[29]

101K 10.5K 336
                                    

Happy reading!

Lina datang ke dapur dengan langkah tergopoh-gopoh saat Catrionna sedang mengaduk adonan tepung dan sesekali menambahkan bahan-bahan sebagai pelengkap membuat kue. Ini adalah percobaan keduanya dan semoga saja berhasil.

Jika dilihat dari ekspresinya, gadis itu tampak sangat senang, "Nyonya!" pekiknya girang sampai membuat Catrionna berjengit kaget. Tanpa sadar tangannya yang sedang menuangkan garam dari toplesnya langsung bergerak ke atas hingga buliran-buliran putih berasa asin itu terjun bebas ke dalam adonan tepungnya. Namun, sebelum ia menyadari seberapa banyak kandungan garam dalam adonan kuenya itu, lengkingan suara Lina lagi-lagi membuyarkan kosentrasinya dan tangannya bergerak refleks kembali mengaduknya.

"Ada undangan dari istana!"

Catrionna mengerjapkan matanya heran, "Undangan? Dari istana?  Benar untukku?"

Mata bulat Lina semakin membeliak kala mendapati sang nyonya meragukan ucapannya, "Benar, Nyonya. Undangan ini memang untuk anda. Lebih tepatnya undangan dari Putri Odelia yang akan mengadakan jamuan teh di istana."

"Aah.. Begitu. Kapan aku bisa datang ke istana, Lina?" tanya Catrionna dengan tangan sibuk memindahkan adonan ke dalam loyang-loyang berukuran sedang.

"Nanti malam, Nyonya."

Catrionna menghembuskan nafas panjang, "Untung saja luka-lukaku sudah sedikit memudar."

"Bolehkah saya ikut dengan anda, Nyonya?"

Catrionna memutar bola matanya, "Kau memang harus ikut, Lina," ujar Catrionna sembari membuka pintu oven dan memasukkan loyang-loyang kuenya, "kemungkinan besar Leo juga ikut dengan kita."

"Waah.." gumam Lina tanpa sadar.

Catrionna terkikik geli saat melihat wajah Lina yang memerah, "Bisakah kau membantuku mengawasi kue ini hingga matang? Aku ingin menemui Kenard."

"Tentu, Nyonya.."

Setelah melihat Lina berjaga dengan siaga di depan oven, wanita penyandang Nyonya Gilson itu berjalan meninggalkan area dapur. Ayunan langkahnya terarah ke taman belakang kediamannya.

"Ken!"

Kenard yang tengah memperhatikan kolam ikan buatan di samping hamparan tanaman bunga hanya menoleh tanpa minat. Laki-laki bermarga Gilson itu tengah asyik memperhatikan ikan yang sedang berenang dengan lincahnya.

Meski sedikit kesal karena panggilannya diacuhkan oleh suaminya, tetapi Catrionna tidak bisa marah saat melihat binar antusias di mata laki-laki itu.

"Ken.."

Saat panggilannya lagi-lagi diacuhkan begitu saja, Catrionna kontan berdecak dengan keras dan memastikan Kenard mendengar itu. Tetapi mendapati laki-laki itu tidak terusik sedikit pun membuat Catrionna mendengus sebal. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri karena telah mengusulkan pembuatan kolam ikan itu.

Sejak kepulangan mereka dari perbatasan utara dua minggu lalu, Catrionna merasa jenuh karena tidak bisa ke mana-mana. Luka di beberapa tubuhnya belum pulih benar dan ia benar-benar merasa bosan. Oleh karena itu, ia mengusulkan pembuatan kolam ikan untuk menyegarkan pandangannya. Mendapati Kenard yang langsuang setuju membuat perasaan membuncah di dadanya semakin meletup-letup. Laki-laki itu juga menambahkan bahwa tanaman bunga tidak selalu berbunga setiap saat, jadi kolam ikan sangat efektif sebagai bentuk hiburan yang lain. Namun, saat ia sudah sembuh dan bisa berjalan dengan baik, kini giliran Kenard yang senang menghabiskan waktunya di depan kolam ikan itu.

"Aku akan mendatangi istana," lapor Catrionna.

Kenard menolehkan kepalanya dengan cepat. Keningnya sedikit berkerut, "Untuk apa?"

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang