43. Mencoba Melupakan

642 181 8
                                    

"Kau yakin harus pergi sekarang?"

Adinda berhenti dari kesibukannya berkemas, dan menatap Clara, juga Chase, yang masih berdiri di depan pintu kamar.

Pertanyaan itu diajukan oleh Clara, tetapi Adinda bisa melihat jika Chase juga memiliki keinginan yang sama besar untuk membuka mulut.

"Ya. Allan Wilson mungkin harus menginap di penjara jika aku tidak datang, dan itu tidak akan berdampak baik bagi biro hukum Becca."

"Bukankah orang kaya biasanya memiliki banyak pengacara? Kenapa kau yang harus pulang?" kali ini Chase bertanya dengan kening berkerut. "Kau kan masih seorang asisten pengacara."

"Karena keluarga Wilson lebih dari sekedar klien bagi Becca. Ayah Allan sahabat ayah Becca," jelas Adinda dengan sabar.

"Tetap saja saat ini kau sedang liburan," protes Chase lagi.

"Kasus kejahatan ataupun pelanggaran lalu lintas tidak serta merta nol ketika liburan. Bahkan, saat-saat seperti ini kasus meningkat." Adinda menatap Chase sambil tersenyum. "Lagipula, bekerja bisa membuatku melupakan masalahku sendiri."

Akhirnya Clara masuk ke kamar, diikuti Chase yang mengekor di belakangnya. Clara duduk di samping ranjang tempat Adinda sedang memasukkan pakaian, sementara Chase menarik kursi belajar dan duduk dekat ujung ranjang.

Tadi, ia langsung menghubungi Clara, yang ternyata sedang bersama Chase, dan berkata jika dirinya akan pulang hari ini karena urusan pekerjaan yang mendesak.

"Kalau kau pergi sekarang, wanita itu akan merasa menang," ucap Clara sambil cemberut.

Ia menatap Clara dengan tajam. "Clara, tidak ada permainan. Tidak ada pemenang maupun siapa yang kalah."

"Tetap saja kau tidak bisa pergi seperti ini!" protes gadis itu lagi.

"Anggap saja, ini kebetulan yang disiapkan semesta untukku?" tanya Adinda retoris sambil menutup kopernya. "Apa kalian akan terus menghakimiku seperti ini dan tidak akan mengantarku ke bandara?"

"Apa Allan ini, seumuranku?" tanya Chase tanpa menjawab pertanyaan Adinda.

"Dia baru berusia sembilan belas awal tahun ini. Jadi ya, bisa dibilang dia seumuranmu kan? Pemuda-pemuda yang masih dipenuhi hormon liar dalam diri mereka dan menyalurkannya dengan membuat masalah."

"Aku sudah hampir dua puluh, dan aku berhenti membuat masalah di umur delapan belas."

Adinda terkekeh. "Aku bersyukur kau berhenti membuat masalah karena jika tidak, Pop mungkin akan mengirimmu ke kamp militer agar kau menyadari perbuatanmu."

"Mungkin pemuda Wilson itu yang harus dikirim ke sana," sahut Chase sambil bangkit dari duduknya. "Aku akan menyiapkan mobil."

Adinda tersenyum menatap kepergian Chase, lalu berpaling pada Clara yang tengah menatapnya. "Ada apa?"

"Ini tentang pamanku kan?"

Menghindari Clara adalah satu hal yang paling sulit untuk Adinda lakukan, dan ia sudah melakukannya beberapa kali sejak kemarin. Jadi, Adinda tahu jika ia tidak akan bisa menghindar lagi sekarang.

"Aku tidak bisa lagi melakukan ini, Clara," bisik Adinda sambil duduk di samping sahabatnya itu. "Aku tidak bisa berpura-pura menjadi juru damai untuk Chase dan Jesse, sementara hatiku sendiri tidak merasakan kedamaian. Aku munafik kan?"

Clara memeluk bahunya dengan erat dan berkata, "tidak. Kau hanya melakukan hal yang benar. Mereka berdua sudah dewasa, dan bisa mengatasi masalah mereka sendiri."

"Kau tidak akan menyalahkanku dan berkata 'sudah kubilang kan'?"

Clara tertawa sambil melepaskan pelukannya.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Where stories live. Discover now