2 (Revisi)

158K 22.3K 4.4K
                                    

💜Happy Reading💜

••••••••••

"Panglima."

Nurul langsung menegang mendengar nada bicara orang di sampingnya, kenapa terdengar tegas sekali? Dia menoleh ke samping, menatap seseorang yang memanggilnya dengan tatapan aneh. Pria yang terlihat sudah berumur dengan kostum perang yang mewah kini tengah menatapnya dengan sorot tajam dan gelap.

"Saya?" Tanya Nurul dengan kikuk, sepertinya orang di sampingnya ini memiliki jabatan setinggi langit.

"Kemenangan kerajaanku ada di tangan mu. Aku benci mengatakan hal ini, tapi kau lah satu-satunya harapan bagi rakyatku untuk saat ini, panglima Elleza. Jangan sampai kau mengecewakan ku di perang kali ini." Suaranya berat dan matanya menatap fokus pada Nurul yang menatapnya dengan cengo.

"A-a...y-ya...tentu-tentu..."

Pria itu memicingkan matanya, wajah tegas yang terpasang langsung meleleh dan tergantikan dengan tatapan was-was.
"Apa kau sedang gugup panglima?" Desisnya tajam.

Nurul mengangguk cepat.
"Perang beneran loh ini, gimana bisa saya gak gugup. Seumur-umur, saya cuma pernah baca dan nonton cerita perang-perangan, bukannya ikut perang beneran kayak gini. Mana gak pake simulasi sama teori lagi." Ceplosnya begitu saja.

Orang itu mengerutkan keningnya bingung.
"Perang ini demi rakyat kita panglima. Dan juga demi kehormatan mu. Apa kau tidak ingat ucapan mu waktu itu? Jangan lupa jika kau lah yang mengajukan peperangan ini."

"Apaan sih, jelas-jelas gue baru disini beberapa menit yang lalu kok. Ngadi-ngadi lu!"

"Lancang sekali kau! Berani-berani sekali kau berlagak bodoh dan melupakan ucapan mu sendiri!"

"Bukannya lupa, emang bukan gue yang bilang! Emang ngomong apaan sih, hah?! Ucapan gimana? Bagaimana?!" Nurul ikut berkoar-koar seperti emak-emak yang tengah demo karena kenaikan harga bawang di pasar.

"Dengan lantang kau mengucapkan akan menikahi musuh mu jika kau kalah dalam peperangan ini. Ini sama saja dengan kau menjual harga dirimu pada musuh mu sendiri asal kau tahu!"
"Memang sudah seharusnya aku tidak mempercayai mu sejak awal! Bodoh sekali aku bisa dibodohi oleh perempuan buangan!"

Mata Nurul membola, dia cepat-cepat menggeleng menolak. Dia tidak mau menikah muda, apalagi usianya yang masih 18 tahun. Bahkan bangun tidur saja bundanya yang membangunkannya.
"Gak ada ya yang begituan! Kalo emang kalah, gue bakalan kabur sejauh mungkin dan pulang ke rumah! Dan juga, gue gak bodoh, bangsat! Lo nya aja yang kelewat goblok! Bisa-bisanya percaya sama cewek kayak gue!"
"....udah tau gue gak bisa dipercaya." Lanjutnya dengan gumaman dan wajah julid yang sangat kental.

"Kenapa sifat mu jadi seperti ini? Apa kau menganggap jika semua ini hanyalah permainan mu?!"

"Sifat saya emang begini dari lahir, lu nya aja yang sksd." Cibir Nurul yang tidak tau situasi dan kondisi.

"Yang mulia, musuh sudah sampai dan hanya menunggu terompet perang berbunyi." Ucap seseorang yang ada di samping Pria yang disebut raja tadi.

Nurul ketar-ketir ditempat saat tau jika pria yang sedari tadi berbicara dengannya adalah seorang raja.
Waduh gawat nih, bisa-bisa dipenggal gue gegara cara bicara gue yang gak sopan. Aaahh---bodoamat! Dia duluan yang mulai, bukan gue!

Tiba-tiba terompet berbunyi keras membuat Nurul terperanjat kaget.
"EH SETAN!" latahnya. Terompet itu terdengar seperti terompet sangkakala di telinga Nurul.

Mata Nurul membola melihat para tentara musuh yang secara bersamaan melaju kencang menuju rombongannya. Otak udangnya tiba-tiba saja berjalan cepat, tetapi baru saja dia akan turun dari kuda dan melarikan diri, teriakan raja membuat rencananya buyar seketika.

Nyonya Duchess [END]Where stories live. Discover now