Zafi sembari tersenyum tipis.

"Deal! " sahut Fira sambil menjabat tangan Gus Zafi.

Fira dan Gus Zafi memulai permainan gunting batu kertas. Selama mereka bermain hanya ada tawa dan tawa, bahkan pikiran Gus Zafi yang tengah kalut akan penyakit nya seakan-akan hilang saat ia bermain dengan Fira.

"Gunting batu kertas, " ucap Fira sembari membentuk tangannya bentuk gunting sementara Gus Zafi bentuk batu.

"Wlee, saya menang! " ucap Gus Zafi tersenyum puas sambil mendekatkan pipinya ke arah Fira.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dou Z(End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang