[19]

133K 15K 226
                                    

Halo.. Aku kambek!

Jadi ndes, gak jadi pindahan yaa
Awalnya mau, ceritanya melebarkan sayap gituu

Tapi ternyata aku lebih sibuk dari yang ku duga wkwk sok bgt!

Tapi beneran ding..
Harus ngerevisi dua naskah sekaligusss

Anjaay.. Otakku ngebul beneran hyung!
Puncaknya kemaren demam deh
Gak update-update deh, gituu

Oke, malah ngebacot. Cuss..

Happy reading!

"Bagaimana kondisi perbatasan utara?"

Saat ini, Kenard sedang berada di ruang pribadi raja. Berdiri diam di depan raja yang sedang duduk di singgasananya.

Meski pikirannya sedang tidak kondusif, Kenard harus mengembalikkan kesadarannya untuk menghadapi raja.

"Mereka masih menuntut keadilan, Yang Mulia.."

Raja Hagon berdecih. "Ini bahkan sudah lewat bertahun-tahun yang lalu, mereka apa? Menuntut keadilan? Bedebah!"

Kenard menghela nafas pelan.

"Lalu bagaimana hasil dari observasimu kemarin?" tanya Raja Hagon sambil menyipitkan mata.

"Sepertinya kali ini mereka serius. Baginda tidak bisa meremehkan mereka lagi."

Raja Hagon tertawa. "Itu artinya.. negosiasimu gagal, Ken?"

Dengan berat hati, Kenard menganggukkan kepalanya.

Raja mengangguk sambil mengusap janggut panjangnya. Senyum licik tampak terukir di bibirnya. "Apakah mereka terprovokasi? Itu penyebab usahamu gagal kali ini?"

"Ya, Yang Mulia.."

"Kalau begitu, apa? Apa penyebabnya?"

Dengan wajah datar, Kenard menjawab. "Putri Odelia."

"Kenapa dengan putriku?"

Kenard ingin sekali menggulirkan bola matanya, tetapi berhasil ia tahan. "Baginda jelas tahu alasannya."

"Lalu apa rencanamu, Ken?"

"Mereka tidak akan berhenti sebelum keluarga kerajaan meminta maaf. Menurut Yang Mulia, hal apa yang bisa saya lakukan?" tanya Kenard dengan berani.

Raja menggebrak meja yang berada di sampingnya dengan keras. "BERANI.." desis raja dengan keras, matanya melotot tajam, "beraninya.. kau?"

Kenard sepenuhnya sadar bahwa ia baru saja membuat sang raja marah besar. Memangnya siapa yang sudi meminta maaf kepada orang berkasta rendah? Apalagi ini sekelas keluarga kerajaan.

Tetapi lebih dari itu, bukankah keamanan dan ketentraman kerajaan lebih penting dari apapun?

"Musnahkan mereka semua!" titah raja telak.

Kenard melebarkan matanya. Tangannya mengepal erat, menahan gejolak amarah yang baru saja tersulut. "Yang Mulia tidak bisa melakukan itu."

"Kenapa? Karena ayahmu orang perbatasan utara?" tanya raja dengan nada meremehkan.

"Mereka jelas bagian dari kerajaan ini. Apa yang membuat mereka pantas untuk mati?"

Raja seketika terdiam. Meresapi perkataan Kenard yang diam-diam menusuk relung hatinya. Lindahnya terasa kelu ketika ia ingin mengeluarkan bantahan. Namun hal itu tidak bertahan lama. Senyum miring tersungging di bibirnya dengan angkuh. "Mereka sangat pantas untuk mati karena menentang keluarga kerajaan."

Kenard mendengus. "Maka kehancuran kerajaan ini sudah di depan mata."

Raja Hagon murka. Ia langsung berdiri lalu mengeluarkan pedangnya dengan cepat dan menghunuskannya ke arah Kenard. "Jangan kau pikir karena aku begitu menyukaimu, maka aku tidak akan membunuhmu, Ken. Kau tidak seberharga itu!"

"Baginda harus ingat fakta ini. Perbatasan utara adalah penghasil rempah terbesar di kerajaan ini. Lalu, tanpa mereka, kita di sini bisa apa?"

"Kau.." geram raja.

Setelah menyarungkan pedangnya kembali, raja kembali duduk. Memejamkan matanya sejenak, lalu menatap Kenard dengan serius.

"Lakukan apapun, apapun, Ken! Aku tidak peduli. Yang jelas, aku tidak akan menyerahkan putriku lagi."

Raja menghembuskan nafas berat saat melihat Kenard masih terdiam. Ya, ia tidak mungkin membunuhnya sekarang. Meski terkesan tidak sopan, Kenard sangat bisa diandalkan.

"Apakah baginda yang membebaskannya?" tanya Kenard sambil mengernyitkan kening.

"Tentu saja! Kau pikir aku akan membiarkan putriku tertawan selamanya?" desis Raja Hagon, "kau harus segera menemukan solusi, Ken."

"Saya akan menemui mereka kembali."

Raja mengangguk. "Lakukanlah! Dan kau boleh keluar."

"Salam hormat Yang Mulia.."

Setelah memberi hormat, Kenard bergegas keluar dari ruangan itu lalu melangkahkan kakinya dengan cepat ke aula.

Pesta telah selesai.

Di mana Catrionna?

"Leo.." panggil Kenard dengan tenang.

Leo muncul dari persembunyiannya. "Ya, Tuan?"

"Temukan Catrionna untukku. Kau bisa memulai pencarian dari sini, sedangkan aku akan ke depan istana."

"Baik, Tuan."

Kenard kembali merasa kelimpungan saat tidak mendapati Catrionna di depan aula. Saat ia menanyai penjaga gerbang pun, tak ada yang melihatnya.

Meremas rambutnya frustrasi, Kenard memutuskan untuk kembali ke tempat di mana kereta kudanya berada. Hanya tersisa satu dan itu memang miliknya. Ia tidak akan pulang dengan tangan kosong. Ia hanya butuh istirahat sejenak.

Saat pintu kereta kuda itu terbuka, matanya membeliak. Senyum lebar tersungging di bibirnya.

"Cat.. kau di sini?"

Tetapi ketika tak ada respon berarti yang ditunjukkan Catrionna, Kenard segera menaiki kereta kuda itu. Mendudukkan dirinya di samping  Catrionna. "Ah.. rupanya kau tertidur." bisik Kenard pelan.

Setelah memindahkan kepala Catrionna ke bahunya, Kenard segera menyuruh sang kusir untuk pulang ke kediamannya.

Tbc.

Perang dunianya pending dulu ya wkwk

Siapakah odelia sebenarnya? Sabarr.. Next part bakal dijelasin..

Kalian tim siapa?

Ken-Cat?

Ken-Odel?

Atau, Cat-Putra mahkota?

Ken & Cat (END)Where stories live. Discover now