[18]

135K 15.3K 443
                                    

Happy reading!

Kenard menghela nafas berat, lalu secara perlahan mendekat ke arah Odelia. Gurat wajahnya tampak kompleks. Setelahnya, ia hanya berdiri diam tanpa menggerakkan tangannya.

Odelia yang sudah jengah akhirnya mengambil tangan Kenard, menautkannya. Tangannya yang lain ia letakkan di bahu kekar Kenard. Kenard, mau tak mau mengulurkan tangannya, meraih pinggang Odelia pelan.

Gerak kaki mereka tampak selaras, mengayun dengan teratur. Pandangan mata Kenard hanya terfokus pada tatanan rambut Odelia, sampai-sampai ia menyadari bahwa ada beberapa jumut rambut Odelia yang keluar dari ikatan. Ia hanya tak ingin menatap wajah wanita yang kini tengah mendongak menatapnya itu.

"Turunkan pandanganmu." titah Kenard pelan.

Odelia mendengus geli. Ditatapnya Kenard yang masih saja menghindari matanya. "Kau tidak merindukanku, Ken?"

Kenard hanya diam.

"Ayolah.. kita sudah lama tidak berjumpa. Haruskah kau bersikap seperti ini kepadaku?"

"Aku tidak peduli."

Odelia berdecak sebal. "Kau jahat sekali. gerutunya dengan wajah cemberut.

"Ah.. harusnya aku menanyakan kabarmu dulu. Apa kabar, Kenard Gilson?"

"Baik." balas Kenard dengan nada yang terkesan malas.

"Awalnya aku tidak percaya dengan ucapan Yang Mulia Putra Mahkota tempo lalu, ternyata dia benar," ujar Odelia tersenyum, "kau memang tampak berbeda sekarang, Ken."

"Apakah kalian menggosipkanku?" tanya Kenard dengan mata memicing. Keningnya tampak berkerut, menandakan bahwa ia tidak suka.

Odelia terkekeh geli. "Jadi kau memang harus dipancing terlebih dahulu agar mau menatapku. Lucu sekali."

Kenard kembali memalingkan wajahnya. Sorot matanya mengarah ke arah abdi kerajaan yang tengah menjadi komando pesta dansa. Dalam diam ia menunggu pergantian pasangan dansanya lagi. Berdekatan dengan Odelia benar-benar merepotkan.

Keluarga kerajaan selalu begitu. Merepotkan, menyebalkan, dan juga meresahkan.

Kenard memang sudah melihat kemunculan Odelia saat rombongan raja datang ke aula. Meski ia tahu, Kenard tidak menyangka akan dihadapkan sedemikian dekat. Kenard pikir, dengan jumlah orang yang menghadiri pesta kali ini, kemungkinan itu tidak akan terjadi. Tetapi di luar perkiraan, Odelia justru menjadi pasangan dansanya.

Saat mendapati Odelia tengah tidak fokus, Kenard mematrikan matanya pada wajah wanita itu. Masih tampak sama meski sudah sekian tahun ia tidak melihatnya. Kenard memejamkan matanya sejenak, menahan sesuatu yang kini kian mengganjal di hatinya saat melihat Odelia kembali. Ada beberapa hal yang ingin ia pastikan pada Odelia.

Musik telah berganti, tetapi belum ada tanda-tanda bergantian pasangan. Kenard mendengus pelan. Meski wajahnya kian menekuk, ia masih mengimbangi langkah kaki Odelia.

Odelia berdecak tiba-tiba saat mendapati Kenard sedang menatapnya diam-diam. "Sudah puas menatap wajahku, Ken?" tanyanya dengan tersenyum miring.

Kenard terkesiap. Bola matanya melebar, tetapi hanya untuk beberapa saat. Meski sudah ketahuan, ia belum juga mengalihkan tatapannya.

"Kenapa kau kembali?" tanya Kenard. Akhirnya pertanyaan itu muncul juga, sesuatu yang mengganjal di hatinya.

Odelia menghendikkan bahunya acuh. "Aku memang harus kembali."

Kenard berdecih. "Kalau begitu, kenapa kau bisa kembali?"

Odelia tertawa kecil. Tangannya meremas bahu Kenard, lalu perlahan kedua kakinya menjinjit hingga posisi mulutnya sejajar dengan telinga Kenard. "Aku tipe orang yang sulit untuk dilupakan. Bukan begitu?" bisiknya.

Setelah kembali ke posisi semula, bibir Odelia menyunggingkan senyum remeh. "Mengobrol denganku memang mengasyikan, bukan? Kau bahkan tidak mendengar pengumuman berakhirnya pesta dansa ini."

Sontak saja Kenard mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dan benar saja, pesta dansa sudah berakhir. Kenapa ia tidak mendengarnya?

Odelia menaik-turunkan alisnya, menggoda Kenard. "Kau juga melupakan keberadaan istrimu, Ken," kekeh Odelia, "Aku masih sehebat ini ternyata."

Kenard baru menyadari bahwa posisinya kini tengah berada di sisi kanan aula, berada jauh dari pusat aula di mana ia meninggalkan Catrionna tadi. Menghela nafas frustasi, Kenard bergegas pergi tanpa mempedulikan panggilan Odelia. Matanya menyorot tajam, mendeteksi keberadaan istrinya itu.

Saat tidak mendapati Catrionna di tengah-tengah aula, Kenard bergegas mengitari seisi aula. Meski memiliki tubuh tegap menjulang, Kenard tetap kesulitan menemukan Catrionna.

Dengan gurat wajah penuh penyesalan, Kenard menerobos kerumunan para bangsawan yang masih saja berkumpul di aula. Membicarakan apa saja yang terdengar omong kosong di telinganya.

Kenard menghembuskan nafas lelah. Dadanya naik-turun, menahan gejolak yang semakin bergemuruh di dalam sana. Sorot matanya menandakan kekhawatiran yang kian pekat. Catrionna tidak ada di aula.

Memori otaknya dengan cepat memutar ulang saat ia memperingati Catrionna agar selalu ada di dekatnya. Kini, rasa bersalah kian memupuk dirinya. Kenard mengepalkan kedua tangannya erat. Menyalurkan emosi yang semakin mengikatnya erat.

Ketika keadaannya semakin kalut, seorang pengawal datang menghampirinya. Saat pengawal itu membisikkan sesuatu padanya, bahu Kenard meluruh. Ia menghela nafas berat lalu memejamkan matanya. Dengan langkah gontai, Kenard berjalan mengikuti pengawal di depannya.

Ia harus menghadap raja sekarang juga, bahkan di saat Catrionna belum ditemukan.

"Cat.." gumamnya pelan.

Tbc.

Catrionna nyungsep di mana, dah..

Tarik nafas.. Hujat 😂

Yokk.. Tinggalkan jejak dengan vote dan spam komen..

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang