14 (Revisi)

104K 16.1K 333
                                    

💜Happy Reading💜

••••••••••

Cup...

Suasana mendadak hening bagi Arsen, ia terdiam beberapa detik karena mendapatkan satu kecupan di pipinya. Sama halnya dengan Elle yang menahan nafasnya sampai wajahnya memerah padam. Sekujur tubuhnya panas dingin karena ini adalah pertama kali baginya mencium seorang pria selain ayah dan kakaknya.

Cup,
"Bernafas lah." Ucap Arsen setelah memberikan kecupan balasan di pipi kanan istrinya.

Ucapan Arsen menyadarkan Elle, perempuan itu langsung menghirup udara dengan rakus. Tapi wajahnya juga semakin memerah dengan menahan teriakannya,
"Udah ayok pulang!" Serunya dengan mencekal tangan Arsen.

Bukannya mengikuti Elle, Arsen justru malah melepaskan cekalan tangan Elle dan meletakkan tangan kanannya menyilang di dada kiri, lalu membungkukkan badannya memberi hormat.
"Selamat malam, Pangeran mahkota." Sapanya formal dengan wajah tanpa ekspresi yang terlihat bengis.

"Wow, pertunjukan yang menarik!" Evans bertepuk tangan dengan meriah karena melihat kejadian sebelumnya.

"Selamat malam, Duke Allerix." Balas Frederick yang sesekali melirik Elle dengan smirk di bibirnya.

Arsen menatap Elle yang kini tengah memeluk lengan kekarnya dengan erat dan menatap Frederick serta Evans dengan mata mendelik tak suka.
"Duchess, dia adalah Putra pertama yang mulia raja yang berarti dia adalah putra mahkota. Pemimpin kerajaan di masa depan. Putra mahkota Frederick adalah saudara kembar Putri Eliana." Jelas Arsen memperkenalkan Frederick pada Elle.

Elle hanya mengangguk sekilas.
"Nurallisa Rulline. Panggil Nurul aja." Ucap Elle singkat dengan tampang judesnya.

"Nurul? Nama yang menggelikan. Tapi Duchess, bukankah nama anda adalah Elleza?" Nada sinis dan senyuman miring yang di tampilkan Frederick benar-benar membuat Elle kesal bukan main.

"Saya rasa itu tidak perlu di permasalahkan, Pangeran mahkota. Semua orang akan memanggilnya dengan sebutan Duchess, bukan namanya." Bela Arsen masih dengan wajah bengisnya.

"Kau terlihat bangga menyebutnya dengan sebutan Duchess, Duke Allerix." Kekeh Evans dengan mata yang terpaku pada sosok cantik Elle.

Kalo si pedrik sodara si nyai ronggeng, berarti di sini pasti ada si nyai ronggeng nyempil. - matanya menyipit  menatap awas sekitarnya untuk menemukan sosok yang ia cari.

"Mas Duke, pulang aja yuk. Udah capek nih, ngantuk juga. Si Pelik juga pasti nyariin emak nya yang gak pulang-pulang ini."

"Tentu. Apapun mau mu, Duchess." Balas Arsen mengacak sedikit puncak kepala Elle.

Dih, tadi aja gak mau. Setan lu! Untung ganteng. - cibir Elle dalam hati.

"Sayang sekali, padahal pangeran ini sedang ingin berbincang dengan anda Duchess." Frederick terlihat menampilkan wajah melasnya yang malas membuat Elle merasa mual.

"Jijik anjir, gak pantes lu masang wajah begitu." Elle bergidik.

"Ternyata benar apa kata orang jika bahasa yang Duchess gunakan sedikit sulit di mengerti." Frederick tersenyum tipis dengan mata mengedip pada Elle.

Nyonya Duchess [END]Where stories live. Discover now