18

103K 16.5K 1.1K
                                    

Happy Reading 💜💜💜

*******

Genggaman tangannya tak lepas sejak dua jam yang lalu. Matanya juga tak lepas dari sosok wanita yang sampai saat ini belum juga membuka matanya.

Sekitar 23 tabib pun tidak bisa mendiagnosis penyakit apa yang di derita wanita itu. Mereka juga tidak bisa memprediksi kapan wanita itu akan membuka matanya.

"Kau sudah tidur cukup lama, Elle. Tidak kah kau merasa lapar?" Gumamnya dan disusul dengan helaan nafas panjang.

Sudah tengah malam. Itu berarti sudah sekitar 15 jam Elle menutup matanya. Arsen sangat-sangat frustasi dan melampiaskannya pada orang-orang yang ada di sekitarnya, oleh sebab itulah para pelayan tidak ada yang berani mendekat. Mereka masih sayang nyawa. Mendekat pada Arsen disaat-saat seperti ini sama saja dengan bunuh diri.

Arsen melepas genggaman tangannya, dia memilih posisi tidur di samping Elle dan memeluk wanita itu dari samping. Menatap dalam wajah cantik istrinya yang senantiasa menutup matanya.

Mungkin mudah bagiku untuk melepaskanmu ketika aku hanya menatapmu dari jauh. Tapi sekarang, setelah aku memelukmu, sepertinya melepaskanmu akan sulit. - Arsen.

Arsen menutup matanya dan mempererat pelukannya pada Elle. Sesaat setelahnya tubuhnya langsung menegang. Matanya terbuka lebar dan menatap istrinya yang tengah membalas pelukannya. Wanita itu melenguh dan mencari posisi yang nyaman di dada bidangnya.

"Elleza..." Gumam Arsen tapi tidak mendapat balasan dari sang empu.

"N-nura..." Sedikit merasa aneh, tapi entah mengapa dia memanggil istrinya dengan nama itu.

Wanita itu terlihat membuka matanya yang terasa berat. Mendongak menatap Arsen dengan mata menyipit karena mengantuk.
"Iya? Kenapa?" Jawabnya dengan suara serak.

"Kau sudah sadar?!"

"Hm, masih proses.."

Cepat-cepat Arsen bangun dan meraih segelas air di meja kecil yang tersedia di samping tempat tidur.

"Minumlah."

Arsen membantu Elle agar duduk di kepala ranjang. Mengarahkan gelas itu pada bibir Elle agar wanita itu meminumnya. Setelah selesai, dia meletakkan kembali gelas itu ke tempat semula.

Menggenggam erat tangan Elle dan menatap dalam pada istrinya yang juga menatapnya balik.
"Apakah ada yang sakit? Kepala mu, bagaimana dengan kepala mu? Apa masih terasa sakit? Perlu aku panggilkan tabib sekarang? Y-ya! Akan ku panggilkan sekarang!"

Arsen sudah akan beranjak dari ranjang tapi genggaman tangan Elle kian menguat seolah tak ingin pria itu pergi. Arsen kembali duduk dan menatap Elle dengan raut khawatir yang sangat kentara.
"Ada apa?"

"Jangan kemana-mana." Pinta Elle dengan lirihan juga mata yang melirik kesana-kemari karena gugup.

Si anjir Lo Elle! Bisa-bisanya gue jadi degdegan gini di depan mas Duke! Duuuuhh mana mas Duke emang ganteng banget lagi, sialan! - batin Elle mengucapkan sumpah serapah pada pemilik tubuh asli yang ia tempati saat ini.

Karena rasa cinta yang Elleza asli tinggalkan membuat Nurul menjadi kelimpungan. Jantungnya benar-benar menggila saat ditatap seintens itu oleh Arsen. Hatinya sangat berbunga-bunga begitu Arsen menggenggam tangannya dan menatapnya dengan penuh kekhawatiran.

"Nura. Kenapa kau malah melamun? Apa ada yang sakit?"

"H-hah? E-eh nggak kok. Nggak ada. Santuy mas, santuy. Saya sehat walafiat kok. Hehe..." Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Elle menjadi benar-benar gugup serta kikuk di hadapan Arsen. Dia juga mulai berkeringat dingin sekarang.

Nyonya Duchess [END]Where stories live. Discover now