50-Kekhawatiran

4.2K 263 17
                                    

Terlihat tenang bukan berarti tidak sedih. Rasa sedih itu tentu ada, tapi yang di butuhkan sekarang adalah doa bukan cuman air mata.

_Zhafira Senaya

🌻🌻🌻🌻🌻



Beberapa saat kemudian akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Gus Zafi dan Arya langsung dilarikan ke ruang UGD untuk segera mendapatkan penanganan.

Setelah gus Zafi dan Arya masuk ke dalam ruangan UGD. Fira dengan pakaian lusuh juga penuh darah bekas luka gus Zafi langsung terduduk di depan pintu UGD.

Sintia yang ikut ke rumah sakit langsung memeluk Fira. Sintia tau betul perasaan Fira saat ini.

"Kenapa? Kenapa harus aku Sin? " tutur Fira dengan tatapan kosong.

"Lu pasti kuat Fir! Lu ga boleh lemah! Lu harus kuat seperti Fira yang gua kenal, gua tau ini sakit, tapi lu pernah bilang ke gua kan? Kalau Tuhan tidak akan menguji hambanya lewat dari batas kemampuan hamba itu sendiri? " Sintia menghapus air mata Fira dengan senyum getirnya.

"Tapi aku ga sanggup! Gimana kalau suami ku meninggalkan ku? Aku ga mau Sin! " air mata Fira kembali luruh saat itu.

"Engga! Suami lu ga bakal kenapa-kenapa! Dia ga akan mungkin ninggalin lu, doa kan saja suami lu Fir, " tutur Sintia meyakinkan Fira.

"Tenangin diri lu! Biar gua yang ngabarin keluarga suami lu! " Sintia mengangkat tubuh Fira untuk duduk di kursi tunggu.

Sintia langsung mengabari keluarga Gus Zafi lewat handphone Fira. Rasanya sangat takut untuk memberitahu kabar buruk ini, tapi mereka juga berhak tau tentang kabar anak mereka.

"Assalamu'alaikum tante, ini aku teman Fira, " salam Sintia dengan nada gugup.

"Wa'alaikumsalam, Fira dan Zafi nya mana? Apa mereka sudah baik-baik saja? " tanya bunda Shella yang sedari tadi sangat mengkhawatirkan anak dan mantunya.

Setelah mendapatkan kabar, bunda Shella dan ayah Gus Zafi langsung menuju rumah sakit. Tidak lupa saat di perjalanan bunda Shella mengabari keluarga Arya juga.

Saat sampai di rumah sakit. Bunda Shella langsung melihat Fira tengah menangis dengan baju penuh darah di kursi tunggu.

"Fira! " bunda Shella langsung memeluk Fira sembari menangis.

"Kamu gapapa kan? Gimana keadaan Zafi? " tanya bunda Shella dengan suara bergetar.

"Aku baik-baik aja, tapi ka Zafi terluka parah bunda, " Fira membalas pelukan bunda Shella dengan air mata yang tak berhenti keluar sejak tadi.

Tidak ada seorang ibu yang tidak khawatir mendengar anaknya seperti ini. Tapi sekarang yang hanya bisa lakukan hanya berdoa dan berdoa karena menangis saja tidak akan membuat keadaan berubah. Yang Gus Zafi dan Arya butuhkan sekarang bukan air mata melainkan doa.

"Bunda! Ayah! Maafkan aku, ini semua karena aku, gara-gara aku ka Zafi jadi seperti ini, " Fira bersujud di kaki kedua orang tua Gus Zafi dengan tubuh bergetar.

Fira menyalahkan dirinya terus menerus karena kejadian ini. Fira sangat menyesali dengan apa yang om nya lakukan kepada suaminya.

"Bangun Fira! Jangan seperti ini nak, kamu ga salah kok! " bunda membantu Fira untuk berdiri lagi.

"Jangan menyalahkan diri mu akan sesuatu yang bukan salah mu, tenang lah kami tidak akan menyalahkan mu! Doa kan saja semoga Zafi dan Arya baik-baik saja, " sambung ayah Gus Zafi sembari tersenyum getir.

Sejak awal bunda Shella dan ayahnya Gus Zafi sampai di rumah sakit. Mata ayahnya Gus Zafi juga sudah berkaca-kaca karena khawatir dengan anaknya, tapi ayahnya Gus Zafi tidak mau menunjukkan rasa khawatir nya kepada Fira dan bunda Shella agar tidak memperkeruh keadaan.

Dou Z(End) Where stories live. Discover now