[37]

86.7K 10.9K 323
                                    

Tengkyu vote dan komennya..

Happy reading!

"Kau tidak ingin menghampiri sahabatmu?" tanya Pangeran Albern pada Catrionna. "Memberikan ucapan selamat, mungkin?"

Mata Catrionna berbinar, "Benar juga," serunya antusias. "Aku pergi dulu, Ken." Setelah mendapat anggukan kepala dari Kenard, wanita itu segera beranjak dari duduknya, lalu menghampiri Putri Celine yang tengah dikerubungi oleh para putri bangsawan lainnya.

"Salam hormat, Yang Mulia.." salam Catrionna, sengaja menggoda Putri Celine yang kini tengah memandangnya dengan tatapan sendu.

"Cat.." lirihnya. Ia segera berpamitan kepada yang lainnya dan menghampiri Catrionna. "Kau datang?"

Catrionna mengerutkan keningnya, "Apa maksud dari pertanyaanmu?" tanyanya pura-pura tersinggung.

Putri Celine membulatkan matanya, "M-Maksudku.." Helaan nafas putus asanya terdengar. "Kau datang dengan Tuan Kenard?"

"Tentu saja. Dia ada di sebelah sana," telujuk Catrionna mengarah ke tempat Kenard dan Pangeran Albern duduk. Saat teringat akan perkataan Kenard saat itu, ia kontan menurunkan tangannya kembali. "Ada di arah jam sepuluh dari sini."

Pandangan Putri Celine terpaku saat matanya tak sengaja bersiborok dengan manik mata Pangeran Albern. "Dia di sana.." gumamnya pelan.

"Kenard memang ada di sana," sahut Catrionna.

Putri Celine menoleh dengan jengah, "Kau tahu siapa yang aku maksud, Cat."

Catrionna berdehem pelan, "Baiklah, tidak perlu marah, Yang Mulia calon Putri Mahkota."

Putri Celine mendengus kesal. Tatapannya kembali jatuh pada sosok lelaki bertubuh tegap yang duduk di samping Kenard. "Menurutmu.. apakah kita berdua memiliki kemungkinan untuk bersatu, Cat?"

"Mungkin saja," balas Catrionna membuat rona wajah Putri Celine sedikit cerah, "Kalau Putra Mahkotanya berganti orang." Sadar pembahasan mereka terlalu jauh, Catrionna menghembuskan nafas panjang. "Kita harus berhenti," peringkatnya pada Putri Celine. Terlalu berbahaya membahas pergantian tahta saat situasi sedang ramai.

"Bagaimana rasanya tinggal di istana selama satu minggu?" tanya Catrionna mengalihkan pembicaraan.

"Terlalu banyak aturan," sahut Putri Celine tanpa ragu. "Ku pikir menjadi putri bangsawan sudah cukup sulit, tetapi menjadi Putri Mahkota sungguh merepotkan," bisiknya pelan.

"Itu karena kau akan menjadi Ratu selanjutnya." Tiba-tiba wajah Catrionna terlihat terperangah, "Waah.. aku tidak tahu akan tiba saatnya bisa berteman dengan Ratu kerajaan."

Putri Celine memutar bola matanya, "Kau terlalu melebih-lebihkan, Cat."

"Nyonya Gilson, kau datang?" sapa Putri Keynes yang sedang berjalan mendekat dengan Putri Inessa di sampingnya.

Catrionna menaikkan sebelah alisnya, "Apa maksud dari pertanyaanmu?"

Putri Keynes menghendikkan bahunya acuh, "Tidak ada. Hanya saja, ku pikir acara ini diadakan khusus untuk kami yang belum menikah dan tidak mengundang orang yang tidak berkepentingan."

"Ah.. acara penyeleksian calon Putri Mahkota memang untuk para putri bangsawan yang belum menikah. Seperti kalian ini," sahut Catrionna tenang. "Tetapi jika aku menjadi dirimu, mungkin sebaiknya aku tidak mengikuti acara ini karena sadar akan kualitas diriku sendiri."

"Apa maksud dari pernyataanmu?" tanya Putri Inessa dengan sedikit geraman.

Catrionna mengendikkan bahunya acuh, "Tidak ada, aku hanya ingin mengutarakan pendapatku saja."

Mengabaikan keberadaan Catrionna, kedua putri itu mendekati Putri Celine yang sejak tadi memilih berdiam diri.

"Putri Celine, selamat atas pencapaianmu," ujar Putri Keynes dengan tersenyum lebar. "Keberuntunganmu tahun ini sangat banyak."

"Selamat, Putri Celine." Putri Inessa meraih tangan Putri Celine dan menggenggamnya erat, "Kau bisa menghubungi kami berdua jika ingin berbincang santai dengan secangkir teh hangat di istana. Kami menunggu undanganmu," serunya sebelum melepaskan tangan Putri Celine dan berlalu pergi dengan Putri Keynes. Keberadaan Catrionna menghalangi niat mereka untuk mendekati Putri Celine secara perlahan.

Catrionna menyunggingkan senyum mengejek dengan pandangan lurus ke arah punggung Putri Keynes dan Putri Inessa yang semakin menjauh, "Setelah semua ini, mereka bahkan tidak mengakui kelebihanmu. Keberuntungan pantatmu hitam!" umpatnya lirih.

"Cat!" tegur Putri Celine. Namun setelahnya ia terkekeh senang, "Terima kasih sudah mewakiliku dengan umpatanmu."

"Ku pikir tidak ada salahnya menerima tawaran dari Putri Inessa," tukas Catrionna dengan sorot mata menggoda. "Kau bisa mendengarkan apa saja yang mereka lakukan selama jamuan tehmu berlangsung." Tawa kecilnya mengalun dengan Indah, "Tetapi ingat, jangan mengundangku saat itu. Telingaku pasti memerah karena terlalu bekerja keras mendengar banyaknya bualan yang memasukinya."

Putri Celine menghela nafas jengah, "Jika aku menjadi dirimu, mungkin aku akan bercermin terlebih dahulu sebelum mengatakannya. Kau juga tipe orang yang banyak bicara, Nyonya Gilson," ujarnya dengan nada yang terdengar main-main. Tetapi apa yang tidak Putri Celine sadari, perkataannya cukup mempengaruhi Catrionna.

"Benarkah?" gumamnya pelan. "Perkataanmu ada benarnya juga," seru Catrionna sambil terkekeh, menutupi suasana hatinya yang sedikit berubah. "Sepertinya aku harus pulang lebih awal. Aku sudah tidak sabar untuk berdiri di depan cermin yang sangat besar di rumah. Permisi, Putri Celine.."

Putri Celine terkesiap, "C-cat, aku tidak bermaksud.." Ucapannya kontan terhenti kala Catrionna sudah beranjak pergi. Putri Celine memandang kepergian sahabatnya dengan tersenyum getir.

Untuk mengembalikan suasana hatinya yang sedikit meredup, Catrionna sengaja berbalik arah dari arah kedatangannya. Wanita itu ingin mengejutkan Kenard dari belakang. Hanya membayangkan raut terkejut Kenard saja sudah mampu membuat hatinya membuncah senang.

Catrionna mengulum bibirnya, menahan senyum saat matanya menangkap kedua punggung kekar nan lebar yang duduk di depan sana, Kenard dan Pangeran Albern. Saat rentang jarak semakin dekat, ia melangkah dengan menjinjitkan kedua kakinya untuk menetralisir bunyi yang dihasilkan sepatunya.

"Kau sudah memikirkan keputusanmu, Ken?" tanya Pangeran Albern.

Kenard tampak menghela nafasnya, "Belum, Yang Mulia."

"Kita harus memutuskan sesuatu sesegera mungkin. Apalagi hari ini dia sudah berani memunculkan wajahnya di sini." Pandangan matanya menggelap saat melihat Putra Mahkota yang tengah bercengkerama bersama seseorang dengan sangat akrab. "Aku juga yakin dia akan hadir kembali di acara perburuan satu minggu lagi."

"Aku tahu, tetapi terkadang kehadiran Catrionna sedikit mengganggu konsentrasiku," tukasnya dengan nada datar. "Ia terlalu banyak bicara akhir-akhir ini, apalagi setelah belajar membuat kue dan selalu berakhir gagal."

Pangeran Albern tertawa geli, "Hahaha.. aku sudah mendengar tentang hal itu. Istrimu bahkan pernah membawanya ke istana."

Bola mata Kenard tampak melebar, "Benarkah? Aku tidak tahu soal itu. Memangnya ada yang mau memakannya?"

"Tentu saja ada. Adikku bahkan tidak bisa menolak," selorohnya dengan kekehan. "Putri Odelia bahkan memakannya, memangnya siapa yang berani menolaknya?"

Mendengar fakta itu, Kenard ikut terkekeh geli. Mereka berdua terus membicarakan perihal kue buatan Catrionna yang selalu gagal tanpa tahu wanita itu berdiri di belakangnya dan mendengarnya dengan sangat jelas.

Tbc.

Nih abang dua2 ngegosip mulu dri part kemaren ckckckck..

Pesan untuk Bang Ken dipersilahkan..

Pangeran Albern (ver. gaul): Gue banyak fansnya, njirrrr. Bisalah.. nyaingin popularitas si Kenard.

Ken & Cat (END)Where stories live. Discover now