Ekstra Part

170K 12.8K 777
                                    

Ada yang belom molor??? Hohoho

Derap langkah kaki seseorang terdengar tegas di lorong akademi militer milik kerajaan. Tatapan matanya menyorot datar, begitu juga dengan ekspresi wajahnya. Saat sampai di tepi lapangan tempat latihan khusus anak-anak bangsawan di bawah usia sepuluh tahun, ayunan langkahnya terhenti.

Lelaki itu .. Kenard, memandang lurus ke depan, tepat pada sekumpulan anak-anak yang sedang berlatih dengan para guru bela diri profesional milik kerajaan. Meski wajah anak-anak di depan sana sudah memerah dan berkeringat karena terpapar sinar matahari sore, raut antusias di wajah mereka tidak bisa dielakan.

Sudah lima tahun berlalu, tepatnya setelah tragedi yang terjadi di rumahnya, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai jenderal militer. Setelah kejadian itu, Kenard lebih memilih mengabdikan diri sebagai kepala sekolah akademi militer kerajaan.

Keputusannya untuk pensiun dini juga sebagai pertimbangan untuk menjaga keluarganya. Kenard sadar bahwa resiko menjadi jenderal militer kerajaan adalah memiliki banyak musuh.

Ya .. Leo salah satunya. Lelaki yang sangat ia percaya ternyata tidak lebih dari musuh dibalik selimut. Juga, Lina. Wanita yang diam-diam didekati oleh Leo dengan dijanjikan dengan berbagai hal hingga membuatnya jatuh hati dan lupa diri. Saat dirinya mengumpulkan seluruh pekerja di kediamannya untuk diinterogasi satu-persatu kala itu, fakta tersebut baru terungkap.

Mereka hanya diam saat Leo yang dengan gencar mendekati Lina dan menganggap hal itu sesuatu yang wajar. Mereka hanya sepasang muda mudi yang sedang jatuh cinta. Terlebih, para pekerja di kediamannya tidak pernah berpikiran bahwa mereka berdua akan bertindak terlalu jauh seperti itu. Selain tidak pernah berperilaku aneh, pengabdian Leo dan Lina sudah terbilang cukup lama.

"Ayah!"

Kenard memusatkan pandangan pada bocah laki-laki yang tengah berjalan menghampirinya. Kaki kecilnya terlihat kotor karena anak-anak akademi militer kerajaan memang berlatih di atas tanah tanpa menggunakan alas kaki.

Laki-laki dewasa itu bersedekap dada, memandang datar makhluk kecil perebut perhatian istrinya itu. "Apa?"

"Ck!" decak bocah laki-laki itu.

Lihatlah .. di mana gerangan sopan santun bocah itu. Kenard menggelengkan kepalanya sebelum berjongkok agar sejajar dengan makhluk kecil di depannya. Masih dengan raut datar, tangan besar beruratnya menyeka keringat di kening bocah itu.

"Pulang." Kini giliran bocah laki-laki itu yang bersedekap dada. Kenard hampir mendengus kencang karena tautan tangan mungil bocah itu hampir terlepas karena terlalu pendek. "Cena lapal."

"Latihanmu belum selesai, Ansena."

Bocah laki-laki bernama Ansena Gilson itu mendengus dengan hidung mungilnya. "Tapi Cena ingin Ibu."

"Ibumu itu milik Ayah," jawab Kenard.

"Tapi Ibu cayang Cena."

Kenard mengangkat alisnya sebelah, "Ibumu lebih sayang Ayah."

Manik mata Ansena kontan memerah. Bibirnya bergetar karena menahan tangis. Dengan mata yang kini telah berkaca-kaca, bocah itu memandang ayahnya sengit. "Ibu cayang Cena!" ucapnya dengan suara parau.

Kenard terkekeh. Menjahili putranya memang semenyenangkan ini. Entah mengapa, sejak kehadiran Ansena di hidupnya, sifatnya berangsur melunak.

"A-ayah.."

Melihat putranya yang mulai menangis, Kenard lantas menggendongnya. Tubuh kecil itu kini meringkuk di dekapan sang ayah, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Kenard.

Ken & Cat (END)Where stories live. Discover now