[30]

99K 11.9K 338
                                    

Happy reading!

"Ada apa, Putri Odelia?" tanya Catrionna memecahkan keheningan di antara mereka berdua. Sejak menyisihkan diri sepuluh menit yang lalu dari kerumunan putri bangsawan lainnya, mereka kini berada di pelataran paviliun yang berada di istana timur dalam keadaan saling membisu. Catrionna yang sudah tidak bisa menahan diri, memutuskan angkat bicara terlebih dulu.

Sejujurnya ia merasa jantungnya berdebar sedikit lebih cepat dari biasanya. Ia masih menerka-nerka tujuan Putri Odelia membawanya jauh dari jaungkauan orang-orang hanya untuk sekedar berbicara. Apakah ini ada hubungannya dengan insiden kue asinnya? Bagaimanapun Putri Odelia adalah keluarga kerajaan yang tidak sembarangan bisa ia singgung atau provokasi sekenanya. Meski begitu, Catrionna tetap memasang wajah tenangnya. Ia tidak akan menunjukkan raut cemasnya karena hanya akan membuat lawan bicaranya berpikiran bahwa ia adalah orang yang mudah terintimidasi.

"Apakah hubunganmu dengan Kenard berjalan baik?"

"Ya?"

Catrionna mengerjapkan matanya bingung. Telinganya sedikit gatal saat Putri Odelia menyebut suaminya tanpa embel-embel apapun. Hanya Kenard, dan ia sedikit tidak nyaman.

"Aku tahu kalau Kenard bukanlah orang yang mudah didekati. Karena itu aku tidak terlalu percaya perkataanmu mengenai Kenard yang seolah-olah begitu memperhatikannmu," tukas Putri Odelia dengan nada tenang. "Ku rasa pernikahan kalian tidak baik-baik saja karena sikapnya yang sangat datar itu."

Entah kenapa, Catrionna merasa bahwa Putri Odelia begitu lihai mengontrol ekspresinya. Si putri raja itu bahkan dengan santai membicarakan kondisi rumah tangga orang lain yang sebenarnya pun ia tidak boleh mengomentarinya. Catrionna sedikit sangsi sebab sang putri saja belum menikah.

Catrionna berdehem pelan. Netranya dengan berani membalas sorot mata tajam sang tuan putri, "Sepertinya anda sangat mengenal suami saya, Putri. Meski, yeah.. perkataan anda tidak sepenuhnya benar," ujar Catrionna menghendikkan bahunya. Berusaha tidak terprovokasi.

Putri Odelia menaikkan sebelah alisnya, "Kau ingin tahu sesuatu? Aku dan Kenard cukup dekat," tuturnya dengan penuh percaya diri. Ia bahkan menaikkan dagunya lebih tinggi.

"Lalu?" tanya Catrionna bingung karena tidak mengerti arah pembicaraan mereka.

"Ku rasa aku lebih dekat dengannya dari pada kau yang kini sudah menjadi istrinya."

Catrionna terkekeh pelan, "Waw.. seperti itu?"

Putri Odelia mengangguk dengan senyum puas.

"Anda terlalu percaya diri, Putri," tukas Catrionna sambil tersenyum manis. Catrionna tidak bodoh. Ayahnya pernah bercerita bahwa ayah mertuanya pernah menolak tawaran raja untuk menikahkan anak mereka berdua. Dan, melihat ekspresi Kenard yang mengeruh saat sampai di rumah setelah pertemuan mereka berdua sudah cukup membuktikan bahwa hubungan mereka tidak baik.

Putri Odelia mengerutkan keningnya. Raut wajahnya terlihat tidak senang dan egonya sedikit terusik, "Kau tidak percaya? Kami bahkan sempat berdansa saat penobatan kakakku."

"Lalu kenapa? Itu hanya berdansa, Putri Odelia." Catrionna bahkan dengan berani menekankan setiap katanya. "Kami berdua bahkan tidur bersama dan melakukan hal lainnya yang lebih menyenangkan dari pada itu." Senyum wanita bergelar Nyonya Gilson itu terus mengembang lebar kala geraman sang putri raja terdengar sampai ke gendang telinganya.

"Kau sangat tidak sopan!" hardik Putri Odelia tiba-tiba.

"Tanpa mengurangi rasa hormat saya, sesungguhnya anda lebih tidak sopan karena membicarakan seorang suami dengan lebih intim kepada istrinya," ujarnya dengan santai. Catrionna bahkan berdiri dengan gaya congkak dan lebih memilih memperhatikan kuku tangannya saat mengatakan kalimat itu. Kerutan di keningnya muncul disusul dengan anggukan kepalanya. Sepertinya sepulangnya dari sini ia harus meminta Lina untuk memotong kuku-kukunya.

Ken & Cat (END)Where stories live. Discover now