52

46.6K 6.4K 366
                                    


Hallo🐁

_____________

"Yang Mulia," panggil Kasim Jo.

"Ada apa," jawab Kaisar Bai.

"Kabar baik Yang Mulia, Selir Agung Chu sudah terbangun dan saat ini Tabib sedang memastikan kembali kesehatan Selir Agung," jelas Kasim Jo yang membuat Bai Si Yu sumrigah saat itu juga.

"Panggil Putra Mahkota untuk melanjutkan pekerjaanku," perintah Kaisar Bai yang kemudian berjalan dengan tergesa-gesa menuju kediaman pribadi istri-tercintanya.

Brak

"Mei'er," panggil Bai Si Yu penuh kelembutan.

"Yang Mulia," pungkas Hena yang ingin memberikan salam hornat.

"Jangan melakukannya," tanggap cepat Bai Si Yu yang kemudian membantu Hena untuk tetap bersandar dikepala ranjang.

"Selir Agung Chu, sudah saatnya meminum obat," ujar Tabib yang membawa nampan dan diatasnya terdapat satu buah mangkuk porselen yang berisi ramuan untuk Hena.

"Biar aku yang melakukannya," sela Kaisar Bai saat melihat Dayang Su yang ingin membantu Hena meminum obatnya.

"Pelan-pelan, Mei'er," imbuh Kaisar Bai saat membantu Hena meminum obatnya.

"Sangat pahit," lirih Hena saat Bai Si Yu membersihkan dengan lembut sudut bibirnya.

"Bertahanlah, ini untuk kesembuhanmu," ucap Bai Si Yu yang membawa dengan lembut kepala Hena untuk bersandar didada bidangnya.

"Aku ingin tidur," ucap Hena.

"Tidurlah aku akan menemanimu disini," balas Bai Si Yu penuh perhatian.

Terlalu nyaman dalam posisi saling menghangatkan membuat Hena menjadi sensitif dan sangat ingin menangis setelah sebelumnya mendengar penjelasan dari, Dayang pribadinya.

"Maaf Yang Mulia... hiks... hikss... "

Mendengar tangisan Hena dengan kibas tangan Kaisar Bai memerintahkan Dayang Su dan Tabib untuk keluar dari ruangan.

"Ada apa, Mei'er," panggil Bai Si Yu yang kemudian memegang dengan lembut pundak Hena untuk bisa melihat keseluruhan wajah istrinya yang saat ini tertutup rambut panjangnya.

Dengan perlahan Bai Si Yu pun merapihkan rambut yang menutupi wajah cantik istrinya, mengumpulkannya menjadi satu dan meletakkannya disisi pundak sebelah kiri.

Sekarang terlihat jelas wajah istrinya yang bersimbah air mata, membuat Kaisar Bai merasa khawatir.

"Ma–maaf Yang Mulia, a–aku tidak bisa mempertahankannya... hiks... hiks... "

"Di–dia sudah pergi, bola kecilku sudah tidak ada lagi... hiks... Hu... Hu... "

"Mei'er," ujar lembut Kaisar Bai yang dengan segera membawa Hena kedalam pelukannya.

"Mengertilah, ini adalah takdir yang dikehendaki oleh Dewa."

"Tidak ada yang bisa mengelak dari kejadian tidak menyenangkan yang menimpa setiap manusia."

"Anak kita sanggat menyayangi Ibunya, lihat dia datang disaat kau membutuhkannya."

"Ti–tidak, andai aku tidak meminum teh itu pasti dia tetap akan disini bersama kita!" tekan Hena dan tangisannya pun semakin kencang.

Kaisar Bai yang tidak lagi bisa membalas ucapan Hena dengan lembut kembali membawa Hena kedalam pelukannya. Dan membiarkan Hena mengeluarkan kesedihannya. Rasa-rasanya percuma memberi nasihat disaat suasana hati yang sedang tidak baik.

Menjadi Selir [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang